Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dampak Reuni 212: Apakah Pilar keempat Itu Akan Pindah ke Medsos ?

13 Desember 2018   06:40 Diperbarui: 13 Desember 2018   14:06 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dampak Reuni 212: Apakah Pilar Ke Empat Itu Akan Pindah ke Medsos ?

Ketika suatu massa yang luar biasa besar terbentuk pada aksi damai Reuni 212, media massa "mainstream" seolah membisu terhadap fenomena kolosal sosial budaya yang ditunjukkan umat Islam Indonesia di Reuni 212. Ada apa yang sedang terjadi dengan media massa "mainstream" ? Ada apa pula yang sedang terjadi dengan aksi damai Reuni 212 ? 

Ada yang berpandangan bahwa bisa saja kemungkinan "captive market" media massa "mainstreaming" bukanlah peserta Reuni 212. Bisa jadi memang ada sebagian massa yang tidak perlu mengetahui informasi yang terjadi pada aksi damai Reuni 212. 

Jadi secara pasar memang tidak ada untungnya memberitakan aksi damai Reuni 212. Terlepas itu karena kebijakan atau karena hal lain, namun realitas yang terjadi aksi damai Reuni 212 tidak diberitakan secara marak oleh media massa "mainstream". 

Namun tidak demikian halnya dengan cuitan Dubes Saudi soal bendera Tauhid. Dampak dari cuitan Dubes Saudi itu sempat mengemuka. Walau pun secara tidak langsung justru menegaskan bahwa bendera Tauhid yang dibawa peserta aksi damai Reuni 212, yang menyemut di Monas itu bukan bendera ISIS. 

Sungguh suatu "blessing in disguise" yang tidak terduga dari cuitan Dubes Saudi yang perlu kita syukuri bersama. Alhamdulillah.

Media massa merupakan pilar ke empat demokrasi. Media massa mendapat momentum luar biasa ketika Pak Habibie menjadi Presiden RI ketiga. Media massa diberi keleluasaan dan rama aman supaya dapat meneguhkan diri sebagai pilar ke empat demokrasi. Media massa menemukan kembali kekuatan nDaru pasca Reformasi Mei. 

Reformasi Mei terjadi karena munculnya aksi massa masif untuk memberikan arah baru dalam dunia politik Indonesia. Media massa menjadi garda terdepan dalam mendorong perjuangan  aksi massa masif tersebut. Namun tidak demikian halnya media massa "mainstream" bersikap terhadap aksi damai Reuni 212.  Padahal aksi damai Reuni 212 berpotensi untuk memberikan arah baru dalam fenomena sosial budaya pergumulan umat Islam dengan Reuni 212.

Aksi damai umat Islam pada Reuni 212 bukan hanya dihadiri penduduk DKI. Sungguh suatu hal yang sulit dimengerti mengapa harus membandingkan jumlah peserta aksi damai umat Islam pada Reuni 212 dengan jumlah penduduk DKI. 

Realitas jumlah orang yang berada di DKI pada siang hari dan malam hari pada hari kerja saja berbeda. Jika pada hari kerja, rata-rata orang yang berada di DKI mengalami kemacetan, maka hal itu akan jauh berkurang pada hari libur. 

Hal itu terjadi, karena jumlah orang yang berada di wilayah DKI pada siang hari dipenuhi orang orang yang domisilinya bukan di wilayah DKI. Pada malam hari para komuter itu pulang kembali ke rumahnya baik di Bogor, Depok, Bekasi dan lain-lain.

Jadi kalau kemudian jumlah hp yang terdeteksi di area Monas, pada saat aksi damai umat Islam melakukan kegiatan Reuni 212, dapat mencapai jumlah 14 jutaan, melebihi jumlah penduduk DKI, itu sangat wajar terjadi.

Nah suatu peristiwa sosial budaya yang belum pernah terjadi di Indonesia, bahkan di dunia itu, jutaan umat Islam berkumpul pada saat Reuni 212, dengan tertib, damai, dan tetap aman. tanpa terjadi "chaos", itu sungguh suatu hal yang luar biasa. Bandingkan dengan aksi yang terjadi di Perancis. Brutal. 

Namun yang perlu dicermati adalah bagaimana aksi damai umat Islam pada Reuni 212 itu dapat terjadi ? Disinilah sebetulnya kunci dari segala persoalan itu. Beberapa orang berpendapat tentang hal itu, namun belum dapat dianggap sebagai pandangan yang mampu mewakili secara substansial. 

Mereka, umat Islam yang menyemut di Monas, pada aksi damai Reuni 212 datang saling menyapa walau tidak saling mengenal. Meraka terpekur dengan menyebut asma Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka melantunkan pujian kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Salam. Mereka saling merekatkan diri dalam suatu sillaturrahmi.

Mereka saling memperkuat dan mendorong semakin berkembangnya momentum kekuatan the Power of Ukhuwah. Kekuatan yang membuat mereka dapat memunculkan aksi damai umat Islam Reuni 212. The Power of Ukhuwah yang muncul dari simpul simpul ukhuwah di di medsos. 

Ukhuwah yang timbul dari sillaturrahmi antara pribadi pribadi yang ingin menunjukkan jati diri, bukan dari viral berita mesin atau akun akun bodong. The Power of Ukhuwah dunia medsos ini seakan menjadi pegangan penyebaran informasi yang lebih dipercaya dari pada info yang tersedia di media massa "mainstream". 

Dampak aksi damai umat Islam Reuni 212, bukan hanya membuat kejutan besar bagi umat Islam dari Marroko sampai Merauke. Namun hal itu bahkan dapat berlanjut dengan munculnya arah baru kekuatan pilar ke empat. 

Kalau sampai media massa "mainstream" terlambat menyadari hal ini, sementara justru secara pribadi-pribadi, elit elit sudah banyak dirangkul, namun tidak demikian halnya dengan  umat Islam, seperti halnya yang terjadi pada aksi damai umat Islam Reuni 212. 

Maka bukan suatu hal yang aneh, kalau suatu saat nanti the Power of Ukhuwah di medsos akan menjadi pilar keempat demokrasi.

Akankah hal itu terjadi, setelah Reuni 212, pilar ke empat akan pindah ke medsos ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun