Mohon tunggu...
M Rukhiat
M Rukhiat Mohon Tunggu... Mahasiswa IAI Hasanuddin Pare Kediri

Saya adalah seorang mahasiswa di IAI Hasanuddin Pare Kediri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pensakralan Pemikiran Keagamaan: Warisan Ulama dan Tantangan Zaman Modern

20 September 2025   11:00 Diperbarui: 20 September 2025   11:05 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI. Kitab Keagamaan (Sumber: https://unsplash.com/photos/book-page-on-brown-wooden-table-oW4OeXS5U1c) 

Pensakralan pemikiran keagamaan adalah salah satu fenomena yang sering terjadi selama perkembangan agama. Fenomena ini terjadi ketika pendapat, tafsir, atau pemikiran tokoh agama tertentu dianggap benar dan sakral sehingga tidak boleh dikritik atau ditafsirkan ulang. Akibatnya, pemikiran ini hampir sama dengan teks suci agama itu sendiri, meskipun sebenarnya hanyalah hasil interpretasi manusia.

Apa itu Pensakralan Pemikiran Keagamaan?

Salah satu definisi dari sakralan pemikiran keagamaan adalah ketika suatu perspektif teologis atau tafsir dianggap sebagai kebenaran absolut, sehingga menghentikan ijtihad dan perbedaan pendapat. Meskipun demikian, karya keagamaan selalu muncul dalam konteks sosial-historis tertentu dan sangat mungkin untuk ditafsirkan ulang seiring berjalannya waktu.

Tokoh dan Pemikiran yang Melahirkan Fenomena Ini

1. Imam Al-Ghazali (1058–1111 M)

Hingga hari ini, pemikiran Al-Ghazali masih sangat berpengaruh, dan dia adalah ulama penting dalam tradisi Islam. Ia mengkritik keras para filsuf Muslim seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina dalam bukunya Tahafut al-Falasifah, yang berarti Kerancuan Para Filosof. Selama bertahun-tahun, filsafat dianggap berbahaya bagi iman karena kritik ini. Akibatnya, pandangan Al-Ghazali sering disakralkan, yang mendorong beberapa orang untuk menolak pendekatan rasional dalam memahami agama.

2. Thomas Aquinas (1225–1274 M)

Pemikiran Thomas Aquinas dalam Summa Theologica dianggap sebagai salah satu karya terpenting dalam tradisi Kristen Katolik. Dalam sejarah gereja Katolik, pemikiran Thomas Aquinas dianggap sebagai otoritas resmi dan bahkan mendekati kesakralan, meskipun awalnya hanya interpretasi teologis. Ini menyebabkan kritik terhadapnya kadang-kadang dianggap mengancam doktrin gereja.

3. Martin Luther (1483–1546 M)

Reformator Kristen ini muncul sebagai tanggapan terhadap pensakralan tradisi filosofi gereja Katolik. Luther menentang dominasi tafsir tunggal gereja dan mengutamakan prinsip sola scriptura (hanya Kitab Suci sebagai dasar iman). Adanya menunjukkan bahwa pensakralan pemikiran keagamaan dapat memicu perlawanan intelektual.

Dampak Pensakralan Pemikiran Keagamaan

  • Positif: Menjaga doktrin stabil, menguatkan lembaga keagamaan, dan memberikan keamanan bagi masyarakat.

  • Negatif: Menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, menutup peluang untuk interpretasi baru, dan kadang-kadang menyebabkan rasa tidak toleran terhadap perbedaan pendapat.

Refleksi Kontemporer

Untuk menghindari sikap berlebihan dalam mensakralkan tafsir atau pemikiran keagamaan, yang merupakan tantangan utama di era modern. Tokoh kontemporer seperti Mohammed Arkoun, Fazlur Rahman, dan Nurcholish Madjid mengingatkan pentingnya desakralisasi pemikiran keagamaan, yang berarti membedakan antara penafsiran manusia yang bersifat historis dan terbatas dari teks suci (wahyu).

Kesimpulan

Sejarah agama-agama besar di seluruh dunia telah dipengaruhi oleh fenomena kesakralan pemikiran keagamaan. Tokoh-tokoh seperti Al-Ghazali dan Thomas Aquinas menunjukkan bahwa tafsir dapat hampir setara dengan wahyu. Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa para pembaharu, seperti Martin Luther atau pemikir Islam modern, mendorong umat agar kembali kritis, membedakan antara pemikiran manusia yang profan dan wahyu yang sakral.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun