Mohon tunggu...
DJOKO MOERNANTYO
DJOKO MOERNANTYO Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Laki-laki biasa-biasa saja. Berujar lewat kata-kata, bersahabat lewat dialog. Menulis adalah energinya. Suka BurgerKill, DeadSquad, Didi Kempot, Chrisye & Iwan Fals. Semoga mencerahkan :)\r\n\r\n@personal blog:\r\n#airputihku.wordpress.com\r\n#baladaatmo.blogspot.com #Follow: Twitter: @matakucingku\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Muak Memuja" - Catatan Kritis Untuk Fans Fanatik

17 September 2013   19:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:45 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya atau tidak, yang namanya “pemujaan” terhadap idola sampai sekarang masih gila-gilaan loh. Yang lucunya –atau bodohnya—sampai-sampai penggilanya bakal ngamuk, kalau idolanya disentil yang berbeda dengan apa yang diharapkannya. Idola adalah “dewa”.

GELENG-GELENG kepala menjadi hal yang pertama saya lakukan, ketika membaca beberapa forum diskusi di beberapa media online. Khususnya yang berhubungan dengan musik. Isinya selalu sumpah serapah, caci maki dan semua kata-kata yang mendegradasi kemanusiaan. Apalagi kalau ada acara pencarian bakal di televisi, dijamin forum ramai dengan pendukung-pendukungnya, tapi bukan heboh pujian [meskipun ada], tapi sarat hinaan kepada pendukung penyanyi lain.

Sampai saya menulis ide ini, cercaan –untung saya tak pernah punya idola gila-gilaan-- masih terjadi. Setiap apapun yang muncul dari idola satu pendukung, akan langsung disambar dengan cuit-cuit berlawanan, dari pendukung lainnya. Begitu dan begitu terus. Menggelikan sekaligus menggelisahkan.

Soal fanatisme ini, saya sudah beberapa kali menulis. Baik dari kajian teoritis, psikologis dansosial. Rasanya tidak perlu dibahas detil lagi. Saya menyoroti “pemujaan” yang menurut saya sudah di taraf memuakkan. Maaf kalau saya agak sebel dengan pemujaan. Bagaimana tidak, memuja, mendewakan, bahkan “menuhankan” kadang-kadang terjadi, tanpa menggunakan akal sehatnya. Selama dukungan itu positif, menyenangkan dan membuat idolanya tak terganggu, monggo saja.

Apa itu yang disebut pemujaan berlebihan? Apa itu yang disebut fanatisme tolol, karena justru membuat idolanya tampak bodoh dengan kelakukan-kelakuan fansnya yang meresahkan? Di Indonesia [dan di forum-forum internet], sayangnya, jawabannya adalah: iya!

Lah kalau Anda memuja Fatin, digempur oleh fansnya Novita, kalau Anda memuja Agnez Monica, Anda diserapahi oleh haters-nya. Anda mengritisi, langsung “diserbu” penggilanya. Enaknya memang wajar-wajar saja, tidak terlalu memuja. Suka boleh, tapi jangan menggilai sampai mati.  Nanti ikut gila.

Saya muak memuja. Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun