Saya akan mengawali perkuliahan ini dengan terlebih dahulu membahas pengertian Islam. Sederhana, tetapi terkadang ada saja yang belum tahu. Padahal berislam bukan dari kemarin sore. Islam sejak dari kecil, Islam sejak lahir. Tapi ditanya Islam apa terkadang tidak tahu. Ironis, ya? Inilah barangkali kelemahan “Islam keturunan”. Barangkali tak mengapa kalau hanya tidak bisa menjawab apa definisi Islam. Tapi bagaimana kalau sampai menjalar ke ranah keyakinan? Bagaimana kalau ternyata keberislaman yang selama ini dijalankan ternyata hanya karena faktor keturunan?
Maksud saya hanya karena itulah kemudian menjadi atau pun mengaku menjadi orang Islam. Berislam yang tak pernah punya pemahaman, apalagi penghayatan. Kalau begini barangkali tak jauh beda dengan jawaban orang-orang kafir yang ketika ditanya,”Mengapa kalian menyembah berhala?” Mereka menjawab,”Kami semata-mata mengikuti nenek moyang kami.” Jadi agam nenek moyang. Agama yang dijalani sebagai rutinitas tanpa makna. Keberagamaan semacam ini tentu tak ada pengaruhnya pada diri kita. Tak ada bekasnya, tak membahwa perubahan apa pun. Kosong! Beginikah keberagamaan kita selama ini?
Mari kita mengawali perubahan. Mari kita sama-sama berusaha memahami Islam. Pastikan melalui mata kuliah ini kita bertambah pengetahuan dan tambah pemahaman kita tentang Islam. Bagaimana caranya? Mulai dengan niat yang baik. Serius dan sungguh-sungguh mau belajar. Kadang saya sedih melihat banyak diantara teman-teman yang kuliah tanpa keseriusan. Bercanda, bahkan malah mengganggu orang lain. Ngobrol sendiri tak karuan, nyletuk yang tak ada gunanya. Ironisnya terkadang sudah semester tua. Ingat, ini bukan lagi usia-usia labil. Ini sudah MAHASISWA. Penuhi diri Anda dengan karakter intelektual yang sesungguhnya. Sudah siap belajar?
Pertama mari kita pahami arti kata Islam. ISLAM artinya TUNDUK, PASRAH, BERSERAH DIRI, dan DAMAI. Arti bahasa (etimologi) ini melambangkan bahwa agama Islam adalah agama yang membahwa kedamaian. Berislam berarti juga tunduk, berserah diri kepada Allah. Apakah kita sudah menjadi orang yang tunduk? Atau seberapa banyak tingkat ketundukkan kita pada Allah? Apakah agama yang peluk sudah mendatangkan kedamaian pada diri kita? Kalau belum berarti masih ada yang salah dalam beragama kita.
Kemudian, apa pengertian Islam secara istilah? Definisi yang sering dipakai adalah: aturan-aturan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarluaskan kepada seluruh umat manusia agar mereka selamat dunia akhirat. Definisi ini secara teknis benar juga. Tapi sebenarnya ada definisi yang lebih tepat: Islam adalah aturan-aturan Allah yang diturunkan kepada para utusan-Nya sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dimana aturan yang diturunkankepada Nabi Muhammad merupakan penyempurna bagi aturan-aturan sebelumnya untuk disebarluaskan kepada seluruh umat manusia agar mereka selamat dunia akhirat. Nah, kita pakai definisi yang kedua ini, ya. Dihafal, ya? Kalau nanti ujian komprehensif tidak bisa jawab juga, jangan bilang saya ngajar. Malu-maluin..(-:
Coba perhatikan unsur-Unsur yang terdapat dalam definisi ini. Pertama, ada unsur Allah. Ini menegaskan tentang asal ajaran bahwa ajaran Islam berasal dari Allah. Jadi jelas dari mana ajaran ini berasal. Ini juga menegaskan bahwa agama ini bukan hasil karangan manusia. Tapi diturunkan Allah. Berasal dari Allah.. Kalau mau sekedar mengikuti ajaran sih banyak bener di dunia ini yang punya ajaran, ya? Tapi dari mana asal ajaran itu? Bisa dipertanggungjawabkan dunia akhirat tidak?
Kedua ada unsur “pembawa aturan/ajaran” ini, yaitu Nabi Muhammad SAW. Faktor siapa yang membawa ini menjadi penting mengingat kita tentunya tidak bisa bertemu fisik dengan Allah. Jadi kita bisa lihat siapa yang menyampaikan ajaran ini? Bisa dipercaya tidak? Apakah dia benar-benar Nabi? Dalam sejarah tentu kita tahu. Jauh sebelum Muhammad menjadi rasul ia telah mendapat julukan “al-amin” (orang yang terpercaya). Ini tidak hanya diakui oleh orang Islam saja lho, ya? Orang-orang Arab saat itu, yang menyembah berhala sekalipun menyatakan itu. Michael Heart, seorang Barat yang non-Muslim mengangkat Muhammad sebagai manusia nomor satu yang paling berpengaruh. Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia yang sejarah hidup tercatat sangat lengkap dan… uniknya, apa pun yang dilakukan Nabi Muhammad dijadikan pedoman bagi orang lain (umat Islam). Intinya saya ingin mengatakan begini, integritas Muhammad sebagai seorang Nabi, atau sebagai orang yang bisa dipercaya bukan semata-mata karena kita umat Islam didoktrin untuk percaya padanya, tapi bisa dibuktikan secara ilmiah.
Ketiga adalah aspek penerima dakwah yaitu “manusia secara luas”. Kepada segenap manusia ajaran Islam ini harus disampaikan. Agama Islam ini adalah aturan untuk manusia. Saya ingin menekankan agama ini adalah untuk di sini, di dunia ini. agam adalah jalan hidup (way of life), bukan jalan kematian (way of death). Artinya apa? Agama ini sejatinya rumus hidup untuk manusia agar hidupnya bahagia. Jadi agama bukan untuk Allah. Manfaat beragama semuanya adalah untuk manusia. Tapi mengapa berat melaksanakannya? Itu manusiawi saja. Manusia memang lebih condong pada emosi dan egoismenya, lebih condong pada nafsunya. Contoh mudah saja, belajar itu kan untuk kita, kan? Tapi mengapa kita begitu malas? Baca buku malas, membuat tugas malas, berangkat kuliah malas, sudah itu di kelas cuma bercanda. Padahal kita sudah tahu kalau mau sukses harus giat belajar. Tapi nyatanya?
Nah, sama saja. Beragama juga seperti itu. kita merasa dipaksa ini dan itu oleh Allah. Ini semacam dipaksa membuat makalah, dipakasa baca buku dan seterusnya saat kuliah. Malas, kan? Padahal semua itu untuk diri kita. Beragama juga untuk diri kita kemanfaatannya. Kalau Allah mewajibkan itu semata-mata agar kita tidak terus-menerus terkecoh pada nafsu kita. jadi Allah mewajibkan atau katakanlah maksa untuk kebaikan kita. Semacam tugas yang diberikan dosen Anda. Malas, kan? Tapi itu sebenarnya adalah untuk kebaikan Anda juga.
Keempat adalah aspek tujuan, atau manfaat dari beragama itu sendiri. Pada definisi di atas disebutkan bahwa orang beragama “agar selamat hidupnya dunia dan akhirat”. Kalau dipikir-pikir akhirat sebenarnya semacam bonus saja. Seperti saya bilang tadi, agama diberlakukan di dunia ini. Jika orang beragama maka kehidupan dunianya akan tertib dan bahagia. Dengan begini sebenarnya manusia sudah mendapat imbalan langsung yang nyata dari keberagamaannya. Namun demikian Allah akan memberikan balasan yang lebih, yaitu kenikmatan di akhirat. Akhiratlah tempat kembali yang abadi dan rumah kita yang asli nantinya.[]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI