Mohon tunggu...
Moelyadi Sikumbang
Moelyadi Sikumbang Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Allah dan saudara buat sesama

Whatever.. apapun yang terjadi hidup harus lebih baik..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tradisi Hitam

22 November 2020   11:46 Diperbarui: 22 November 2020   11:49 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tradisi Hitam.

Dalam sejarah Republik ini, Ulama dan penguasa memang tidak pernah di ditakdirkan berjalan beriringan, pemisahan politik dari agama mulai jaman baheula seperti sebuah harga mati buat kalangan sekuler dan kalangan di luar Islam.

Soekarno yang di awal pergerakan begitu mesra dengan tokoh tokoh Islam dalam mengkonsep Republik, rontok oleh rayuan ideologi PKI, dari sinilah catatan kriminalisasi terhadap ulama dan pengikutnya dimulai.

Mulai dari penggusuran kampung garis keras lalu penangkapan terhadap tokoh tokoh Islam hingga hukuman mati untuk para Tokoh Islam yang secara notabene adalah sahabat sahabat beliau satu guru satu ilmu.

Soharto yang awalnya dianggap sebagai sahabat oleh tokoh Islam karna jasanya menumpas PKI ternyata lebih parah dalam menjalankan tradisi kriminalisasi terhadap Ulama, Soeharto lewat LB moerdani cs yang berlindung dengan UU anti subversifnya bukan hanya menangkap dan membunuh, mereka menjadikan sebuah pembantaian adalah sesuatu yang halal, tradisi hitam punya sejarah kelam di jaman soeharto.


Namun berbeda terbalik dgn Soekarno, Soeharto justru mesra dengan Islam di akhir kekuasaannya, kemesraan yg dikenal dengan istilah ijo royo-royo ini jelas membuat kaum oportunis sekuler dan dunia barat kecewa hingga membuat beliau harus lengser lewat aksi reformasi.

Era transisi dari orba ke reformasi kriminalisasi terhadap Ulama tetap ada walau mulai berkurang, pemimpin bangsa lebih di sibuk kan oleh aksi dan penangkapan tokoh tokoh terorisme.

Kini, di jaman Jokowi tradisi hitam tetap menjadi prioritas tersembunyi, namun berbeda dengan para pendahulunya, pemerintahan saat ini agak sedikit soft but hard, mereka melakukan kriminalisasi Ulama lewat pembunuhan karakter atau dalam bahasa lain dikenal dengan nama character assassination.

Kerasnya sikap Ulama terhadap pemerintah  membuat pemerintah sibuk mencari jalan untuk membungkam tokoh tokoh Islam yang vokal, mulailah pembunuhan karakter di jalankan mulai dari laporan balik ke aparat, isu skandal hingga tuduhan pencucian uang di skenariokan untuk membungkam suara tokoh Islam bahkan lembaga sekelas MUI pun merasakan pembunuhan karakter ini untuk menjatuhkan akuntabilitasnya dimata Ummat, bahkan sekedar baliho pun bak ulat bulu yg membuat pemimpin alergi dan panik tak pukul lagu, Jokowi pun mengukuhkan diri sebagai pemimpin yg alergi terhadap Ulama dan Islam.

Secara teori pembunuhan karakter ini punya efek lebih kejam daripada pembunuhan itu sendiri, karna cara tersebut seperti sebuah "pengadilan massa" dimana korban divonis terdakwa tanpa putusan hakim.

Dalam Islam pembunuhan karakter disebut juga dengan nama Fitnah, dan kita patuh bahwa efek dari fitnah lebih sadis dari sebuah aksi pembunuhan.
Para ahli pun sepakat bahwa sebuah pembunuhan karakter adalah salahsatu bentuk kekerasan terhadap korbannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun