Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zaman Dahulu dengan Sekarang Memang Beda

30 Desember 2019   23:20 Diperbarui: 31 Desember 2019   09:18 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut kota Semarang era 90-an | okclips.com

Waktu masih kecil  di era 70-an,  saya sering bermain dengan anak-anak perempuan. Menghampar beberapa jenis barang yang diibaratkan sebagai semacam tempat berjualan.

Produk pura-pura  yang dijual oleh anak-anak perempuan waktu itu baru sebatas makanan. Sehingga prakteknya, mengambil wadah dari kertas bekas bungkus tempe atau dari daun pisang  kemudian mengambil beberapa jenis barang dari tempat yang berbeda kemudian memberikannya pada pembeli.

Yang digambarka

n sebagai makanan bisa berupa tanah yang dicampur air, dedaunan yang diiris tipis, bahkan pasir milik tetangga.Yang ada dalam bayangan kami sebagai anak-anak waktu itu adalah bahwa kami sedang menciptakan sebuah pasar yang menjual aneka makanan. Mengapa hanya makanan? Karena waktu itu makanan masih menjadi barang yang cukup penting.

Kondisi yang sulit, membuat anak-anak mendapatkan jatah makanan yang terbatas. Kita juga tidak pernah membayangkan bila ternyata selain makanan bisa diperjualbelikan seperti masa ini.

Jadi boro-boro dapat uang jajan, bisa makan di rumah pun kami sudah beruntung. Makan 3X sebagaimana kebiasaan kebanyakan orang mungkin hanya dalam angan. Sebab terkadang kami harus makan 3 hari sekali. Bermain dan menghabiskan waktu bersama teman salah satu cara anak-anak menghilangkan lapar.


Dulu banyak anak-anak yang menangis karena tak bisa makan. Bandingkan dengan anak-anak jaman now yang menangis karena disuruh makan.

Entah apa yang terjadi masa itu, yang namanya makanan memang sangat sulit didapat. Kondisi ekonomi negeri masih belum sebaik sekarang. Padahal Indonesia waktu itu lebih kaya dari sekarang. Tambang batu-batu mulia masih tersimpan rapi di dalam bumi. Cadangan minyak bumi masih melimpah di seluruh penjuru negeri. Tapi batas kaya dan miskin nampak seperti jurang yang terlalu lebar dan dalam.

Pembangunan fisik dan non fisik  sebagai kewajiban pemerintah tak tampak hasilnya.
Listrik masih menjadi barang mewah. Karena  tak semua warga mampu memasang listrik.

Kendaraan yang melewati jalanan masih sangat jarang. Di kampung kami hanya beberapa orang yang memiliki kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

Sarana komunikasi saat itu telpon rumah menjadi sarana yang paling mewah. Hanya satu dua keluarga kaya yang memilikinya. Waktu itu masih belum ada telpon umum yang berdiri di pinggir-pinggir jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun