Percaya atau tidak, yang namanya “pemujaan” terhadap idola sampai sekarang masih gila-gilaan loh. Yang lucunya –atau bodohnya—sampai-sampai penggilanya bakal ngamuk, kalau idolanya disentil yang berbeda dengan apa yang diharapkannya. Idola adalah “dewa”.
GELENG-GELENG kepala menjadi hal yang pertama saya lakukan, ketika membaca beberapa forum diskusi di beberapa media online. Khususnya yang berhubungan dengan musik. Isinya selalu sumpah serapah, caci maki dan semua kata-kata yang mendegradasi kemanusiaan. Apalagi kalau ada acara pencarian bakal di televisi, dijamin forum ramai dengan pendukung-pendukungnya, tapi bukan heboh pujian [meskipun ada], tapi sarat hinaan kepada pendukung penyanyi lain.
Sampai saya menulis ide ini, cercaan –untung saya tak pernah punya idola gila-gilaan-- masih terjadi. Setiap apapun yang muncul dari idola satu pendukung, akan langsung disambar dengan cuit-cuit berlawanan, dari pendukung lainnya. Begitu dan begitu terus. Menggelikan sekaligus menggelisahkan.
Soal fanatisme ini, saya sudah beberapa kali menulis. Baik dari kajian teoritis, psikologis dansosial. Rasanya tidak perlu dibahas detil lagi. Saya menyoroti “pemujaan” yang menurut saya sudah di taraf memuakkan. Maaf kalau saya agak sebel dengan pemujaan. Bagaimana tidak, memuja, mendewakan, bahkan “menuhankan” kadang-kadang terjadi, tanpa menggunakan akal sehatnya. Selama dukungan itu positif, menyenangkan dan membuat idolanya tak terganggu, monggo saja.
Apa itu yang disebut pemujaan berlebihan? Apa itu yang disebut fanatisme tolol, karena justru membuat idolanya tampak bodoh dengan kelakukan-kelakuan fansnya yang meresahkan? Di Indonesia [dan di forum-forum internet], sayangnya, jawabannya adalah: iya!
Lah kalau Anda memuja Fatin, digempur oleh fansnya Novita, kalau Anda memuja Agnez Monica, Anda diserapahi oleh haters-nya. Anda mengritisi, langsung “diserbu” penggilanya. Enaknya memang wajar-wajar saja, tidak terlalu memuja. Suka boleh, tapi jangan menggilai sampai mati. Nanti ikut gila.
Saya muak memuja. Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H