Mohon tunggu...
Tohirin Sanmiharja
Tohirin Sanmiharja Mohon Tunggu... -

Tohirin Sanmiharja, Dosen al-Islam-Kemuhammadiyahan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Drama

GADO-GADO MAGISTER

27 Juli 2014   00:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:05 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.( MUSIK PEMBUKA: FADE IN – UP – DOWN )

2.NARATOR:

Radio Republik Indonesia, bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) Jakarta mempersembahkan sandiwara radio, dengan judul: TITIAN ILAHI. Dalam episode: GADO-GADO MAGISTER. Naskah karya: Tohirin el-Ashry. Dimainkan oleh: Teater Angkasa, Jakarta.

3.(MUSIK: UP – DOWN)

4.SFX: Suasana malam hari.

5.SFX: Tangisan bayi: Oe, oe, oe....

6.FATMA: Cup, cup, cup.... o... ngompol ya... sayang, sayang...

7.SFX: Tangisan makin menjadi.

8.FATMA: Bi, tolong ambilin pempers.

9.FAKIH: Kan sudah habis, Mi.

10.FATMA: Beliin sebentar dong, Bi.

11.FAKIH: Aduhh... Abi lagi tanggung nih, selesaiin dulu satu bab. Ntar idenya keburu ilang. Besok Abi harus ketemu pembimbing. Abi harus jadi magister tahun ini. Terus mau nyiapin naskah khutbah juga. Besok Abi giliran khutbah di kampus.

12.FATMA: Sebentar doang, Bi... Masa lebih sayang tesis daripada anak.

13.FAKIH: Bukan begitu Mi... ini semua kan buat Dede juga. Buat masa depan kita. Ok. Iya, iya. Maafin. Abi ke depan dulu.

14.FATMA: Tuh, uangnya di dompet Umi.

15.FAKIH: Nggak usah. Ini kan kewajiban Abi.

16.FATMA: Bi......Abi benar. Tapi kalau lagi nggak ada, uang Umi kan nggak apa-apa. Uang kita juga. Udah deh, jangan ngebon terus. Buat belanja masih ada, kok.

17.SFX: Tangisan bayi.

18.FATMA: Sayang-sayang-sayang... sini Umi gendong...

19.MUSIK (IN-UP-DOWN)

20.NARATOR:

Dengan berat hati, Fakih mengambil uang itu. Fakih tahu, uang itu sebenarnya adalah uang modal jualan istrinya. Fakih melangkah keluar.

21.MUSIK (IN-UP-DOWN)

22.SFX: Suasana pagi hari.

23.SANTI: Bu Ustadz, gado-gadonya dua Bu, ya?

24.FATMA: Ee... Mbak Santi. Makan sini, Mbak?

25.SANTI: Sini aja, Bu. Oh, iya Bu Ustadz. Ini Reza, adik saya yang tinggal di Semarang itu lho, Bu Ustadz.

26.FATMA: Ooo... Mas Reza yang pengusaha muda itu, kan?

27.REZA: Ah, bukan pengusaha, Bu Ustadz. Orang cuma usaha kecil-kecilan. Habis mau apa lagi, pendidikan tidak punya.

28.SANTI: Iya Bu Ustadz. Dia sudah lama ingin ke sini lho, Bu. Katanya ingin melanjutkan kuliah. Mau tanya-tanya dulu sama Pak Ustadz. Saya sering cerita ke dia tentang Ustadz Fakih. Beliau orangnya ulet, sederhana, dan punya semangat belajar yang tinggi.

29.REZA: Iya, Bu Ustadz. Kata Mbak Fatma, Pak Ustadz itu masa lalunya orang susah seperti saya, tapi nyatanya bisa menjadi dosen. Malah... denger-denger sedang menyelesaikan S2 Bu, ya?

30.FATMA: Iya. Itu kan persyaratan Mas Reza. Sekarang lulusan S1 tidak diperbolehkan ngajar di perguruan tinggi. Jadi terpaksa... ya ambil S2.

31.SFX: Suara piring taruh meja (Fatma menghidangkan gado-gado).

32.FATMA: Silahkan gado-gadonya dinikmati.

33.REZA: Makasih, Bu.

34.SANTI: Bukannya Pak Ustadz sudah lama ngajar di kampus, Bu?

35.FATMA: Sudah. Tapi masih honorer. Belum bisa diangkat kalau belum ada ijazah S2. Makanya ceritanya tahun ini sedang maksain untuk selesai S2. Kalau tidak selesai tahun ini katanya namanya dicoret.

36.SANTI: Wah.. ketat juga aturannya, Bu ya?

37.SFX: Suara kelontang-kelonteng piring (Reza sedang menikmati gado-gado)

38.REZA: Bu Ustadz, gado-gadonya enak juga, Bu.

39.FATMA: Alhamdulillah, kalau Mas Reza suka.

40.REZA: Beneran lho, Bu. Ini lain rasanya. Ada yang khas. Ini laku di jual di mall lho, Bu.

41.SFX: (OFF MIKE) Tangisan bayi.

42.SFX: Pintu dibuka. Fakih keluar menggendong bayi.

43.SANTI: Pak Ustadz...

44.FAKIH: Ee... ada Mbak Santi. Ini?

45.REZA: Reza, Tadz. Adiknya Santi.

46.SFX: Bayi nangis lagi.

47.FAKIH: Sayang, sayang, sayang... anak saleh tidak boleh bangis...

48.FATMA: Abi berangkat jam berapa?

49.FAKIH: Jamn setengah lapan.

50.FATMA: Ini udah jam lapan. Sini biar Dede Umi gendong.

51.FATMA: Sini sama Umi... sayang, sayang... Abi mau berangkat dulu. Udah kesiangan...

52.FAKIH: Mba Santi, Mas Reza... mohon maaf saya jalan dulu ya..

53.SANTI/REZA: Iya, Tadz...

54.SFX: Fakih starter motor, motor nyala.

55.FAKIH: Asslamu’alaikum.

56.SANTI/REZA/FATMA: Wa’alaikum salam.

57.MUSIK (IN-UP-DOWN)

58.NARATOR:

Setelah tiga tahun menjalani studi, akhirnya Fakih dapat menyelesaikan program magisternya.Setelah menyelesaikan program S2, ia berharap segera diangkat menjadi dosen tetap. Tapi setelah setahun berlalu, ternyataharapanitu belum juga terwujud.

59.SFX: Siang hari. Kicau burung.

60.SFX: Suara motor. Fakih pulang khutbah.

61.SFX: Langkah-langkah kaki.

62.FAKIH: Assalamu’alikum.

63.FATMA: (OFF MIKE) Wa’alaikum salam.

64.SFX: Pintu dibuka.

65.FATMA: Kok cepet, Bi?

66.FAKIH: Nggak jadi khutbah di benhil. Khutbah di masjid belakang. Dede tidur, Mi?

67.FATMA: Iya. Dari tadi pules bener. Mau langsung makan, Bi?

68.FAKIH: Ntar aja. Air putih aja.

69.NARATOR:

Fatma masuk ke dalam. Tak berapa lama ia kembali membawakanair minum untuk suaminya.

70.SFX: Suara gelas ditaruh.

71.FAKIH: Mi, ini ada rezeki.

72.FATMA: Tumben di masjid Al Ikhlas dikasih honor, Bi?

73.FAKIH: Ya... mungkin takmir masjid sedang ada rezeki.

74.FAKIH: (MENGHELA NAFAS) Kadang Abi ngerasa bersalah juga sama Allah, Mi.

75.FATMA: Emang kenapa, Bi?

76.FAKIH: Harusnya dakwah kan lillahi ta’ala, tidak boleh mengharap amplop.

77.FATMA: Tapi Abi kan tidak minta.

78.FAKIH: Iya, memang. Tapi saya tak bisa membohongi diri kalau saya berharap. Apalagi kalau sedang kesulitan seperti ini. Bukan hanya mengharap. Tapi sangat mengharap. Saya berharap setelah S2 selesai segera diangkat sehingga pendapatan kita tambah. Tapi kenyataannya sampai hari ini belum ada kepastian juga. Gaji dosen honorer untuk beli bensin saja tidak nutup.

79.FATMA: Allah sedang menguji kita, Bi. Kita harus menambah kesabaran.

80.FAKIH: Iya. Barangkali demikian. Mungkin Abi salah niat Mi, ya. Harusnya belajar kan niat karena Allah, memenuhi kewajiban menuntut ilmu. Ee.. ini malah niat ingin dapat jabatan. Kadang Abi malu dipanggil ustadz.

81.FATMA: Bi... biar Abi Ustadz tapi kan juga manusia. Wajar kalau sesekali berkeluh kesah.

82.FAKIH: (MENGHELA NAPAS) Makasih, Mi.

83.MUSIK (IN-UP-DOWN)

84.SFX: Malam hari. Suara jengkerik.

85.FAKIH: (SEDANG BACA AL-QURAN) Innalladziina aamanuu wa ‘amilussolihaati lahum ajruhum ‘inda robbihim.

86.SFX: (OFF MIKE) Suara motor.

87.SFX: Ketukan pintu.

88.REZA: (OFF MIKE) Assalamualaikum.

89.FAKIH: Wa’alaikum salam. Silahkan masuk.

90.SFX: Suara pintu.

91.FAKIH: Ee... Mas...

92.REZA: Reza, Tadz.

93.FAKIH: Oh, iya. Yang adiknya Santi itu kan?

94.REZA: Iya, betul.

95.FAKIH: Silahkan duduk, Mas.

96.FATMA: Ee.. ada tamu.

97.FAKIH: Bu Ustadz..

98.FATMA: Mbak Santinya nggak ikut?

99.FAKIH: Enggak, Bu Ustadz.

100.FAKIH: Jadi Mas Reza adik yang nomor berapa?

101.REZA: Pertama, Tadz. Kami dua bersaudara.

102.FAKIH: Oh, begitu.

103.REZA: Jadi begini Tadz, sebenarnya sudah lama saya ingin main kemari. Saya ingin sharing, sekaligus.... minta bimbingan Ustadz.

104.FAKIH: Wah, kok hebat benar ini dimintai bimbingan segala. Kalau boleh tahu mengenai apa?

105.REZA: Saya ini kan kurang pendidikan Tadz. Saya ada rencana ingin melanjutkan kuliah. Barangkali ustadz bisa kasih masukan perguruan tinggi yang bagus di mana, atau... pokoknya tentang seluk-beluk dunia perkuliahan Tadz.

106.FAKIH: Oh, begitu. Begini Mas Reza. Belajar itu memang penting. Sangat penting malah. Tapi niat belajar itu menjadi lebih penting. Kalau boleh tahu, niatan Mas Reza ingin kuliah itu apa? Kebanyakan orang belajar kan supaya dapat pekerjaan yang bagus nantinya, supaya bisa kaya. Pendek kata begitu. Nah, kalau Mas Reza kan soal ini sudah selesai, kan? Malahan ini juga niat yang salah. Saya contohnya. Dulu saya termotivasi melanjutkan S2 karena ingin naik jabatan. Tapi yang didapat apa?

107.REZA: Jadi... Ustadz belum diangkat sampai sekarang?

108.FAKIH: Yah, itulah Mas Reza. Mungkin Allah sedang memperingatkan saya. Nah, lo... jadinya malah saya yang curhat minta bimbingan Mas Reza, kan?

109.REZA: Ah, Pak Ustadz bisa saja...

110.FAKIH: Serius. Saya justru ingin belajar menjadi pengusaha seperti Mas Reza. Dari kemaren saya sudah niat ingin ketemu. Eee... malah datang.Jodoh ini namanya.

111.REZA: Terus, gimana baiknya Tadz? Tadinya memang motovasi saya ingin kuliah sekedar... jaga gengsi. Saya terkadang ngerasa rendah diri kalau ketemu sama teman-teman saya yang kuliahan.

112.FAKIH: Nah, itu dia yang saya bilang tadi niat yang salah. Sekarang begini, kalau Mas Reza mau kuliah, maka niatkan benar-benar murni menuntut ilmu, menjalankan perintah agama. Nah, setelah dapat ilmu kita beri pencerahan pada masyarakat yang membutuhkan. Saya lihat Mas Reza ini lebih bakat jadi ustadz dibanding saya.

113.REZA; Ah, Pak Ustadz ini bisa aja.

114.FAKIH: Serius. Nah... nanti saya yang tukeran jadi pengusaha. Gimana?

115.REZA: Bisa aja ni, Pak Ustadz.

116.FAKIH: Sudah. Begini saja, Mas Reza belajar sama saya tentang dunia perkuliahan, nah... saya belajar sama Mas Reza tentang dunia bisnis.Deal!

117.REZA: Em... ya udah Tadz, deal!

118.FAKIH/REZA: Ketawa.

119.MUSIK (IN-UP-DOWN)

120.NARATOR:

Sejak saat itu, Reza dan Fakih makin sering bertemu. Mereka saling belajar, tukar pengalaman satu sama lain. Reza akhirnya masuk kuliah, dan Fakih memulai usahanya. Atas bantuan modal dari Reza, Fakih meneruskan dan membuka kembali usaha istrinya: jualan gado-gado.Hari demi hari usaha yang ia rintis semakin maju. Bahkan sekarang Fakih sudah merekrut beberapa karyawan. Pelanggan semakin banyak, dari berbagai kalangan. Sesui dengan papan nama yang terpampang di depan kedai gado-gado ini, orang-orang mengenalnya dengan nama: GADO-GADO MAGISTER.

121.SFX: Pagi nan cerah. Kicau burung.

122.SFX: Ramai. Orang-orang sedang ngantri beli gado-gado.

COSTUMER 1: Dibungkus tiga Mba, ya.

COSTUMER 2: Saya makan sini Mba..

COSTUMER 3: Ngantri dong...

COSTUMER 1: Gado-gadonya memang beda ya.

COSTUMER 2: Mungkin karena bosnya Ustadz. Jadi ada bumbu-bumbu doanya... he, he...

123.TAKMIR MASJID: Assalamu’alaikum.

124.FAKIH: Wa’alaikum salam.

125.TAKMIR MASJID: Wah... laris tenann... Ini Tadz, ada undangan khutbah di masjid Al Ikhlas. Meskipun sekarang sudah jadi pengusaha sukses, tapi masih tetap jadi ustadz kan Tadz, ya? He, he..

126.FAKIH: Alhamdulillah. Insya Allah sekarang lebih ikhlas...

127.TAKMIR MASJID/FAKIH: Ketawa

128.MUSIK (IN-UP-DOWN)

129.NARATOR:

Demikianlah, sandiwara radio TITIAN ILAHI, dalam episode: GADO-GADO MAGISTER. Naskah karya: Tohirin el-Ashry. Dimainkan oleh: Teater Angkasa, Jakarta. Persembahan Radio Republik Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) Jakarta. Sampai jumpa dalam episode berikutnya.

130.MUSIK (IN-UP-PENUTUP)

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun