Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

War Takjil, Sejarah dan Praktik Berbagi antar Sesama

6 Maret 2025   17:13 Diperbarui: 6 Maret 2025   17:13 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
war takjil di Banda Aceh|dokpri

Meugang merupakan sebuah tradisi sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap hari-hari besar Islam. Tradisi meugang telah lebih dulu dipraktekkan di masa kesultanan Aceh. Walaupun dalam prakteknya hari ini sedikit berbeda di berbagai daerah. 

Tradisi lain yakni memberi santunan kepada anak yatim. Setiap masjid di Aceh mengumpulkan uang dari sumbangan masyarakat. Menjelang lebaran, uang hasil sumbangan akan diserahkan kepada anak-anak yatim yang ada di desa. 

Di beberapa masjid panitia menyediakan menu berbuka gratis bagi pengunjung. Siapa saja yang tidak mampu membeli takjil bisa mendapatkan menu berbuka di masjid untuk dinikmati bersama jamaah. 

Ramadan kali ini disambut semarak oleh warga Banda Aceh. Penganan berbuka banyak dijual di sudut-sudut kota Banda Aceh. Varian makanan dan minuman lebih beragam, termasuk jenis minuman kekinian.

Saat berkunjung ke salah satu area war takjil, saya melihat antusiasme masyarakat berburu jenis penganan berbuka. Tidak hanya umat muslim, beberapa warga non-muslim terlihat mengantri makanan disana. 

Segala macam minuman seperti kelapa, es tebu, teh manis, es campur tersedia. Tidak hanya minuman, ada berbagai jenis kudapan lezat dijual dengan harga cukup murah.

Kue dan gorengan|dokpri
Kue dan gorengan|dokpri

Berbagai macam kue mudah dijumpai hampir di banyak pinggiran kota. Per porsinya dijual dengan harga Rp.1000-3000. Sedangkan makanan seperti martabak telur masih dihargai Rp.5000-6000 per bungkus.

Rata-rata pembeli tak mampu membendung hasrat menimbun menu berbuka. Di satu sisi, ini adalah rejeki untuk para penjual selama bulan Ramadan. 

Di sisi lain, nafsu makan terlalu besar juga tidak baik untuk tubuh. Apalagi banyak makanan tersisa yang tak kunjung dinikmati ketika perut terasa terlalu sesak. 

War takjil menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Jalanan terlihat lebih padat menjelang waktu sore hari. Penjual musiman memang menargetkan momen puasa untuk menambah penghasilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun