Mohon tunggu...
Maulana Alhamdi Stivani
Maulana Alhamdi Stivani Mohon Tunggu... Dokter

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Kesadaran dan Perubahan: Pendekatan Dinamis dalam Menyebarluaskan Pesan Kesehatan di Era Digital

21 Mei 2025   21:56 Diperbarui: 21 Mei 2025   21:56 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Webinar Kesehatan Melibatkan Influencer (Sumber: Webinar PTM Kemenkes)

Kesehatan adalah aset berharga yang menentukan kualitas hidup setiap individu dan kemajuan suatu bangsa. Namun, tantangan terbesar dalam menjaga kesehatan bukan hanya soal tersedianya layanan medis, melainkan bagaimana masyarakat mampu memahami, menerima, dan mengadopsi perilaku sehat secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Penyampaian informasi kesehatan yang tepat dan efektif menjadi kunci utama dalam membentuk pola pikir dan tindakan masyarakat. Maka dari itu, strategi komunikasi kesehatan yang cerdas dan relevan sangat diperlukan agar pesan-pesan kesehatan tidak hanya sampai, tetapi juga mampu memengaruhi perilaku secara nyata.

Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap komunikasi secara drastis. Berbeda dengan era sebelumnya yang hanya mengandalkan media massa konvensional seperti televisi, radio, dan surat kabar, saat ini masyarakat sangat bergantung pada media sosial sebagai sumber informasi utama. Platform-platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Twitter telah menjadi ruang interaksi yang dinamis, memungkinkan pesan kesehatan menjangkau audiens secara luas dan cepat. Dalam konteks ini, peran influencer media sosial muncul sebagai fenomena baru yang sangat efektif dalam menyampaikan edukasi kesehatan kepada masyarakat.

Influencer, yang sebelumnya dikenal sebagai figur yang fokus pada lifestyle, kecantikan, atau hiburan, kini banyak yang mengambil peran sebagai penyebar informasi kesehatan. Mereka tidak hanya mengandalkan daya tarik pribadi, tetapi juga keahlian dan kredibilitas yang dibangun melalui kolaborasi dengan tenaga kesehatan atau lembaga resmi. Contohnya, isu tentang vasektomi sebagai metode kontrasepsi pria yang relatif jarang dibicarakan di ruang publik, kini mulai mendapatkan perhatian luas berkat ulasan dan pengalaman yang dibagikan oleh influencer. Penyajian informasi yang mudah dipahami dan gaya komunikasi yang santai namun berbobot membuat topik tersebut tidak lagi tabu, melainkan menjadi bahan diskusi yang terbuka dan edukatif.

Begitu pula dengan vaksin HPV yang merupakan salah satu upaya pencegahan kanker serviks. Masyarakat terutama generasi muda mulai lebih aware berkat kampanye yang diinisiasi oleh influencer kesehatan maupun selebriti yang mengedukasi secara transparan tentang manfaat, cara kerja, dan pentingnya vaksinasi. Pendekatan ini sangat efektif menjangkau kalangan yang mungkin kurang percaya pada informasi formal atau merasa takut dengan istilah medis yang kompleks. Melalui bahasa yang sederhana dan konten visual yang menarik, pesan kesehatan dapat lebih mudah diserap dan diaplikasikan.

Selain itu, edukasi mengenai konsumsi vitamin dan suplemen juga menjadi topik yang kian diminati. Influencer dengan latar belakang kesehatan atau yang memiliki pengalaman pribadi dalam menjaga kebugaran membagikan tips, rekomendasi produk, dan pengetahuan seputar nutrisi yang tepat. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya suplementasi untuk mendukung sistem imun dan kesehatan secara umum, tetapi juga mengurangi penyebaran informasi keliru terkait produk kesehatan yang tidak teruji secara ilmiah.

Keunggulan influencer dibandingkan penyampaian pesan konvensional adalah kedekatan emosional dan interaksi langsung dengan audiensnya. Mereka mampu membangun komunitas yang aktif berdiskusi, bertanya, dan berbagi pengalaman, sehingga promosi kesehatan menjadi lebih personal dan relatable. Selain itu, konten yang mereka hasilkan biasanya dikemas dalam bentuk video pendek, stories, atau live streaming yang mudah diakses dan menyenangkan, sehingga memaksimalkan engagement dan daya serap informasi.

Namun, munculnya influencer sebagai penyebar informasi kesehatan juga menghadirkan tantangan tersendiri. Tidak semua influencer memiliki kompetensi dan integritas yang memadai dalam menyampaikan konten kesehatan. Fenomena penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan berbahaya bisa terjadi jika konten tidak didasarkan pada bukti ilmiah dan pengawasan yang ketat. Oleh sebab itu, penting bagi pemerintah dan lembaga kesehatan untuk menjalin kerja sama yang erat dengan influencer yang kredibel, memberikan pelatihan, serta melakukan monitoring secara berkala agar konten yang disebarkan tetap sesuai standar kesehatan yang berlaku.

Selain aspek kredibilitas, pemilihan influencer yang tepat sesuai dengan segmen audiens juga menjadi faktor penentu keberhasilan strategi promosi kesehatan. Misalnya, influencer muda yang relatable dengan remaja dan dewasa muda sangat efektif untuk kampanye imunisasi HPV atau edukasi tentang kesehatan reproduksi. Sementara itu, influencer yang lebih senior dengan pengikut yang terdiri dari kalangan keluarga dan orang tua dapat membantu menyebarluaskan pesan tentang pentingnya pola hidup sehat dan suplementasi yang tepat.

Pendekatan yang holistik dan terintegrasi tetap menjadi landasan utama. Influencer media sosial bukanlah pengganti tenaga kesehatan profesional, melainkan mitra strategis yang dapat memperluas jangkauan dan meningkatkan efektivitas promosi kesehatan. Sinergi antara media sosial, komunitas kesehatan, pendidikan formal, dan lembaga pemerintah akan menghasilkan ekosistem komunikasi kesehatan yang kuat dan berkelanjutan.

Selain itu, literasi digital dan kesehatan masyarakat harus terus diperkuat agar masyarakat dapat menjadi konsumen informasi yang cerdas. Edukasi tentang cara mengenali sumber informasi terpercaya, memahami konsep dasar kesehatan, dan memilah konten yang valid sangat penting agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam hoaks atau klaim palsu yang merugikan. Dalam hal ini, peran influencer juga bisa diperluas dengan menyediakan edukasi literasi digital sebagai bagian dari konten mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun