Mohon tunggu...
ARINI ZAKIA
ARINI ZAKIA Mohon Tunggu... MAHASISWA UIN WALISONGO SEMARANG

Hai ini Arini Zakia mahasiswi UIN Walisongo semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajemen Krisis di Sekolah Melalaui Layanan Bimbingan Konseling

31 Mei 2024   08:33 Diperbarui: 31 Mei 2024   09:00 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: ABA in school

Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita sering kali fokus pada aspek akademik seperti kurikulum, metode pengajaran, dan hasil tes. Namun ada aspek kesehatan mental dan emosional siswa juga tidak kalah pentingnya.Dalam kehidupan modern yang seringkali disertai tekanan dan stres, manajemen krisis di sekolah melalui layanan konseling menjadi semakin penting. Manajemen krisi di sekolah merupakan aspek penting untuk menjaga siswa dan  staf tetap aman dan sehat. Layanan konseling merupakan hal yang penting dalam manajemen krisis di sekolah. Konselor sekolah memainkan peran  penting dalam  mengelola dan merespons situasi krisis seperti bencana alam, bullying, dan insiden kekerasan di lingkungan sekolah.

kecepatan perubahan akibat globalisasi memberikan dampak negatif terhadap perkembangan generasi muda, termasuk pelajar. Saat ini, kita sering melihat generasi muda berada dalam krisis karena mereka tidak mampu menghadapi perubahan yang ada dan apa yang terjadi pada mereka. Sekolah  juga harus memberikan pelatihan yang dapat mengembangkan sumber daya manusia yang kaya karakter dan mampu menjawab tantangan dan perubahan zaman. Remaja tidak bisa diabaikan begitu saja karena mereka sedang mengalami krisis perkembangan dalam hidupnya. Keadaan kerentanan ini dapat menyebabkan generasi muda merasa tidak berdaya dan tidak seimbang sehingga berujung pada  krisis pembangunan bahkan perilaku kriminal.

Krisis yang dialami  siswa bisa bermacam macam dari masalah keluarga,bencana alam, tindak kekerasan, konflik antar pribadi, hingga masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Konselor sekolah memainkan peran penting dalam situasi ini. Mereka tidak hanya memberikan pendampingan psikologis, namun juga berperan sebagai mediator antara siswa, orang tua, dan staf sekolah lainnya dalam menghadapi permasalahan yang muncul.
Aspek penting dalam manajemen krisis di sekolah adalah pencegahan. Konselor sekolah dapat melakukan berbagai kegiatan pencegahan, antara lain: Membuat seminar  kesehatan mental, program pelatihan keterampilan sosial, atau  kelompok dukungan untuk siswa dengan masalah tertentu. Dengan  pemahaman dan dukungan sejak dini, banyak masalah dapat diidentifikasi dan diatasi sebelum menjadi krisis yang serius.

Krisis merupakan tekanan yang dialami seseorang dan berpengaruh negatif terhadap kemampuannya untuk berpikir, merencanakan dan mengatasi masalah secara efektif. Krisis tidak menunjuk pada pengalaman atau peristiwa traumatis, tetapi pada bagaimana seseorang merespon situasi (Sugiyanto). 

Pengelolaan  manajemen  krisis dapat  dilakukan  dengan  tiga  tahap,yaitu: (1) Before the crisis, (2) During the crisis, (3) After the crisis

  • before the crisis : merupakan tahap dimana krisis belum terjadi. Manajemen harus bersiap dengan mengarahkan berbagai pihak kepentingan tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi krisis. Pada tahap before the crisis, manajemen perlu merencanakan kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. Hal ini termasuk membuat perencanaan pesan, menganalisis audiens target, mengembangkan cara untuk menyampaikan pesan, dan menentukan tanggung jawab atas apa yang perlu dilakukan oleh instansi jika terjadi krisis.
  • during the crisis : Ini adalah tahap dimana krisis telah terjadi. Manajemen mulai melibatkan pihak pihak penting untuk mengatasi krisis yang mengancam lembaga sekolah, meliputi tiga kegiatan: a) Manajemen melakukan   pengamatan   latar   belakang   terhadap   krisis   yang   terjadi, menetapkan  juru  bicara,  menemukan  masalah  jangka  pendek  maupun panjang, b) Manajemen  menunjukkan  informasi  yang  relevan  dengan kondisi  krisis  yang  terjadi,  menyampaikan  pernyataan/ informasi akurat kepada stakeholder yang mengalami dampak dari krisis, menempatkan diri sebagai pihak yang menjadi korban dari krisis yang dialami dan menunjukkan rasa simpati, c) Manajemen menyampaikan pesan secara tepat dan cepat, serta tegas kepada media.
  • After the crisis : Ini adalah tahap akhir dari sebuah krisis yang telah terjadi. Manajemen mengevaluasi strategi manajemen krisis yang telah diterapkan. Evaluasi tersebut meliputi: a) Analisis dampak yang diterima dan  melakukan  pembenahan  hasil  dari  terjadinya  krisis b) Pemberian penghargaan kepada seluruh pihak yang terlibat yang berhasil melewati masa krisis. c) Terus mengontrol berbagai aktivitas dengan memindai potensi masalah yang berulang (Ali Murfi 2020)

Terhadap situasi krisis yang dialami, individu umumnya menunjukkan reaksi negatif seperti: a. bingung.Gejala reaksi ini biasanya berupa kesulitan  memahami apa yang  dialami  dan terjadi, serta kesulitan mencari solusi atas stres yang dialami. b. bahaya, Dalam konteks ini, individu mempersepsikan situasi krisis sebagai bahaya yang mengancam, merasa terancam, bahkan terkesan tidak mampu menahan terjadinya bencana yang menakutkan.Pada akhirnya, individu menderita luka fisik dan psikis yang tidak dapat diperbaiki. c. Keputusasaan. Kondisi putus asa ini membuat individu yang mengalami krisis biasanya tidak mampu menghadapi masalah secara logis bahkan cenderung membuang solusi yang dipandang mungkin untuk menyelesaikan masalah tersebut. d. Acuh tak acuh. Tekanan yang dialami individu kemudian membuat individu tersebut berhenti berusaha dan menolak berbagai upaya untuk menyelesaikan krisis yang dihadapinya.(Helmuth Y. Bunu 2020)

Krisis dapat terjadi kapan saja di lingkungan sekolah dalam berbagai bentuk, termasuk bencana alam, perundungan, dan insiden kekerasan. Krisis seperti ini tidak hanya mengancam keselamatan fisik siswa dan staf, namun juga berdampak besar pada kesejahteraan emosional dan psikologis mereka. Dalam menghadapi situasi seperti ini, peran konselor sekolah  sangat penting untuk memastikan manajemen krisis yang efektif dan pemulihan yang cepat. Peran konselor dalam manajemen krisis Konselor sekolah memainkan peran penting dalam menyiapkan, merespons, dan memulihkan sekolah dari situasi krisis. Berikut adalah beberapa cara  konselor dapat membantu dalam manajemen krisis:

  • Membuat Persiapan dan Perencanaan : Konselor sekolah harus dilibatkan dalam mengembangkan dan melaksanakan rencana manajemen krisis.Hal ini termasuk mengidentifikasi potensi ancaman, menetapkan protokol respon darurat, dan melatih staf dan siswa mengenai tindakan yang harus diambil jika terjadi krisis. Dengan  rencana yang jelas, sekolah dapat merespons dengan cepat dan efektif untuk meminimalkan dampak buruk dan trauma.
  • Intervensi  Krisis : Ketika krisis terjadi, konselor sekolah berperan sebagai pendukung emosional utama.
     Mereka  memberikan pertolongan pertama psikologis, menenangkan siswa dan staf yang putus asa, dan membantu menangani keadaan darurat. Konselor juga dapat bertindak sebagai perantara antara sekolah dan layanan darurat luar untuk memastikan bahwa bantuan yang diperlukan diberikan dengan cepat.
  • Pemulihan Pasca Krisis : Setelah krisis berlalu, konselor sekolah berperan penting dalam proses pemulihan. Mereka membantu para siswa dan staf mengatasi trauma melalui konseling individu dan kelompok. Program pemulihan juga dapat mencakup kegiatan untuk membantu komunitas sekolah  bangkit kembali, seperti kegiatan manajemen stres dan program dukungan sebaya.

Konselor juga memiliki peran khusus dalam manajemen krisis disekolah dalam menangani kasus bullying dan insiden kekerasan di sekolah. Dalam situasi ini, intervensi langsung dan strategi jangka panjang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.

  • Menangani bullying : Konselor harus berupaya mengidentifikasi kejadian-kejadian perundungan melalui laporan langsung dari para korban dan pengamatan langsung di lingkungan sekolah. Korban kemudian diberikan dukungan, termasuk konseling untuk mengatasi dampak emosional dan cara menghadapi pelaku. Selain itu, konselor harus bekerja sama dengan pelaku bullying untuk membantu mereka memahami dampak perilaku mereka dan membantu mereka mengembangkan perilaku yang lebih positif.
  • Menanggapi Insiden Kekerasan: Ketika insiden kekerasan terjadi, konselor diharuskan untuk segera memberikan intervensi krisis, termasuk meyakinkan siswa yang mengalami trauma dan menghubungi pihak yang berwenang jika diperlukan. Setelah insiden, sebaiknya mengadakan sesi pembekalan dengan siswa dan staf untuk memproses kejadian tersebut dan memberikan konseling berkelanjutan kepada mereka yang membutuhkan.

Manajemen krisis di sekolah tidak hanya mengenai respon cepat terhadap keadaan darurat, namun juga  memastikan kesejahteraan emosional dan psikologis seluruh komunitas sekolah Konselor sekolah memainkan peran  penting dalam semua tahap manajemen krisis, mulai dari persiapan hingga pemulihan. dengan keterampilan dan strategi yang tepat, konselor dapat  mengurangi dampak negatif krisis, mendukung proses pemulihan yang efektif, dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan tangguh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun