Hari ini saya mencoba membaca beberapa media asing yang menyorot tragedi Kanjuruhan pada pertandingan bola di Indonesia, diantaranya dailymail, nytimes, bbc, the guardian, dan news.sky.
Tujuan utama saya adalah ingin melihat bagaimana tendensi pemberitaan yang dibangun oleh media asing selepas kejadian yang menghilangkan 100 lebih nyawa dalam sekejap.
Sekilas saya melihat mayoritas berita asing yang saya sebutkan diatas mempertanyakan standar pengamanan yang dilakukan oleh polisi di dalam stadion karena tembakan gas air mata yang dinilai tidak sesuai prosedur.
Di samping itu, pertanyaan juga mengarah pada pihak manajemen yang dinilai menjual tiket lebih banyak dari standar bangku penonton yang terlihat melebihi kapasitas tampung stadion. Benarkah demikian?
Berikut beberapa kalimat yang disorot oleh berita asing :Â
- Human rights organizations condemned the use of tear gas, which is prohibited by FIFA, soccer's global governing body
- "The police did not warn us before they fired teargas at us. So when the crowd broke, it was full of panicked and suffocating people with burning eyes," he said.
- Indonesian police are facing increasing pressure over their management of crowds during the Kanjuruhan stadium disaster,
- One eyewitness told the BBC that police had fired numerous tear gas rounds "continuously and fast" after the situation with fans became "tense".
- Harrowing video shows fans scaling fences as they try to escape the smoke, which did not dissipate, with some falling to the ground and losing consciousness and being trampled under a stampede.Â
Dari beberapa kalimat diatas jelas terlihat beberapa pemakaian kata yang menjurus jeleknya penanganan di lapangan, kata warn, condemn, increase pressure, fired semuanya mengarah pada pemakaian gas air mata yang dianggap menyalahi aturan.
Sedangkan pada kalimat "as they try to escape the smoke, which did not dissipate"Â menggambarkan usaha para penonton yang berusaha menyelamatkan diri dari gas air mata namun tidak berhasil karena asap yang tidak hilang, akhirnya membuat beberapa orang terjjatuh hilang kesadaran dalam lautan desakan.Â
Peristiwa naas ini menjadi tanda tanya besar akan dua hal: sistem manajemen dan pola pengamanan. Terlihat bahwa pihak manajemen tidak siap menghadapi kondisi dengan ada beberapa pintu keluar yang dipercaya penonton tidak bisa dibuka saat mereka mencoba keluar untuk menghindari gas air mata.
The Guardian memberitakan  'Three witnesses told the Guardian teargas was fired not only at fans on the pitch but also at crowds who had remained in the stands, and that no warning was given'
Adanya indikasi bahwa polisi juga menyemprotkan gas air mata pada penonton yang hanya berdiri dan tidak ada peringatan sama sekali. Jika ini benar, maka perlu dipertanyakan kualitas pengamanan dalam stadion. Apakah tidak diberi pelatihan?