Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Penegakan Hukum yang Tegas, Solusi Strategis Atasi Bencana Asap!

13 September 2019   07:05 Diperbarui: 13 September 2019   07:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Riau saat ini merupakan satu daerah yang sedang terkena bencana asap, yang semakin lama semakin akut. Belum ada aksi yang signifikan untuk mencegah terjadinya bencana asap, selain penyebarluasan grafik informasi status kondisi udara yang semakin berbahaya, serta upaya petugas memadamkan karhutla di lapangan. 

Hal itu menyebabkan kondisi udara Riau semakin berbahaya bagi kesehatan. Apalagi Sumatera sudah dikepung 1278 TITIK PANAS, dan 289 TITIK berada di  Riau.

sumber: www.bmkg.go.id
sumber: www.bmkg.go.id

Memang ada yang  menggalang aksi simpatik pembagian marker bahkan mungkin dilakukan oleh pihak swasta. Hal itu bahkan juga dilakukan oleh partai politik. Ada yang masih berupa instruksi partai, ada yang sampai membuka posko penanggulangan.

sumber: http://pks.id
sumber: http://pks.id


Bencana akibat Karhutla, kebakaran hutan dan lahan, ini memang unik. Kawasan yang terbakar dapat dengan cepat menyebar luas. Angin dapat membuat kebakaran bagai mendapat kekuatan baru. Kondisi hutan lebat, yang kering juga mendukung panas di tetumbuhan semakin kuat.

Pada situasi yang sudah begitu parah Karhutla yang melanda. Pada kawasan karhutla, ada api yang menjalar  sampai melenting ke atas seperti ditembakkan atau bagaikan kembang api yang mencuat ke sana ke mari. Suasana yang tentu sangat mencekam bagi para petugas pemadam karhutla. 

Apalagi jika jumlah para petugas tidak sebanding dengan areal luas karhutla, terkadang masyarakat awam pun hanya bersenjatakan ranting atau kayu kayuan untuk memadamkan api.


Kurangnya sumber air di sekitar wilayah karhutla, juga akan sangat mengurangi kemampuan para petugas dalam melakukan pemadaman karhutla. Memang pernah muncul ide-ide untuk membuat embung-embung di kawasan yang sering terkena Karhutla.  Namun ide untuk membuat embung embung di sekitar wilayah karhutla, juga sulit direalisasikan. Hal itu dikarenakan pada umumnya banyak lokasi karhutla, berada di lahan gambut. 

Seperti diketahui, pada lahan gambut, lahannya sukar sekali menahan air, sehingga jika di musim kemarau, tentu saja embung-embung yang didesign untuk persediaan sumber air dalam usaha penyemprotan untuk pemadaman karhutla, justru kering.

Tehnologi Modifikasi Cuaca (TMC), yang mudah dikenal dengan Hujan Buatan atau bahkan cukup dengan Bom Air, kantung kantung air yang dijatuhkan dari pesawat, yang dikembangkan BNPB dapat secara siginifikan untuk mengurangi meluasnya bencana karhutla. 

Pemadaman dengan TMC dapat lebih efektif dilakukan karena dapat menyangkut kawasan yang luas. Air memang menjadi musuh utama api. Kalau ada air maka api pun padam.

Harapan padamnya asap dari air itu membuat hari hari ini beredar di WAG tentang usaha membuat hujan dari air air masyarakat. Berikut isi edaran berita di WAG tersebut 

doc.pri
doc.pri

~~

Darurat Asap !!

Sediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan diluar rumah, biarkan menguap, jam penguapan air yang baik adalah sekitar pukul 11.00 s.d jam 13.00, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat Kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara.

Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun, semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di Udara.

Lakukan ini satu rumah cukup 1 ember air garam, bsok jumat tgl 12 Sept, jam 10 pagi serempak..

Mari kita sama2 berusaha utk mnghadapi kabut asap yg kian parah ini..

Mohon diteruskan..
Terima kasih

~~

Tentu saja hal itu jika betul betul dilakukan oleh masyarakat banyak sekali pun, tidak akan dapat membuat hujan. Mereka berharap penguapan dari air air di baskom kalau dilakukan secara massal, akan menimbulkan penguapan, yang pada gikirannya  diharapkan dapat menjadi hujan. 

Sewaktu saya menerima info tersebut, lalu saya berikan respon berikut:

~~Dulu kala memang ada pendapat bahwa air hujan turun dari hasil penguapan daerah setempat.
Pembuatan lubang lubang atau semacam danau buatan dilakukan untuk memperbesar penguapan .. yang pada gilirannya akan mendatangkan hujan.
Namun pandangan itu kemudian berubah.
Hal itu setelah dilakukan penelitian besar penguapan dan besar air hujan di Laut Mati.
Laut Mati, sebetulnya danau tapi begitu luas sehingga seperti lautan.
Ternyata besar air yang menguap lebih kecil dari hujan yang jatuh.
Hal itu menunjukkan bahwa, hujan belum tentu dari penguapan daerah setempat. Tapi dari angin yang membawa hujan dari tempat lain.
Demikian sekilas info.~~

doc.pri
doc.pri

~~

Namun penggunaan TMC juga sangat tergantung dengan kondisi cuaca, apakah memungkin untuk membuat hujan buatan. Jika situasi terjadinya TMC sulit dikondisikan maka usaha pengeboman air menjadi bantuan yang sangat berarti bagi upaya pemadaman karhutla. 

Walau pun begitu usaha pemadaman karhutla itu akan selalu harus dilakukan, karena kalau tidak, efek jera yang diharapkan dari para pelaku, jika tidak muncul, justru dapat memicu terjadinya karhutla.

Pada titik ini BNPB akan kesulitan menangani, karena setelah bencana karhutla teratasi, situasi kemudian adem ayem saja. Tanpa ada tindak lanjut pada upaya penegakan hukum yang kuat, maka pemadaman karhutla akan menjadi pekerjaan yang bersifat rutinitas. 

Hal itu bahkan dapat terulang kembali pada waktu yang lain, bahkan dalam skala yang lebih luas. Suatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh banyak pihak tentunya.

Memadamkan saja tanpa ada upaya penegakan hukum atas terjadi karhutla, seakan memberikan peluang terjadinya karhutla kapan saja saat terjadi musim kemarau. Salah satu metode penegakan hukum adalah dengan memberikan police line, pada kawasan terjadinya karhutla. 

Pada saat terjadi karhutla, jarang ada pihak yang mengaku melakukan pembakaran hutan dan lahan, bahkan mengaku kebakaran hutan dan lahan terjadi pada kawasan yang dimiliki baik perseorangan mau pun perusahaan. 

Namun dengan membuat police line pada kawasan karhutla, maka akan kelihatan pihak yang berkepentingan terhadap kelanjutan fungsi dari kawasan bekas karhutla. Hal tersebut dipandang perlu, mengingat sering dengan berlalunya waktu karhutla, maka pada lahan-lahan yang tadinya terkena karhutla, muncul tanamam-tanaman sawit baru.  

Dengan demikian Police line areal kawasan karhutla dapat menjadi salah satu model untuk mengetahui pihak pihak yang berkepentingan atas terjadinya karhutla. Tentu saja hal itu juga harus diikuti denganj penegakan hukum tanpa pandang bulu. 

Hal itu perlu ditekannkan karena, jika terjadi satu dan lain hal, pemilik kawasan yang tadinya terkena karhutla, lalu menanam pohon sawit, tidak terkena sanksi hukum, maka karhutla akan terjadi setiap tahun. Bencana asap pun akan kembali terulang setiap tahun.

Sesuatu yang sebetulnya ulah manusia, namun karena banyak orang terlalu fokus pada pemadaman karhutla, sementara sanksi hukumnya belum berjalan optimal, maka efek jera tidak muncul pada para pelaku pembakaran karhutla. Bagi masyarakat awam, hanya bisa menerima situasi dan kondisi bencana asap yang boleh dikatakan terjadi hampir setiap tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun