Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa dan Petasan, Sebuah Refleksi Masa Kecil

2 April 2023   12:47 Diperbarui: 2 April 2023   13:12 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi masa kecil.|freepik.com

Saat masih kecil di era 90 an, saya masih memaknai puasa sebagai latihan menahan lapar. Selain itu, momen lebaran tentu saja yang paling ditunggu-tunggu.

Seiring waktu, ilmu pun bertambah. Pemahaman puasa sudah mulai membentang luas. Dari sekedar menahan lapar dan dahaga, merambah pada kemampuan menahan hawa nafsu. 

Memori masih kecil memang sulit dilupakan. Dulu saya condong berteman dengan mereka yang lebih tua, akibatnya saya mau tidak mau terbawa arus. Untungnya, arus yang membawa saya tidak begitu deras. 

Momen puasa dahulu kala rasanya lebih lama. Beda dengan sekarang yang serba cepat. Baru sahur, dhuhur tiba dengan cepat. Disusul ashar, eh tiba-tiba sudah mau buka. 

Seingat saya, sehari berpuasa dulunya terasa sangat lama. Ya, mungkin saja karena aktivitas yang menyita waktu boleh dikatakan tidak begitu banyak. Paling hanya bermain dengan teman di sawah, menangkap ikan, bermain layang-layangan, dll. 

Berbeda dengan saat ini dimana akses informasi melalui smartphone mudah sekali menenggelamkan waktu. Intensitas berpuasa pun berbeda jauh.

Puasa dan Petasan

Datangnya bulan puasa membawa berkah bagi siapapun, termasuk bagi penjual petasan. Penjual petasan ini  layaknya pedagang musiman, hanya berjualan saat momen tertentu. 

Ketika hendak lebaran, para penjual petasan sudah mulai menampakkan hidung. Mereka Kadangkala menggelar lapak jualan di sudut jalan. Untung yang mereka dapat juga sangat menggiurkan.

Uniknya, ada beberapa pedagang petasan atau yang lumrah dikenal penjual mercon sudah mulai berjualan jauh sebelum lebaran datang. Akhirnya, anak-anak pada umumnya berpuasa untuk mengharap hari lebaran tiba secepatnya. 

Selain karena momen hadiah baju lebaran dari orang tua, ada sekotak mercon yang ditunggu. Suara letusan mercon yang dibakar dan bau khas hasil pembakaran meninggalkan bekas yang sulit dilupakan.

Alkisah, ada beberapa teman yang membeli petasan dalam jumlah besar. Mereka punya kebiasaan usil. Umur mereka terpaut 4-10 tahun dari saya saat itu.

Karena lebih tua, mereka punya area kekuasaan yang lebih luas. Begitulah 'penjajahan' masa-masa itu. Saya masih teringat, ketika mereka mengajak untuk melemparkan mercon ke rumah seseorang yang sangat dikenal pelit ketika itu. 

Entah jam berapa mereka mulai beraksi. Seingat saya sekitar jam 2-3 pagi. Tentu saja posisi saya saat itu di bagian paling belakang, cuma mengawasi dari jauh. 

Satu orang yang lebih dewasa mulai membakar sumbu mercon yang kemudian dilemparkan ke pagar rumah yang koordinatnya sudah terkunci. Tummmmmm, ledakan pertama terdengar. 

Disusul ledakan kedua dan ketiga. Yang punya rumah keluar sambil mengejar. Tidak menunggu lama, saya juga merasa jadi 'korban' langsung saja tancap gas. 

Lucunya, karena arah lari yang terpencar. Ada seorang teman yang dikejar anjing karena berlari pada area yang kurang beruntung. Sayangnya lagi, ia terpaksa melompat pagar setinggi dua meter demi menyelamatkan diri. 

Saya dan beberapa teman lainnya bersembunyi pada sebuah kedai kosong. Yang punya rumah sampai membawa senter menelusuri sawah mencari terdakwa.

Untung saja kami selamat. Kalau tidak, ya pasti nasib berujung tragis. Saya benar-benar jera akibat ulah para senior yang kurang kerjaan. Tapi, ya sudahlah, toh sudah terjadi juga. Paling tidak sudah ada pengalaman lari maraton di malam hari. hehe.

Di kesempatan lain, ada beberapa teman yang berbuat jahil. Yang paling saya ingat adalah, salah satu dari mereka memasukkan mercon ke dalam sebatang rokok. 

Tembakau sengaja mereka keluarkan terlebih dahulu, baru kemudian mercon dimasukkan dan ditutupi kembali dengan tembakau. Rokok itu pun lalu diberikan ke seseorang yang sudah ditarget.

Saat rokok dibakar, sumbu pun terbakar. Beberapa menit kemudian terdengar suara dentuman keras, tuummmmmmm.

Bisa dibayangkan apa yang terjadi! sebatang rokok meledak di tangan membuat syok luar biasa. Mungkin saja yang menghisap rokok bisa trauma seketika. Akan tetapi, walaupun marah tetap saja mereka akur. 

Ah, 20 tahun sudah berlalu! momen itu tetap sulit dihilangkan dari memori. Satu pelajaran yang bisa diambil, berhati-hatilah dalam memilih teman.  :-)

Saya masih bersyukur tidak dikejar anjing saat itu. Kalau saja itu menimpa saya, sungguh saya tidak pernah menulis di Kompasiana saat ini . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun