Fenomenalnya Mo Salah Jadi Duka bagi City

Tanpa ampun City dihajar Liverpool 3-0 di babak pertama di Anfield Stadium, kandang Liverpool pada leg pertama babak perempat besar Liga Champions. Walaupun Pep sebagai manajer City sudah khawatir terhadap ancaman trio penyerang Liverpool FMM Firmino Mo Salah Sane, tetapi aroma Anfield yang angker bagi City memang tidak terelakkan.

Lagi lagi Pep ketemu batunya dengan Klopp. Para punggawa City masih mampu menunjukkan keperkasaannya dalam menguasai bola, sebagai ciri khas permainan arahan manager City Pep Guardiola, tetapi Liverpool arahan manager Klopp tampil dengan semangat meyakinkan, untuk menang. Hasil pertandingan 3 gol tanpa batas Liverpool atas City sungguh di luar dugaan. 

Klopp tak lagi sungkan memberi instruksi Liverpool, untuk mengurung diri dalam bertahan ala Mou. Tetapi penuh determinan pada saat City menguasai bola, di mana saja, gaya Simeone. Dari awal awal pertandingan Liverpool tampil garang. Permainan City kurang berkembang. Jika punggawa City menguasai bola, 2 sampai 3 pemain Liverpool menghadang. City mencoba memainkan operan operan panjang.

Namun belum lama setelah City menemukan kembali permainan terbaiknya, menguasai bola dan mencoba melakukan penetrasi ke pertahanan Liverpool yang di luar kebiasaan, pola bertahan ala Mou, Liverpool mampu melakukan serangan balik. Mo Salah menjadi pahlawan bagi Liverpool. Mo Salah memang fenomenal. City yang bermain dengan pola standar, bertahan dengan kepercayaan diri tinggi, jebol dibuat serangan serangan gegen pressing Liverpool.

Tak pelak lagi laga yang berlangsung seru itu sungguh menjadikan Liverpool mampu mempecundangi kepiawaian punggawa punggawa City. City masih lebih banyak menguasai bola dari pada Liverpool, tetapi Liverpool lebih efektif memainkan bola. City tetap berusaha mengembangkan permainan, namun Liverpool lugas menghadang gerak City.

Hampir boleh dikatakan setiap 10 menit terjadi gol di gawang City. Chamberlain, bahkan melakukan tembakan dari jarak yang cukup jauh, namun berdiri bebas dari hadangan City, 2-0. Dalam jarak waktu yang hampir sama, tetapi pada kondisi yang mengkhawatirkan, gol Sane terjadi.

Pada kondisi Liverpool penuh motivasi untuk mencetak gol, City masih yakin dapat mengembangkan permainan. Mental para punggawa City perlu dipuji untuk yang satu ini. Namun misi Liverpool untuk menang memang di luar dugaan Pep, termasuk kreativitas Klopp untuk bertahan ala Mou, melakukan penetrasi ala Simeone dan melakukan serangan balik dengan gegen pressing.

Sumber: bola.kompas.com

Kekalahan City atas Liverpool di Liga Primer Inggris 4-3, sesungguhnya memberikan asa, jika City mendapat waktu yang lebih panjang, City mungkin masih dapat mencuri poin. Namun rupanya Klopp telah menyadari kelemahan Liverpool dan berusaha keras menutup kelemahan itu dengan mengurung bidang pertahanan Liverpool dengan rapat.

Pep walaupun sudah mengetahui ketajaman trio penyerang Liverpool, FMM, Firmino, Mo Salah Mane tidak mau mengikuti pola mengurung gerak trio FMM, seperti halnya Mou pada laga MU lawan Liverpool. MU berhasil mengkandaskan Liverpool, dan membuat Mo Salah tidak dapat berperan banyak.

Pep yakin dan kopigg bahwa pola permainan yang dikembangkan City dapat melayani Liverpool. Namun semangat Liverpool untuk menang menghadapi City lebih besar dari pada kekuatan City. Al hasil leg pertama babak perempat final Liverpool lawan City, bukan hanya dimenangkan Liverpool, tetapi juga dengan skore fantantis 3-0. 

Memang masih ada leg ke dua, City akan menjamu Liverpool di Etihad Stadium. Namun sebelum itu City harus menghadapi MU yang tentu tidak ingin menjadi pesorak, untuk pesta kemenangan City menjadi Juara Liga Primer Inggris. Pada laga leg ke dua babak perempat final Liga Champions memang peluang City untuk memenangkan laga melawan Liverpool masih besar.