Mohon tunggu...
Agung Triatmoko
Agung Triatmoko Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sekedar menuliskan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tepung Desa dan BUMDesa

5 April 2016   10:54 Diperbarui: 5 April 2016   12:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya yakin sudah banyak diantara pembaca yang tahu bahwa kebutuhan tepung di Indonesia begitu besar, sejalan dengan pertumbuhan penduduknya, dan sebagian besar tepung, terutama tepung gandum kita dapatkan dari impor. Kita tidak perlu mencari-cari siapa importir terbesar tepung gandum dan berapa juta ton pertahunnya mereka melakukan impor. Kita hanya harus tahu bahwa tepung mocaf adalah alternatif terbaik pengganti tepung gandum.

Masyarakat sendiri belum familiar dengan tepung mocaf, jadi layaklah sementara ini kita berterima kasih pada beberapa perusahaan besar yang terus berusaha mengembangkan tepung mocaf melalui bentukan cluster-cluster pemasok bahan tepung mocaf setengah jadi, atau yang sering disebut cip mocaf. Hanya sayangnya selalu saja ada pihak-pihak yang ingin jadi juragan dalam proses pembuatan cip mocaf, sehingga sering terjadi in efisiensi dalam prosesnya. Tentu hal tersebut pada akhirnya akan menghambat pasokan bahan setengah jadi mocaf, yang akhirnya juga akan menghambat proses substitusi tepung gandum ke tepung mocaf yang khas Indonesia.

Kenapa harus cluster?

Kalau dibilang rumit sebetulnya nggak rumit juga proses pembuatan tepung mocaf ini, hanya karena untuk mencapai produksi yang signifikan, proses tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja dan fasilitas produksi, maka tidak ada jalan lain selain membentuk cluster.

Sebagai gambaran, untuk membuat satu kilogram tepung mocaf kita membutuhkan tiga kilogram singkong segar yang dikupas bersih, kemudian direndam selama semalam menggunakan enzim mocaf, dirajang (sliceing), kemudian menjemurnya hingga kering. Rata-rata kemampuan maksimal seorang yang sudah cukup terlatih mengupas bersih singkong adalah 400 kilogram sehari dengan upah rata-rata seribu per kilogramnya. Anda dapat bayangkan, seberapa luas pabrik harus dibangun jika dalam sehari pabrik menghendaki produksi 100 ton tepung mocaf?.

Mesin penepung dapat dibuat dan direkayasa sedemikian rupa hingga dapat memenuhi target produksi sebesar 100 ton sehari (misalnya), tapi pemenuhan bahan baku oleh pabrik tersebut sungguh merupakan pekerjaan amat besar yang sulit dipenuhi tanpa dukungan dari luar.

 

Peran BUMDesa

Saya sendiri belum tahu, sampai saat ini apakah sudah ada Badan Usaha Milik Desa yang memanfaatkan potensi singkong didesanya untuk membuat cluster inti pembuatan cip tepung mocaf. Jika sudah ada, semoga dapat melengkapi angan-angan saya ini (hehehe....), sebab cluster yang coba saya bangun masih ditingkat kelompok tani, itupun kelompok tani yang bener-benar ingin keluar dari ketergantungan harus menjual singkong segar ke pabrik karena keuntungannya sangat minim namun resiko kerugiannya besar.

“Mulailah dengan tiga bak mandi”, begitu saya sampaikan pada pemula yang ingin membuat cip mocaf, untuk apa?

Satu bak di isi dengan singkong hasil kupasan untuk dicuci, satu bak lagi digunakan untuk perendaman, cukuplah bak ukuran satu meter kubik, kira-kira itu dapat menampung 100 kilogram singkong segar. Jika setiap hari seorang petani memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat cip mocaf, berarti fungsi bak ketiga adalah untuk perendaman kupasan esok harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun