Hai!
Di Tengah tekanan sosial dan tuntutan ekonomi, Sebagian individu atau pasangan memilih jalan hidup ini sebagai bentuk kontrol terhadap kehidupan mereka pribadi. Sekarang ini, tidak sedikit kalangan dari pasangan anak muda ataupun juga terdapat beberapa pasangan yang memilih untuk menjalani childfree. Mungkin kata ini masih terdengar asing di telinga Masyarakat Indonesia. Secara sederhananya childfree ini memiliki arti berupa suatu istilah faham terkait dengan pasangan untuk memilih kehidupan yang bebas tanpa memiliki/adanya tanggung jawab orangtua kepada seorang anak dalam kehidupan mereka.
Terhadap hal ini, tidak sedikit juga yang menganggap aneh karena dari banyaknya tujuan pernikahan salah satunya adalah untuk memiliki anak dan meneruskan keturunan, maka apabila seseorang yang sudah menikah dan memilih untuk childfree seringkali dipandang sebagai pilihan yang menimbulkan pertanyaan atau perbincangan di tengah masyarakatÂ
Sebenarnya, seseorang atau pasangan yang memilih untuk childfree pastinya memiliki tujuan mengapa mereka menganut faham tersebut. Karena tidak dapat di pungkiri mengapa mereka tidak ingin memiliki anak tanpa alasan yang jelas.Â
Dan secara garis besar terdapat beberapa alasan seperti
faktor ekonomi, pasangan belum memiliki kondisi ekonomi finansial yang stabil dan mapan sehingga mereka khawatir tidak bisa memenuhi biaya hiudp anak-anak mereka sedangkan mereka berdua saja sudah merasa pas-pasan atau bahkan kualahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nah, hal ini juga sempat menjadi bahan pembicaraan, karena juga ada orang yang berpendapat 'banyak anak banyak rezeki' namun yang namana rezeki tidak datang begitu saja, harus di imbangi dengan usaha dan ikhtiar serta harus di persiapkan sejak awal. namun, pandangan itu sah-sah saja karena setiap orang punya pendapat masing-masing.
Faktor Mental dan pribadi, salah satu dari pasangan tersebut memiliki trauma pribadi atau juga belum memiliki mental yang kuat untuk bisa mendidik dan menghidupi anaknya. Dalam beberapa kasus, salah satu dari pasangan mungkin memiliki trauma masa lalu yang belum sepenuhnya pulih, sehingga merasa belum siap secara emosional untuk menghadapi tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, ada pula yang merasa belum memiliki kesiapan mental yang cukup kuat untuk mendidik, membimbing, dan menghidupi anak dengan baik. Keputusan ini bukan semata-mata bentuk penolakan terhadap peran sebagai orang tua, melainkan bentuk kesadaran diri dan tanggung jawab untuk tidak memaksakan sesuatu yang mungkin berdampak kurang baik bagi anak di masa depan.Â
Faktor Kesehatan, seperti pasangan yang memiliki penyakit dan membutuhkan perawatan khawatirnya tidak dapat menjaga anak-anak mereka dengan baik. Selain itu, ada pula kekhawatiran mengenai kemungkinan menurunkan kondisi genetik atau penyakit bawaan kepada anak, yang dapat berdampak pada kualitas hidup sang anak di masa depan. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, keputusan untuk childfree seringkali diambil sebagai bentuk kepedulian, bukan hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga demi menghindari penderitaan yang mungkin dialami oleh anak.Â
Faktor Karir/Pendidikan, beberapa dari pribadi yang sedang berkarir atau sedang menempuh Pendidikan tidak ingin memiliki anak karena takutnya akan mengganggu perkembangan karir/Pendidikan mereka dan tidak bisa fokus untuk menempuhnya karena repot untuk mengurus anak-anaknya.Â
Dan masih terdapat beberapa alasan/faktor lain yang membuat pasangan untuk memilih childfree karena setiap orang pasti memiliki alasan sendiri-sendiri dan menurut saya itu di anggap wajar saja, asalkan tidak merugikan orang lain dan itu membuat mereka lebih nyaman dalam menjalani kehidupan mereka masing-masing.
Menurut saya, Childfree ini sebenarnya bukanlah tren yang sedang naik-naiknya dan jika tidak mengikuti tren ini akan tertinggal dengan yang lain. Namun, saya menganggap hal ini adalah bentuk dari terbukanya pemikiran masing-masing individu ataupun pasangan yang cukup bisa di terima dengan baik.