Organisasi-organisasi perempuan di Australia dalam menjalankan perannya tampak mengedepankan unsur feminis inklusif.Â
Mereka sangat memahami visi misi dan nilai-nilai organisasi yang menjadi dasar dalam kegiatan-kegiatannya. Umumnya setiap organisasi telah memiliki fokus dan spesialisasi pada bidang masing-masing sehingga mengurangi benturan atau duplikasi program.Â
Di Indonesia organisasi-organisasi telah memiliki visi misi dan nilai-nilai yang jelas sebagai dasar dalam beroperasionalisasi. Namun beberapa organisasi masih mengalami kendala dalam berkomunikasi internal sehingga menjadikan visi misi, nilai-nilai, bahkan AD-ART belum dipahami secara mendalam oleh anggota. Kolabroasi antar organisasi perempuan masih belum maksimal padahal kesempatan sangat terbuka, terutama dari segi jumlah dan keragaman latar belakang organisasi dibanding di Australia. Gaya kepemimpinan dalam sebagian organisasi masih mengalami kendala terkait lemahnya pengambilan keputusan, pendelegasian, transparansi serta kaderisasi.
Kepemimpinan Inklusif adalah tentang memperlakukan orang dan kelompok secara adil berdasarkan karakteristik unik mereka, daripada bertindak berdasarkan bias yang berasal dari stereotip. Dirk van Dierendonck and Kathleen Patterson dalam teori The Servant Leadership, mengatakan bahwa para pemimpin saat ini akan perlu meluangkan banyak waktu guna membimbing dan mengembangkan bakal calon pemimpin di organisasinya. Hasil temuan di lapangan pada beberapa organisasi, kaderisasi masih belum menjadi pertimbangan penting dan pemilihan calon ketua atau komisioner masih ditengarai unsur politis dan subyektifitas.
Joseph A. DeVito menyebutkan, komunikasi antar pribadi bukan hanya tentang apa yang sebenarnya dikatakan atau dengan bahasa apa digunakan, namun  bagaimana dikatakan. Senada dengan masalah komunikasi dalam organisasi, Helen Lowrie Marshall, menyebutkan bahwa Mentoring adalah bagaimana seorang pemimpin mengayomi binaan atau anggota organisasinya dengan menumbuhkan 'manusia'. Para pemimpin dari organisasi di Australia termasuk tokoh-tokoh politik, budaya, sosial dan media memiliki kemampuan kuat dalam berkomunikasi, memengaruhi dan mempersuasi pihak-pihak berkepentingan (stakeholders).Â
Halnya dengan organisasi-organisasi perempuan di Indonesia, kekuatan yang menonjol adalah budaya tenggang rasa dan adat ketimuran yang masih mewarnai praktik kepemimpinan dan kehidupan berorganisasi.
Hal ini menunjukkan sisi positif dalam arti konflik atau benturan dapat lebih ditekan dengan mengedepankan musyawarah dan mengutamakan 'kedamaian'.Â
Hal-hal tersebut menjadi sebuah kekuatan terutama dalam organisasi-organisasi berbasis agama, dimana nilai-nilai kepercayaan masih dijunjung tinggi sebagai etika berorganisasi. Peran organisasi perempuan di Indonesia secara umum telah menunjukkan kiprahnya dewasa ini dengan banyaknya pemimpin organisasi yang mumpuni dan mengedepankan unsur kepelayanan. Dalam kaitannya dengan kondisi di Indonesia, maka kiprah organisasi perempuan berbasis agama sangat berpengaruh dalam turut memelihara toleransi dan menekan radikalisme.
 Bahan utama:
__________ dan Indah Soekotjo (2015) Brand Yourself . Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.