Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Khianat

5 Juli 2020   09:46 Diperbarui: 5 Juli 2020   09:48 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
majelisadatsasak.org

"Sesungguhnya anak dan istri adalah ujian bagi suami", kata pak kyai memulai wejangannya kepadaku.

Aku hanya menunduk tak kuasa menatap wajahnya yang teduh penuh kharisma itu.  Dosa-dosa yang menyelimuti hatiku membuatku merasa begitu hina di hadapan pak kyai.  Lidahku pun kelu tak mampu berkata-kata.  

Memang selama ini aku telah melupakan petuah pak kyai sewaktu melepaskan aku ketika aku dulu pamit mau merantau ke kota.

"Carilah harta dengan cara yang hala", begitu singkat pesan pak kyai.

Awalnya aku memegang kuat kata-kata pak kyai.  Aku begitu gigih mengumpulkan kekayaan sampai aku berani menyunting seorang gadis.  Dari sinilah awal petaka dalam kehidupanku.  Istriku memang dari keluarga yang berada.  Dia mau menjadi istriku juga lebih didasari karena aku mempunyai banyak harta dari saha kerasku.

Terbiasa hidup kecukupan istriku pun menuntut untuk kehidupan yang enak.  Untuk aktivitasnya sehari-hari dia minta disdikan mobil khusus untuknya.  Lebih aman setir sendiri daripada harus kesana-kemari di antar sopir, pikirku.  Dia juga menuntut aku untuk memenuhi kebutuhannya untuk bersosialisasi dengan teman-temannya dari kalangan high class. Dari pakaian, tas, sepatu, jam tangan, perhiasan dan alat-alat kecantikan yang bermerk. Semua aku penuhi untuk menyenangkan hatinya.

Begitu lahir anak kami kebiasaan hidup mewahnya semakin menjadi-jadi.  Alasannya demi anak semata wayang. Pakaian anak-anak dan maian semua tersedia dengan lengkapnya.  Setiap minggu kami jalan-jalan ke mall, makan-makan dan belanja.  Akhir bulan kami pergi pelesiran ke tempat wisata.  Bahkan setiap liburan semester kami pergi ke luar negeri menginap seminggu.

Semua itu pasti perlu biaya.  Aku harus menunjukkan sebagai suami dan bapak yang dapat membahagiaan anak dan istri.  Akupun mencari uang dengan segala cara. Untuk mendapatkan proyek aku menyogok kepada pejabat-pejabat yang bisa menggolkan proposal bisnisku. 

Untuk mendapatan untung besar tak ada salahnya keluar sedikit biaya, begitu prinsipku. Begitulah kenyataannya karena aku bisa mengentertainmen orang-orang kantoran itu bisnisku lancar terus.  Proyek-proyek bisnisku tak berhenti-henti jalan.

Karena aku sibuk mengurusi bisnis maka anak istriku aku turuti semua yang mereka mau.  Aku account khusus untuk mereka dengan saldo yang tak terbatas.  Aku merasa dengan uang itulah aku telah memberi kasih sayang kepada mereka.  Aku sendiri semakin tenggelam dengan urusan bisnis.  Aku harus mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya untuk membahagiakan keluargaku.

                                                               *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun