Intinya, menghafal kosakata yang banyak tidak akan bermanfaat jika tidak memahami konteks pemakaian kata tersebut dengan benar dan tepat. Contoh kecil, kata remove dan replace memiliki makna yang sama namun berbeda ketika digunakan.
Remove is to move something from one place to another, especially to take away.
Replace is to restore to a former place, position, condition, or the like.
Berbeda bukan? jadi ketika kita membuat kalimat I replaced my car with a newer model. maka kata replace tidak bisa diganti dengan remove. Penggunaan kosakata sangat tergantung kepada konteks.
Makanya perlu dipahami bahwa menghafal kosakata itu bukan metode yang baik terlebih jika tidak memahami kapan dan bagaimana kosakata itu digunakan. Yang sering terjadi adalah salah menempatkan kosakata sehingga maknanya berubah total dan bisa terkesan lucu.
Solusinya bagaimana? saran saya perbanyak mendengar penutur asli dan membaca buku. Ini konsep belajar bahasa paling jitu. Dengan memberi input yang banyak ke otak, maka dengan sendirinya otak akan memilah dan memilih kata yang digunakan.
Satu cara lain yaitu dengan memahami kata yang sama atau synonym. Dengan begitu, kita akan mampu menjelaskan satu hal dengan menggunakan kata berbeda-beda. Yah, tentunya pahami konteks penggunaannya terlebih dahulu.
3. Sedikit Mendengar
Nah, kesalahan ketiga adalah sangat sedikit melakukan aktifitas mendengar. Jika seseorang fokus pada tata bahasa maka yang terjadi adalah sulit melafalkan kata dan menggunakannya dengan baik dan tepat.
Mendengar seharusnya menjadi poin utama dalam belajar bahasa dan harus dilakukan sesering mungkin. Ketepatan melafalkan kata dan menggunakannya dalam kalimat sangat tergantung pada input mendengar yang kita lakukan.Â
Terlebih bagi anak-anak yang lahir dan besar di negara dengan bahasa Inggris misalnya akan lebih mudah menguasainya dibanding dengan mereka yang mempelajari bahasa di negara lain.Â