Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Waspada Hormon Kebahagiaan Palsu Akibat Penggunaan Smartphone Berlebih

17 Februari 2024   12:03 Diperbarui: 18 Februari 2024   00:34 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan smartphone pada anak|freepik.com

"Effects of media use, smart phone addiction, and adult ADHD symptoms on wellbeing of college students during the COVID-19 lockdown: Dispositional hope as a protective factor" 

Yang tertulis di atas adalah judul sebuah jurnal berkaitan dengan adiksi pada smartphone dan hubungannya dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD). 

Dalam studi ini, ditemukan fakta bahwa "we found a significant positive correlation between ADHD symptoms and smartphone addiction". 

Apa maknanya?

Ada korelasi positif antara gejala penurunan fokus dan kecanduan pada smartphone. Dengan bahasa yang mudah dipahami, orang yang menggunakan smartphone secara berlebihan bisa mengalami penurunan fokus/kemampuan konsentrasi.

Pada kasus berbeda di Inggris, sebuah jurnal bertema "Attention deficit hyperactivity symptoms predict problematic mobile phone use" dengan sampel 273 orang juga memaparkan hal serupa. 

Pada jurnal ini disebutkan bahwa, ada korelasi positif antara umur dan adiksi pada smartphone. Secara gamblang, penggunaan smartphone dalam waktu berlebih bisa memicu menurunnya fokus pada remaja.

Nah, sekarang coba perhatikan di sekeliling kita, seberapa banyak anak-anak, remaja dan orang dewasa yang menggunakan smartphone untuk keperluan sehari-hari.

Memang, sekilas kita menganggap smartphone mempermudah segalanya. Ada banyak hal yang bisa dipangkas secara waktu dan tentunya sangat membantu. 

Disisi lain, otak manusia membentuk jaringan baru sesuai kebiasaan. Simpelnya, otak merespon apa yang kita ulangi terus menerus dan membentuk jaringan baru yang kemudian menjadi sebuah database. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun