Mohon tunggu...
Petrik Matanasi
Petrik Matanasi Mohon Tunggu... -

Peziarah & Pemerhati Sejarah Nusantara. Asal Balikpapan. Kuliah sejarah 7 tahun di UNY Jogja. Kini tinggal Palembang. Bukan penulis handal, hanya saja suka menulis hal-hal yang humanis. Apapun yang saya tulis atau ucap, sulit sekali bagi saya untuk tidak Historis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

70an

30 September 2010   11:14 Diperbarui: 20 Agustus 2017   16:05 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Piringan Hitam harga berharga keluarga kecil kami. Hanya itu, tidak ada yang lain. Kuno. Ketinggalan zaman. Cuma ada tanggapan miring itu dalam pergaulanku dulu. Dan semakin jelas pendapat mereka tentang piringan hitam yang kuno dan ketinggalan zaman itu, hanyalah opini manusia tak berjiwa seni. Hanya ada lagu-lagu lama disitu. Terncem, Gembels, Freedom of Rhapsodia, Koes Plus, Mercy's. Deep Purple, Led Zeppelin, Grand Funk Railroad, AKA, Pandjaitan Bersaudara (Panbers), juga satu rekaman John Lennon dan Charlos Santana. Yang terakhir yang paling sering kudengar. Sudah lebih dari tujuh tahun aku tak mendengarnya. Tinggal cerita manis saja. Rekaman piringan hitam itu dari tahun 1970an. Retro sekali kesannya. Aku tidak hidup di zaman itu, tapi aku menyukainya dan mempengaruhi penampilan. Bahkan aku menganggap itu zaman eksotis. Zaman yang lahir setelah pemberontakan subkultur yang baru lahir seperti Hippies dan sebaginya terhadap kemapanan dunia yang dihegemoni orang-orang berkuasa. gewnerasi baru lahir untuk melawan generasi penguasa yang kejam dan berselimut dalam bendera demokrasi. Letupan pertama Woodstock Festival. Konser perdamaian paling dasyat dalam sejarah pertunjukan seni musik dunia. Seperti khotbah Yesus yang dihadiri banyak orang. Woodstock pun dihadiri lebih banyak orang dari yang deperkirakan. Dari sini bintang dunia lahir. Radikal, namun tetap berjiwa. Sebutlah Jimi Hendrix , Janis Joplin dan icon lainnya. Di Indonesia tahun 1970an menjadi masa penting perkembangan musik pop Indonesia. Banyak band baru lahir di dekade ini. Rhoma Irama juga anak zaman yang populer pada dekade ini dengan musik dangdut yang kadang dibalut sound gitar ala Deep Purple. Salah satu album terbaik Indonesia, versi majalah Rolling Stone Indonesia dan juga disepakati sebagain penikmat musik, "Badai PAsti Berlalu" lahir juga dalam dekade 1970an. Gaya musik retro 1970an didengungkan oleh Naif pada akhir 1990an. Dan cukup menarik untuk disimak pada awal dekade 200oan. Aksi panggung dan kostum panggung mereka jelas mereka menggulirkan nuansa retro. Dan cukup menarik juga untuk diminati sebagian anak-anak muda Indonesia, meski tidak banyak. Ciri kentara selain musik adalah cara berpakaian dan gaya rambut. Celana Cutbray, baju ketat, rambut gondrong (kadang kribo). Warna pakaian biasanya warna-warna cerah dan motif-motif seperti garis-garis atau bunga-bunga. Celana mereka biasanya blue jeans-celana kelas pekerja. Rambut, adalah bentuk pemberontakan mereka pada kemapanan. Hal yang umum ditemui pada musik pop tahun 1970an adalah sound organ Hammond yang begitu kentara. Seperti pada lagu Procol Harum, Whiter Shade of pale. Alunan Organ Hammond dalam sebuah juga akan membuat orang menebak bahwa itu lagu tahun 1970an. Di Indonesia, penampilan Band 1970an bisa dibilang sangar. Mereka mahir memainkan alat musik. Musiknya juga tidak kalah dengan luar negeri. Nyatanya SAS, pecahan dari AKA, telah menembus blantika musik Australia. Hanya saja, lagu-lagu band sangar sekelas AKA yang paling diminati dan diingat penggemarnya hanya lagu dengan lirik yang mungkin terdengar cengeng. tapi lagu itu tetap apik untuk diperdengarkan saat ini. Lirik boleh cengeng tapi musik tetap berkarakter, gaya 1970an. Tentang musik Indonesia dekade 1970an, sangat menarik untuk dibahas. Namun tidak cukup jika hanya dengan tulisan ini. Tulisan panjang pun juga tidak cukup.Untuk membahasnya diperlukan waktu dan alunan lagu-lagu tahun 1970an juga mestinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun