Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu...

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Danau Panggang Terancam Hilang

11 September 2014   22:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:58 4944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410424968400790293

[caption id="attachment_358563" align="aligncenter" width="300" caption="Seorang bocah berjalan di jembatan dekat rumahnya di Danau Panggang. (Foto: Herman Wijaya) "][/caption]

Penggemar traveling, mungkin sudah melihat, atau mendengar tentang kerbau rawa. Jenis kerbau yang hidup di rawa-rawa. Danau Panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, adalah “habitat” kerbau rawa terbesar di tanah air.

Meski pun kerbau merupakan hewan ternak yang banyak ditemui di tanah air, kerbau di Danau Panggang cukup unik. Hampir seharian kerbau-kerbau ternak di Danau Panggang berendam dan mencari makan di air. Hewan yang memang suka air itu baru meninggalkan air bila pulang ke kandangnya.

Ketika membuat film dokumenter tentang Konsumsi Daging Alternatif untuk Kementerian Pertanian, tahun 2013 lalu, saya bersama dua orang kameraman menyempatkan diri datang ke Danau Panggang. Sebelumnya kami mengambil gambar ternak bebek milik rakyat di Desa Mamar, Kecamatan Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel. Dari Desa Mamar perjalanan ditempuh dengan kendaraan menuju Danau Panggang.

Jalan menuju Danau Panggang sebagian sudah beraspal, terletak persis di pinggiran danau. Sepanjang jalan banyak penduduk menjemur ikan hasil tangkapan mereka dari danau. Umumnya ikan-ikan air tawar seperti gabus, patin, ikan sepat, lalampang, sisili dll. Sebagian ikan itu diasinkan dan dijemur supaya bertahan lama.

Setelah hampir satu jam melakukan perjalanan, akhirnya kami sampai di sebuah pasar yang cukup ramai. Ada masjid, warung-warung dan tempat khusus parkir mobil di sana. Begitu kami sampai tukang perahu menawarkan jasa untuk mengantar keliling danau untuk melihat-lihat. Tapi kami memilih makan dulu dengan menu udang besar yang dimasak dengan kuah asam dan ikan air tawar. Saya suka nasi di Kalimantan Selatan yang pera’ (tidak pulen). Dengan lauk ikan air tawar itu rasanya nikmat.

Setelah makan kami berjalan menuju dermaga kecil yang terletak di belakang bangunan kayu. Ada WC umum di sana. Kami lalu dibawa oleh perahu menelusuri sungai, melewati rumah-rumah kayu di pinggir sungai.

Yang namanya Danau Panggang ternyata bukan sebuah danau berair dalam. Ini lebih pas jika disebut rawa-rawa, meski pun sangat luas. Di tengah rawa itu berdiri rumah-rumah panggung dari kayu, dan antar rumah dihubungkan oleh jembatan-jembatan yang terbuat dari kayu pula. Jembatan itu bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.

Banyak jembatan yang sudah rusak, dan masyarakat menggantinya dengan yang baru. Pemandangan cukup eksotik. Perahu yang kami tumpangi kadang melewati jembatan yang dibuat lebih tinggi dari bagian jembatan lainnya, agar perahu-perahu besar bisa lewat. Di Danau panggang banyak kanal-kanal yang bisa dilalui oleh perahu bermotor.

Makin ke tengah ternyata banyak berdiri rumah-rumah kayu berjajar. Ada rumah ibadah dan sekolah. Sebuah kampung di tengah rawa yang indah. Aliran listrik sudah sampai ke rumah-rumah. Di tengah rawa juga ada tanah kering cukup yang dijadikan tempat bermain sepakbola oleh anak-anak. Di tanah kering lainnya dijadikan kandang kerbau oleh pemilik ternak. Kandang itu terbuka, hanya dikelilingi oleh pagar kawat atau kayu. Kami juga banyak menemukan jarring ikan atau bubu yang dipasang masyarakat untuk menangkap ikan.

Untuk melihat kerbau rawa, kami harus naik perahu cukup jauh. Setelah setengah jam akhirnya kami menemui puluhan ekor kerbau yang sedang berendam di air, dan sebagian merumput di daratan yang lebih kering. “Kerbau di sini makan eceng gondok,” kata Taslim, pemilik perahu.
Kumpulan kerbau rawa ada di beberapa tempat. Dari satu tempat kami berpindah ke tempat lainnya untuk melakukan pengambilan gambar. Untuk menemukan kerbau yang sedang berendam, pemilik perahu mengajak kami menelusuri kanal-kanal, sampai akhirnya bertemu dengan ratusan ekor kerbau yang sedang berendam sambil mencari makan tumbuhan air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun