Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panas Ekstrem dan Depopulasi, Apakah Sebuah Kebetulan?

3 Mei 2023   11:16 Diperbarui: 3 Mei 2023   11:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panas ekstrem|freepik.com

Cuaca panas saat ini sedang menghantui kawasan Asia tenggara, Indonesia termasuk di dalamnya. Sementara itu, laju populasi dunia juga berubah drastis.

Laju populasi dan perubahan cuaca adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Sekilas memang tidak terlihat signifikan, namun dalam jangka waktu lama dampaknya akan terasa seperti butterfly effect.

Pergerakan populasi dunia yang menumpuk pada kawasan perkotaan membuat sumber daya alam terkuras secara tidak merata. Sebagai contoh, kebutuhan akan makanan dan minuman jauh lebih besar di perkotaan ketambang kawasan pedesaan.

Lalu, apa kaitannya dengan pemanasan global? baik, mari kita bahas lebih detil. Faktor mobilisasi penduduk tergantung pada ketersediaan pekerjaan dan kebijakan. Dalam hal ini, unsur politik jelas memiliki peran penting.

Seiring berkembangnya kota-kota besar di dunia, banyak lowongan pekerjaan yang lebih menjanjikan hadir di pusat kota. Penduduk pinggiran kota dan kawasan pedesaan dengan sendirinya tergerak untuk mencoba keberuntungan di kota besar.


Penumpukan penduduk pada satu kawasan secara tidak langsung merubah tatanan kehidupan. Kebutuhan akan air bersih meningkat sehingga penyusutan debit air terjadi dengan cepat.

Perlahan namun pasti, ketersedian air di bawah tanah berkurang karena pola pengambilan air secara masif tanpa kontrol melalui kebijakan.

Lahan yang sempit di kawasan kota memberi ruang terbatas untuk penanaman pohon-pohon besar. Ditambah dengan pola membangun rumah tanpa taman, sehingga penyerapan air melalui tanah tidak efisien. 

Hal ini tanpa kita sadari menyebabkan suhu bumi terus berubah. Jumlah pohon yang terus berkurang bersebab pembukaan lahan baru dan komplek perumahan juga merubah ekosistem sekitar.

Flora dan Fauna yang sejatinya membantu menyeimbangkan suhu bumi kian menipis. Suhu panas ekstrem yang dirasa saat ini bukan mustahil bertambah parah kedepannya.

Penumpukan populasi pada kawasan kota perlu ditinjau, dikaji, dan dianalisa untuk membuat satu kebijakan terstruktur. Efek jangka panjang akan ditanggung oleh semua orang, tidak terkecuali pada penduduk kota semata.

Artinya, bagaimana caranya kestabilan populasi pada berbagai daerah, baik desa dan kota, perlu dipertimbangkan dengan bijak. Kemerataan pembangunan adalah satu diantara banyak solusi yang bisa dilakukan.

Konsep penumpukan pekerjaan di perkotaan tanpa disadari merubah banyak hal. Tata kota dan kelestarian alam harus dibangun secara berdampingan agar ekosistem alam tidak rusak.

Pada kawasan pedesaan, akses pekerjaan seharusnya dipikirkan dengan meninjau aspek geografis. Misalnya, kawasan dengan lahan pertanian yang luas hendaknya menyediakan akses sekolah pertanian, teknologi dan penelitian terampil.

Dengan cara ini, populasi penduduk mampu dijaga dan ekosistem pertanian juga terus dipelihara. Anak-anak muda tidak perlu keluar desa untuk belajar tentang pertanian karena semua fasilitas ada disana, termasuk akses pada penelitian dengan teknologi mutakhir. 

Begitu pula dengan kawasan laut, sekolah perikanan dan akses pekerjaan sesuai geografis alam mesti dikedepankan. Kampus tidak lagi harus menumpuk di perkotaan, sebaliknya ijin pembukaan institusi pendidikan harus merujuk pada kebijakan menjaga alam dan produktifitas penduduk berlandaskan geografis area setempat.

Penduduk di pedesaan diberi insentif untuk menjaga jumlah populasi dengan jaminan sekolah berbasis keilmuan dan keahlian yang siap ditampung pada jenis pekerjaan yang sudah dipetakan 20-30 tahun kedepan.

Perusahaan kecil bergerak pada bidang penelitian sebaiknya dibangun di kawasan yang sesuai. Struktur Jenis pekerjaan lebih baik merujuk pada letak geografis dan keunggulan kawasan setempat.

Pakar pada bidang yang dibutuhkan langsung dipetakan dan dipersiapkan merujuk pada populasi setempat. Jadi, tidak ada lagi istilah tidak adanya pakar yang berasal dari kawasan setempat. Sehingga, para pakar tidak hanya terpusat pada kawasan kota saja.

Kemajuan tidak selamanya harus berbentuk bangunan tinggi dengan pusat hiburan terpampang mewah. Sebenarnya, ilusi pembangunan menyebabkan efek samping pada siklus alam.

Banyak orang yang tidak menyadari betapa jargon pembangunan bak musuh dalam selimut. Ibarat fatamorgana yang terlihat meyakinkan dari jauh, namun pada hakikatnya hanya ilusi.

Depopulasi tidak terjadi tanpa sebab. Arah pembangunan yang salah dan kebijakan yang searah membuat orang enggan untuk menambah keturunan karena merasa terbebankan.

Apakah Indonesia bakal mengalami nasib yang sama seperti Jepang? no one knows!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun