Mohon tunggu...
Andi Nur Baumassepe
Andi Nur Baumassepe Mohon Tunggu... Dosen - Adalah seorang dosen, konsultas bisnis Manajemen dan Peneliti

berkecimpung dalam dunia konsultan bisnis dan manajemen, serta pengajar di Universitas Hasanuddin. Membantu korporasidan startup series A dalam scale up bisnis, pengembangan bisnis model dan matching investor skema Private equity. Membantu pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam pengembangan ekosistem kewirausahaan dan dunia Industri. Silahkan kontak baumassepe@fe.unhas.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dunia Usaha di Tengah Badai Virus Corona

26 Maret 2020   09:50 Diperbarui: 26 Maret 2020   23:35 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber foto: kompas/HERU SRI KUMORO)

Virus Corona telah memporak-porandakan perekonomian global, begitu juga mulai terasa dampaknya di tanah air. Nilai tukar Dollar terhadap rupiah sempat menyentuh diharga Rp16.000, IHSG kita telah terporosok sampai 33% dari 6280 kini 4190 ditahun berjalan {YoY). 

Belum lagi ancaman dari kembali anjloknya harga minyak mentah dunia ke level USD 26,98 perbarel, yang terendah dalam 20 tahun terahkhir. Sektor usaha terpukul dengan adanya kejadian-kejadian yang kategori diluar prediksi.

Sebagai pengusaha kejadian ini harus kita sikapi, dan tetap optimis. Ada dua hal besar menurut penulis yang dihadapi saat ini yaitu melemahnya daya beli konsumen yang akan berpengaruh terhadap sikap konsumen dan kenaikan biaya operasional usaha bagi pelaku usaha

Berubahnya sikap konsumen

Konsumen akan dipaksa untuk mengetatkan kembali pos-pos belanja rumah tangga mereka. Pada kondisi krisis, konsumen akan berperilaku lebih kritis, dan lebih rasional. 

Sikap konsumen dalam pembelian suatu produk/jasa kita kenal ada tiga yaitu dapat dibagi dalam 1) konsumen yang mempertimbangkan pentingnya hubungan antara kualitas dan harga disebut sebagai value-oriented-customer, 2) konsumen yang tidak mempertimbangkan kualitas, hanya harga kita sebut sebagai price-oriented customer dan 3) menempatkan pentingnya membeli produk dengan brand names yang terpercaya kita sebut sebagai quality-oriented customer.

Seperti situasi saat ini bila pemerintah tidak mampu mengatasi gejolak akan terjadi penurunan daya beli akibat naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. 

Sikap konsumen beralih menempatkan pentingnya nilai brand kepada sikap lebih mempertimbangkan hubungan kualitas dan harga. 

Konsumen pada segmen menengah kebawah memilih bersikap price-oriented customer, membeli produk murah sesuai dengan kemampuanya tidak terlalu peduli akan kualitasnya dan nilai dari Mereknya..

Biaya operasional terus meningkat, tapi tetap harus efisien

Masalah utama saat ini naiknya biaya operasional. Kenaikan harga bahan baku tidak dapat dihindari. Kelangkaan malah justru sering terjadi. Menguatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah yang cenderung naik, tentu akan berdampak pada naiknya bahan baku yang berbasis impor. 

Belum lagi bila biaya tenaga kerja yang terus naik dengan adanya perubahaan UMP (Upah Minimum Regional) yang disetiap daerah hampir sama naik sekitar 8-10 %. Kemampuan laba usaha kita akan terkikis.

Kondisi biaya produksi naik namun harga jual harus tetap kompetitif menjadi perhatian utama. Modifikasi produk tanpa menghilangkan atribut produk menjadi solusi,  salah satu caranya membuat kemasan yang ekonomis dan murah. Strategi diferensi produk dengan membuat produk kita memiliki nilai "unik" dengan pesaing harus tetap kita lakukan tapi berfokus pada produksi biaya murah.

Hal lain, kita perlu fokus untuk menyederhanakan rantai distribusi dan memotong biaya logistik. Kebijakan distirbusi atau channel distribution dengan memanfaatkan internet dapat kita lakukan. 

Internet digunakan oleh pemasaran karena sifanya Low Budget High Impact. Apalagi sekarang masyarakat sudah terbiasa dengan belanja online, tidak ada alasan lagi produk kita tidak bisa diakses secara online baik melalui platfrom yang kita kembangkan sendiri atau menggunakan marketplace atau intermediaris yang sudah ada.

Menjaga cash flow dan kesehatan keuangan penting. 

Selain kesehatan pribadi harus dijaga dan daya tahan imum terhadap virus corona, kondisi kesehatan keuangan perusahaan juga takala pentingnya. Coba hitung kembali biaya produksi dan total pengeluaran, apakah ada yang dapat dipangkas. 

Bila menggunakan pendaanaan dari perbankan, hitung kembali skema pembayaran, bisa lakukan rescheduling (penjadwalan kembali), reconditioning (persyaratan kembali) dan restructuting (penataan kembali) kepada bank. Bila perlu menjual aset pribadi/perusahaan untuk mengurangi beban utang.

Ini perlu dilakukan untuk menjaga nafas panjang sampai badai virus corona ini teratas. Minimal kita masih punya cadangan modal kerja untuk 8-10 bulan kedepan agar tetap usaha berjalan.

Bukan suatu pekerjaan yang mudah. Sebagai pelaku usaha kita melihat hal ini dari sudut pandang optimis atau pesimisme adalah pilihan kita. Bila kita optimis, maka kondisi diatas kita jadikan sebagai suatu tantangan yang harus kita menangkan.

Penulis:

ANDI NUR BAUMASSEPE
Dosen FEB Univ Hasanuddin
Business Coach

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun