Mohon tunggu...
teguh sarwono
teguh sarwono Mohon Tunggu... -

aku seorang yang ingin berbagi dengan sedikit yang kumiliki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Frustrasi; Sumber Amuk dan Amarah?

3 Maret 2010   04:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Rabu (2/03/2010) kita menyaksikan para wakil rakyat ribut dan berantem satu ama lain. Ada yang memakai kata-kata, ada yang menggunakan tangan entah untuk memukul atau melempar. Beberapa waktu yang lalu kita juga melihat penulis buku gurita cikeas, Adi Tjondro berusaha "menampar" seseorang dalam acara launching bukunya.

Sebenarnya banyak peristiwa serupa terjadi dalam kehidupan kita. Mungkin juga kita pernah mengalaminya sendiri. Amuk, amarah, kekerasan, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita. Mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.

Di rumah, orang tua menganiaya anak, suami melakukan kekerasan terhadap istri, atau bahkan sebaliknya. Di sekolah guru bertindak kasar kepada murid, murid bertengkar dengan sesama murid. Di masyarakat kita melihat perampokan, pembunuhan, penjarahan. Bahkan di dalam gedung DPR yang kita pandang sebagai tempat berkumpulnya "bangsawan-vabgsawan masa kini pun, amuk,amarah dan kekerasan terjadi.

Mengapa hal-hal tersebut sampai terjadi? Menurut saya, salah satu faktor penyebab munculnya tindakan agresif, amarah, amuk dan berbagai bentuk kekerasan yang lain adalah adanya rasa frustrasi.

Terkadang kita dihadapkan pada situasi yang mengecewakan kita, situasi yang tidak sesuai dengan harapan kita, dan kita merasa tidak mampu untuk mengubahnya. Atau kita telah berusaha untuk mewujudkan berbagai macam hal yang baik, tapi selalu gagal dengan berbagai sebab. Mungkin juga kita mengalami tekanan; kita dituntut untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati nurani kita, tetapi kita tidak kuasa untuk menolak. Atau kita berada di lingkungan yang sebenarnya tidak kita kehendaki, tapi kita tidak mampu keluar. Dan ketika kita tidak mampu beradaptasi, ketika kita tidak mampu mengendalikan diri lagi, dan ketika hati dan pikiran kita tertutup, kita tidak mampu lagi berpikir secara jernih, tida mampu lagi bersikap tenang, tidak mampu lagi melihat sesuatu dengan terang....dan akhirnya amarah kita memuncak, tangan kita mengep,memukul,melempar,dan yang ada dalam diri kita hanyalah nafsu untuk menghancurkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun