Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jangan Membiarkan Anak Menangis Terlalu Lama

13 September 2022   09:06 Diperbarui: 13 September 2022   09:22 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak Menangis. www.freepik.com

Yang harus dipahami disini, menangis adalah hal yang wajar bagi anak-anak, namun membiarkan anak menangis terlebih dalam waktu lama sangat tidak dianjurkan. 

Nah, pada saat hormon kortisol diproduksi oleh tubuh, glukosa diproduksi lebih banyak di dalam aliran darah sehingga otak bekerja lebih cepat dan membutuhkan perbaikan pada lapisan otak.

Produksi hormon kortisol juga menyebabkan perubahan respon imun tubuh dan menghambat sistem pencernaan,sistem reproduksi dan juga pertumbuhan. Ringkasnya, jika hormon kortisol diproduksi rutin akibat sering menangis karena faktor stres dengan sendirinya imun tubuh menurus dan rentan terhadap serangan penyakit.

Ketika seorang anak menangis lama dan tidak direspon, otak akan mengirim sinyal ketubuh untuk memahami keadaan. Interpretasi informasi yang dipahami otak bisa saja salah. Misalnya, anak menganggap orangtua tidak menyayangi dan merasa ditelantarkan. Akibatnya, reaksi tubuh berubah.

Sangat berbeda ketika seorang anak menangis, lalu ayah atau ibunya datang menanyakan kenapa anak menangis. Dengan cara ini respon tubuh bekerja normal tanpa memicu munculnya hormon kortisol yang membuat kerja otak meningkat dari normalnya. 

Anak Belum Memahami Emosi dengan Baik

Ketika umur anak bertambah dan kemampuan berbicara sudah baik, durasi menangis anak akan berkurang. Namun, pada tahap ini anak belum mampu memahami efek emosi yang muncul.


Misalnya, ketika bermain menyusun benda, anak tidak mengetahui caranya dan akan merasa jengkel atau marah, sehingga memicu munculnya emosi berlebihan dan mulai menangis. 

Nah, dalam kondisi seperti ini anak membutuhkan orangtua untuk bisa memahami apa yang ia rasakan. Ayah atau ibu bisa menjelaskan bahwa tidak mungkin dalam sekali coba langsung bisa, perlu usaha dua sampai tiga kali agar berhasil menyusun.

Tidak ada yang salah dengan sikap jengkel atau marah, akan tetapi marah berlebihan atau jengkel pada bukan tempatnya yang seharusnya diajarkan orangtua kepada anak.

Jika anak sering diarahkan untuk memahami emosinya, perlahan namun pasti anak akan memahami setiap reaksi emosi yang muncul dan mampu memberikan reaksi positif terhadap emosi yang muncul.

Kalau anak terlalu sering dibiarkan menangis sendiri tanpa didekati dan ditanyakan alasan kenapa menangis, otak anak akan membentuk input negatif di otak sehingga kontrol emosi tidak terbentuk secara wajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun