Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Pustaka Ramah Anak

21 November 2019   21:17 Diperbarui: 21 November 2019   21:40 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki aset tak terhingga, dari darat sampai lautan semua adalah aset negara. Namun, kekayaan alam ini tidak termanfaatkan dengan baik karena kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni dibidangnya. 

Salah satu penghalang besar adalah rendahnya tingkat literasi di negara ini disebabkan kurangnya minat membaca. Keberadaan pustaka yang masih terbilang sedikit juga menjadi faktor penghambat berkembangnya minat baca bagi sebagian besar penduduk. 

Seharusnya disetiap desa ada satu pustaka yang ramah terhadap anak. Kenapa harus anak? Karena membangun minat membaca harus dimulai dari usia dini. Jika dari kecil anak tidak suka membaca maka saat besar sangat sulit membentuk kebiasaan membaca. 

Hampir rata-rata pustaka identik dengan orang dewasa. Maka tak heran buku yang tersedia juga kebanyakan buku orang dewasa. 

Di hampir setiap provinsi jarang sekali ada pustaka yang didesain khusus untuk anak. Padahal banyak anggaran yang bisa diplot untuk membangun Pustaka khusus anak. Jika saja setiap desa bisa memplot anggaran untuk membangun sebuah pustaka anak. Maka tentunya pustaka akan menjadi tempat favorit anak. 

Diluar negeri buku-buku untuk anak tersedia begitu banyak dan harganya lumayan murah. Ini salah satu cara membuat anak suka membaca. Di Indonesia, buku-buku khusus anak lumayan mahal sehingga hanya keluarga yang berduit yang berminat. 

Kurangi jam belajar, perbanyak waktu membaca

Rasanya anak-anak di Indonesia kebanyakan menghabiskan waktu didalam kelas. Dengan adanya sekolah full-time dari pagi ke sore, anak-anak malah akan lebih stres. Jam belajar seharusnya cukup sampai jam 12 siang saja. 

Jika setiap desa memiliki satu pustaka yang ramah anak, maka fokus belajar bisa diarahkan ke membaca. Misalkan, setiap anak diberikan kartu membaca dan diwajibkan membaca satu buku setiap hari maka akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan minat membaca. Nantinya, hasil bacaan bisa dijadikan nilai untuk laporan sekolah. Pasti lebih asik! 

Daripada rapor sekolah Fokus pada nilai dan ranking, alangkah bagusnya jika rapor berbentuk koleksi bacaan buku. Bagaimana caranya? Sekolah bisa bekerjasama dengan pustaka di desa-desa. 

Setiap buku bacaan yang dipinjam siswa bisa menjadi poin untuk siswa. Nantinya poin itu bisa ditukar dengan koleksi mainan. Semakin banyak buku yang dibaca semakin banyak poin yang diraih, dan tentunya semakin mudah mendapatkan mainan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun