Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ajining Diri saka Lathi, Ajining Raga saka Busana" Penghargaan Datang dari Lisan dan Pakaian yang Kita Kenakan

27 Februari 2020   09:14 Diperbarui: 16 Juni 2021   10:21 11001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghargaan Datang dari Lisan dan Pakaian yang Kita Kenakan. | Ilustrasi pixabay

Sesungguhnya setiap orang memiliki kehormatan alamiah dan terbawa sejak lahir, yang kemudian berkembang dengan berbagai proses belajar dimana ia bisa meningkatkan potensi kehormatan itu sebagai sebuah penghargaan dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Kesan yang  pertama kali muncul terhadap seseorang akan terlihat dari pandangan dan pendengaran. Terkadang kesan kita terhadap seseorang menjadi berubah saat melihat secara langsung.  

Padahal sebelumnya hanya terhubung lewat dunia maya. Bisa jadi lebih baik atau mungkin sebaliknya. Tergantung kesan apa yang tertangkap saat bertemu pertama kali.

Atau kesan kita terhadap seseorang sepertinya tidak berubah karena setiap hari bergaul.  Dan kesan itu telah melekat erat sebagai sumber pandangan secara umum.

Baca juga: Wanita Dinilai Tidak Hanya dari Cara Berpakaiannya

Hidup kita memang tidak bergantung pada kesan orang lain.  Artinya apapun yang kita bicarakan ataupun apapun penampilan kita di muka umum tidak ada urusannya dengan orang lain.

Akan tetapi dalam kehidupan sosial ada semacam kemapanan perilaku yang menjadi pedoman tidak tertulis.  Dan itu dipakai oleh setiap orang untuk menilai orang  lain.

Tentu kesan kita terhadap tetangga yang yang berpenampilan sopan,  ramah,  dan berperilaku dengan baik akan berbeda dengan tetangga yang suka berperilaku berlebihan,  bicara kasar, atau berpakaian tidak sopan.  Demikian hal ini menjadi tolok ukur orang lain untuk menilai kita secara pribadi.

Misalnya saat kondangan atau menghadiri acara resmi,  kesan orang takkan teralihkan saat kita memakai baju yang  sopan,  bersepatu dan terlihat rapi.  

Baca juga: "Siri", Kehormatan Diri dalam Pandangan Hamka

Tapi coba saja habis kerja di sawah anda langsung pergi ke kondangan, tak perlu mandi atau berganti pakaian, tentu kesan orang terhadap anda akan berubah seketika. Meskipun diantara para undangan banyak orang yang telah anda kenal dengan baik.

Atau sebaliknya saat kerja bakti, orang-orang hanya memakai kaos dan celana pendek agar bisa bergerak leluasa, lalu anda masih berpakain resmi memakai dasi, jas dan sepatu tiba-tiba ikut kerja bakti memegang sabit, pasti akan ditertawakan orang-orang.

Diantara tetangga kita mungkin ada yang suka berbicara muluk-muluk, kita mengistilahkan dengan bahasa "umuk ketekuk-ketekuk". Atau orang-orang yang selalu bicara dengan kasar, tidak memandang tempat dan lawan bicara. Sehingga terkadang hal ini tidak saja menyinggung perasaan orang lain, juga merendahkan martabatnya sendiri.

Memang ada sekelompok warga yang suka saling olok, dan itupun hanya terbatas sebagai sebuah reaksi keakraban yang sudah terjalin lama. Dan itu tidak akan merubah kesan mereka masing-masing dalam kancah pergaulan.

Baca juga: 6 Tahun Hidup di Gerobak, Tetap Menjunjung Kehormatan Diri

Yang jelas "empan papan" itu perlu diterapkan di manapun kita berada. Berpakaian sesuai tempat, berbicara sesuai kapasitas.

Sebab "ajining diri saka lathi, ajjnining raga saka busana"

Kehormatan diri bersumber dari bergeraknya lidah, bagaimana cara kita berbicara. Dan Kehormatan tubuh dari pakaian yang kita pakai.

Karena orang lain yang melihat kita sebenarnya tak berniat mengontrol bagaimana kita berbicara atau berbusana.

Tapi terbatas pada tata nilai yang berlaku disetiap komunitas,  yang harus ditaati bersama walaupun nilai-nilai itu tak tertulis sebagai aturan baku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun