Mohon tunggu...
Maskur Abdullah
Maskur Abdullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Trainer

Jurnalis dan trainer, tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jernang, Sang Primadona Baru di Aceh

19 Maret 2018   08:15 Diperbarui: 19 Maret 2018   09:29 8549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon dan buah jernang sebagai tanaman primadona baru di Aceh sejak 2 tahun terakhir. (Foto/steemkr.com)

Apa itu jernang? Ada yang mengatakan buah rotan. Tapi menurut para petani yang mengembangkan jenis tanaman hutan ini, pohon jernang masih sebangsa dengan rotan, tapi bukan jenis rotan yang biasa kita kenal.

Sementara itu dalam laman Wikipedia menyebutkan bahwa jernang adalah sejenis resin. Resin (getah) yang diambil dari buah jernang ini dikenal dunia sebagai dragon blood atau dragon's blood (Inggris), drakenbloed (Belanda), sangre de drago (Prancis), sanguis draconis, dan sebutan lainnya. Produk ini dihasilkan dari beberapa spesies rotan dari marga daemonorops.

Resin biasanya berwarna merah. Selama ini diperdagangkan dan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, dupa, dan bahan obat tradisional. Jernang banyak dihasilkan dari Sumatera, termasuk daerah Aceh, dan Kalimantan. Di Aceh, tanaman jernang banyak dikembangkan di Aceh Besar, Aceh Barat, Bener Meriah, Aceh Tengah, Bireuen, Aceh Tenggara dan hampir semua daerah Aceh lainnya.

Getah buah jernang diincar dunia untuk dijadikan bahan pewarna, obat-obatan, dupa, dan parfum. Karena itu, komoditas getah jernang diyakini tak pernah sepi dari permintaan pasar dunia. Tanaman jenis hasil hutan bukan kayu ini, getahnya mengandung senyawa dracoresen, draco resinolanol dan draco alban.

Akhir-akhir ini, antara 2 tahun belakangan, memang jernang menjadi primadona baru di Aceh, setelah tanaman kopi yang sudah terlebih dahulu dikenal dunia. Bahkan tanaman jernang, menjadi tawaran alternatif selain kopi bagi sebagian petani di Aceh, menggantikan tanaman haram, ganja.  

"Kita akan kembangkan tanaman kopi dan tanaman jernang di Gayo Lues ini, sebagai bagian dari program Grand Design Alternative Depelopment," kata Bupati Gayo Lues, Aceh, H.Muhammad Amru, kepada penulis, belum lama ini.

Bupati Muhammad Amru berkeyakinan, tanaman kopi dan jernang bisa dikembangkan cukup baik di wilayah Gayo Lues, sebagai tanaman alternatif menggantikan tanaman ganja. Bila petani diberi pengarahan dan solusi, mantan jurnalis ini percaya bahwa masyarakat akan memilih jenis tanaman yang halal dan legal, ketimbang menanam ganja yang memiliki konsekuensi hukum, dan ancaman hukumannya cukup berat.

Bubuk jernang yang harganya bisa mencapai antara Rp1,6 Juta hingga Rp2 Juta lebih/Kg. (Foto/Ist)
Bubuk jernang yang harganya bisa mencapai antara Rp1,6 Juta hingga Rp2 Juta lebih/Kg. (Foto/Ist)
Berharga Rp400 Ribu/Kg

Seorang petani dan pengolah jernang di Bireuen, Aceh, Khairuddin, mengatakan, harga jernang segar (gelondongan), saat ini bisa mencapai sekitar Rp400 Ribu/Kilogram, dan bila sudah diolah (digiling) menjadi bubuk (tepung), harganya di pasaran sekarang mencapai antara Rp1,6 Juta hingga bisa mencapai Rp2 Juta lebih/Kilogram.

 "Itu tergantung dari kualitas, kandungan dan kadar airnya," ujar Khairuddin kepada penulis di Banda Aceh, Minggu (18/3/2018).

"Biasanya bubuk jernang dari Aceh ini diekspor ke China. Tanaman jernang ini mudah tumbuh, bahkan di depan rumah saya pun bisa tumbuh dan berbuah," kata Khairuddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun