Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Norman Rockwell, Lukisannya dan Aku

11 Mei 2016   21:11 Diperbarui: 11 Mei 2016   21:15 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Norman Rockwell (sumber dr en.wikipedia.org) - Saya (koleksi pribadi)

Saya tidak tahu persis berapa orang di Kompasiana ini yang punya minat, ketertarikan atau bakat di dunia seni lukis. Tapi, jika dilihat dari tulisan dan wallpaper profilnya, setidaknya ada tiga orang : mas Robby Gandamana, mbak Evi Erlinda dan saya sendiri.

Mas Robby, sudah tidak perlu diragukan lagi. Wallpaper profil dan tulisannya tentang tips untuk menjadi kartunis sudah mewakili, siapa mas Robby yang sebenarnya. Mbak Evi, dua tulisannya tentang lukisan van Gogh dan perpustakaan yang juga menyewakan lukisan juga sudah cukup mewakili ketertarikan mbak Evi terhadap seni lukis.

Saya sendiri, menurut pendapat kebanyakan orang, termasuk orang yang punya bakat melukis. Saya tidak membantahnya. Memang, saat sedang dalam masa puncak produktivitas dan kreativitas, saya bisa menghasilkan banyak lukisan. Tetapi untuk saat ini produktivitas dan kreativitas saya sedang berada dalam titik nadir, ditelan kesibukan sehari-hari.

Sebagai orang yang menaruh minat di dunia seni lukis, saya justru tidak memahami aliran-aliran yang ada di dunia seni lukis (yang diciptakan entah oleh siapa). Saya tidak paham apa itu aliran realism, surealisme, kubisme, impresionisme, ekspresionisme atau isme-isme yang lainnya. Saya tidak bisa atau kurang bisa memahami lukisan karya Pablo Picasso, Salvador Dali maupun Vincent van Gogh. Saya lebih bisa memahami lukisan Basuki Abdullah, Andreas Orpinas, Norman Rockwell atau paling rumitnya lukisan Dede Eri Supria.

Buat saya nama Norman Rockwell menjadi sedikit spesial. Perkenalan saya dengan Norman Rockwell adalah waktu masih duduk di bangku SMP. Saat itu saya tertarik dan membeli koleksi buku tulis dengan gambar sampul repro dari lukisan Norman Rockwell. Kemudian sempat melihat dan membaca sebuah buku khusus (hard cover) yang memuat koleksi lukisan Norman Rockwell, makin membuat saya tertarik dan menjadi pengagumnya.

Saya tidak akan membahas riwayat hidup Norman Rockwell, Anda bisa membacanya di sini. Bagi yang berminat berkunjung ke museum Norman Rockwell, bisa melangkahkan kaki ke Stockbridge, Massachusetts, Amerika Serikat (tanyakan saja ke polsek atau kantor pos terdekat, pasti tahu).

Ada beberapa hal yang membuat saya kagum dengan (lukisan) Norman Rockwell.

  • Ide dan tema lukisan. Tema lukisan Norman Rockwell adalah kehidupan sehari-hari rakyat Amerika, namun demikian ada saja yang jadi ide lukisannya. Mulai kenakalan dan kelucuan anak-anak, kehidupan remaja, pramuka, prajurit dan lain sebagainya. Jarang ada lukisan wanita yang sangat cantik atau pria yang sangat ganteng. Semuanya dilukis apa adanya. Gendut, kurus, tua, ompong, gagah, gemulai, dll.
  • Detail. Saya sangat kagum dengan detail lukisan Norman Rockwell. Tidak ada bagian yang dilukis asal-asalan.
  • Kesan. Hampir semua lukisan Norman Rockwell meninggalkan kesan bagi yang melihatnya. Haru, romantis dan (kebanyakan) bahkan lucu.

Berikut ini beberapa lukisan Norman Rockwell yang saya kagumi.

  • The Four Freedoms (1943)

Serial “The Four Freedoms” ini berisi empat buah lukisan yang menggambarkan kebebasan yang dicita-citakan rakyat Amerika khususnya dan dunia pada umumnya. Lukisan pertama berjudul “Freedom of Speech” (kebebasan berbicara). Ke dua berjudul “Freedom of Worship” (kebebasan berdo’a/beragama). Ke tiga berjudul “Freedom from Want” (bebas dari kelaparan). Ke empat berjudul “Freedom from Fear” (bebas dari rasa takut).

Rangkaian lukisan four freedoms (sumber dr mtviewmirror.com)
Rangkaian lukisan four freedoms (sumber dr mtviewmirror.com)
  • Artist Facing Blank Canvas / Deadline (1938)

Lukisan ini adalah salah bentuk ‘kejahilan’ Norman Rockwell. Di saat sahabat baiknya (Ben Harris) kehabisan ide mau melukis apa (padahal sedang dikejar deadline), malah dijadikan obyek lukisan oleh Norman Rockwell.

Artist Facing Blank Canvas/Deadline (sumber dr sulmokim.com)
Artist Facing Blank Canvas/Deadline (sumber dr sulmokim.com)

Lukisan ini memberi pelajaran kepada kita untuk tidak gampang mengumbar dan menyebar gossip, apalagi buat orang yang sudah cukup berumur alias sudah tua. Lihatlah ada 15 orang tua sedang ‘ngegosip’. Dari mana ujung dan berakhir di mana gossip tersebut, pasti akan membuat Anda terpingkal-pingkal.

The Gossips (sumber dr culturalist.com)
The Gossips (sumber dr culturalist.com)
Jika ada pembaca setia majalah remaja “HAI” terbitan awal tahun ’80-an, mungkin pernah melihat lukisan seperti di atas. Ya, lukisan di atas pernah di-repro oleh Rahardjo (hard),illustrator majalah “HAI” dan dijadikan cover majalah tersebut. Bedanya terletak pada tukang gosipnya. Jika lukisan di atas tukang gosipnya para orangtua, di lukisan Rahardjo tukang gosipnya adalah si Kiki Kribo dan komplotannya (tokoh dalam cerita karangan Arswendo Atmowiloto yang selalu muncul di majalah“HAI”).
  • Triple Self Portrait (1960)

Lukisan ini adalah lukisan Norman Rockwell yang paling saya sukai dan kagumi. Pertama kali melihatnya saat membeli buku tulis dengan gambar sampul lukisan ini, saya langsung jatuh hati dengan ide, kreativitas dan detail Norman Rockwell.

Triple Self Portrait (sumber dr tbo.com)
Triple Self Portrait (sumber dr tbo.com)
Lantas apa hubungan Norman Rockwell dengan saya? Tidak ada. Hanya saja lukisan “Triple Self Portrait” di atas yang memancing saya untuk coba mengikuti idenya. Saya pun mencoba melukis self portrait dengan menggunakan cermin. Bedanya saya taruh cermin di samping kanan wajah saya, sehingga saya harus bolak-balik melirik cermin untuk mendapatkan garis/silhouette wajah saya. Hasilnya memang jauh berbeda.

Self Portrait (koleksi pribadi)
Self Portrait (koleksi pribadi)
Meski hasilnya tidak sedetail lukisan "Triple Self Portrait", lukisan di atas selalu saya jadikan profile picture (PP) di setiap akun media sosial/media online saya. Dari dulu sampai sekarang, ya cuma lukisan di atas yang jadi PP, tidak pernah ganti.

Norman Rockwell boleh jadi pelukis yang saya kagumi, jadi idola saya. Dia boleh detail dan teliti dalam melukis, tetapi ada yang tidak bisa dia lakukan.

Kaligrafi aksara Jawa (koleksi pribadi)
Kaligrafi aksara Jawa (koleksi pribadi)
Melukis kaligrafi huruf Arab itu sudah biasa, tapi melukis kaligrafi huruf Jawa itu baru ‘tidak biasa’. Ada yang bisa membaca kaligrafi Jawa di atas? Bacanya “crah agawe bubrah, rukun agawe santosa” artinya kurang lebih “bercerai kita runtuh, bersatu kita teguh”.
  • Melukis Airbrush

Queen on airbrush (koleksi pribadi)
Queen on airbrush (koleksi pribadi)
Lukisan grup Queen ini saya lukis dengan airbrush dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu cat air dan sikat gigi (brush). Pertama saya buat silhouette ke empat personil Queen, kemudian saya tancapkan di kertas kosong dengan jarum pentul. Celupkan sikat gigi ke cat air yang sudah diaduk. Gosok sikat gigi yang sudah dicelup ke dalam cat air tersebut dengan sikat gigi lain yang masih bersih. Setelah cat air rata, ambil silhouette personil Queen. Done ! That’s it !.
  • Melukis dengan teknik totol

Ir. Soekarno (koleksi pribadi)
Ir. Soekarno (koleksi pribadi)
Lukisan Ir. Soekarno ini saya buat dengan menggunakan media tinta China (kalau di tempat saya dulu biasa disebut ‘tinta bak’). Setelah skets dengan pensil selesai dibuat, tinggal totol-totol di tempat yang kita inginkan. Jika tidak ada tinta China, bisa menggunakan pulpen tinta yang bermata besar atau pulpen untuk menggambar teknik (semacam rapido), ukuran mata pulpen di atas 0,7.
  • Melukis dengan teknik cross stitch atau kruistik

Mahatma Gandhi on milimeter block (koleksi pribadi)
Mahatma Gandhi on milimeter block (koleksi pribadi)
Teknik cross stitch atau orang Indonesia biasa menyebutnya dengan kruistik (ada juga yang menyebutnya ‘strimin’) ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang luar biasa. Tidak heran kerajinan kruistik banyak digeluti kaum wanita yang sudah cukup berumur. Jarang ada anak muda yang menggeluti kerajinan tangan ini, apalagi laki-laki.

Media yang saya gunakan adalah kertas millimeter dan cat air.

Atma Jegug sendiri adalah seorang tukang kayu tua yang dulu pernah jadi tetangga saya dan kebetulan wajahnya mirip sekali dengan tokoh kharismatik asal India tersebut.

  • Melukis dengan mesin ketik

Mesin ketik dipakai melukis? Jika Anda belum pernah melihat lukisan mesin ketik mungkin tidak percaya. Anda boleh percaya boleh tidak. Tidak mudah memang melukis dengan mesin ketik karena sangat terbatasnya ukuran dan jenis lukisan yang bisa ditampilkan.

Kekurangan mesin ketik sebagai media melukis, adalah :

  • Ukuran lukisan terbatas pada kertas ukuran A4
  • Hanya bisa satu warna, hitam saja.
  • Tidak cocok untuk melukis obyek berukuran kecil atau yang membutuhkan detail
  • Tidak cocok untuk melukis pemandangan alam

Kelebihan mesin ketik sebagai media melukis paling lukisan kelihatan unik dan pelukisnya dibilang pelukis yang kreatif, itu saja.

Melukis dengan mesin ketik memang membutuhkan ketelitian dan kesabaran ekstra serta melelahkan karena proses menekan tombol huruf yang sama ratusan bahkan mungkin ribuan kali. Baris demi baris. Jika ketikan sudah mencapai batas bawah kertas, kertas dimasukkan lagi dari atas, ketik lagi. Demikian seterusnya. Proses ini bisa berulang puluhan kali.

Diego Armando Maradona (koleksi pribadi)
Diego Armando Maradona (koleksi pribadi)
Lukisan Diego Maradona ini saya repro dari sebuah poster majalah olah raga tahun ’80-an bernama ‘Prestasi’. Saat itu Maradona baru saja mengantarkan Argentina menjuarai Piala Dunia Yunior (U-20) tahun 1979 di Tokyo, Jepang. Maradona masih langsing, belum gendut seperti pada Piala Dunia Spanyol 1982.

Salam kreativitas !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun