Mohon tunggu...
Joker Doang
Joker Doang Mohon Tunggu... -

mencoba mengisi hidup dengan kebajikan dan kebijakan\r\nhttp://cer-mat.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akitametam

29 Maret 2010   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua orang terlibat pembicaraan cukup serius, yang tampak dari raut mukanya. Pak Amir memulai pembicaraan, "Pak Haji, jadi berapa luas tanah yang ingin dijual?". "Luasnya kira-kira 180 meter pesegi, pak" sahut pak Haji. "Ukurannya berapa kali berapa?" tanya Pak Amir meminta penjelasan. Pak Haji,"Lebarnya 10 m, panjangnya 18 m. Masih banyak pohon yang produktif Pak. Jadi kalau Bapak ok, bagus buat kebun buah. Pohon Rambutan ada 3 , pohon Duku ada 1 tapi tiap tahun buahnya ndak pernah sedikit, pohon Nangka ada 2, tahun kemarin sudah mulai berbuah, selebihnya pohon pisang ada beberapa rumpun. Gak rugi deh Bapak beli tanah ini"

Sepenggal cerita di atas menggambarkan kejadian sehari-hari di sekitar kita. Beberapa konsep matematika telah dipahami kedua orang yang sedang melaksanakan transaksi jual beli tersebut. Yang pertama adalah konsep luas, konsep satuan pengukuran, serta konsep jumlah benda. Matematika memang tumbuh dan berkembang karena dorongan kebutuhan kehidupan manusia.

Saat dua orang atau lebih berinteraksi, biasanya memang selalu memerlukan konsep dasar dalam matematika. Sebaliknya konsep matematika akan tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan manusia yang mulai memerlukan interaksi dengan orang lain yang semakin lama semakin kompleks. Terbayang kehidupan jaman pra sejarah, saat konsep matematika belum belum dikembangkan, jika dua orang akan melakukan barter (tukar menukar barang), seseorang membawa buah-buahan dengan tangannya mendatangi tetangganya yang mempunyai kolam ikan dan bermaksud menukar buah dengan ikan. "Saya punya buah D$r&*n ingin menukar dengan ikan $@r&me bolehkah?" tanyanya. Tetangganya menjawab,"Boleh, kebetulan tadi pagi saya sudah menangkapnya. Tu saya gantung dipohon."  "Tapi buahnya terlalu sedikit. Ini aja ikannya ya". Si tetangga menyisihkan beberapa ekor ikan untuk disimpan. "Tambah lagi dong ikannya, yang ini kan terlalu kecil" sahutnya menawar. "Baiklah yang ini aja tambahannya," si tetangga balik menawar sambil menukar ikan yang telah di ambilnya dengan ikan yang sedikit lebih kecil. Begitu sulit dan berbelit-belit proses barter sampai ditemukan kesepakatan diantara keduanya.

Dalam perkembangan peradabannya manusia tentu saja menginginkan segala hal menjadi lebih praktis, ekonomis, dan efisien, baik itu mengenai waktu, tenaga, maupun biaya. Sehingga dibuatlah sebuah satuan jumlah, berat, isi, uang dan sebagaimnya. Semua satuan itu menggunakan konsep perbandingan senilai. Misalnya buah D$r&*n  1 kg senilai dengan uang sekian rupiah, dan ikan $@r&me 1 kg senilai dengan sekian rupiah, ini tentu saja akan sangat memudahkan orang untuk melakukan transaksi. Selain kemudahan diperoleh juga keuntungan berupa efisiensi waktu dan tenaga.

Tak terbayang apa yang kita alami sekarang, seandainya para nenek moyang dahulu sejak jaman purba tak mengalami kemajuan peradaban yang ditandai dengan berkembangnya teknologi yang ditopang berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi ujung tombaknya. Patutlah kita bersyukur atas jerih payah mereka sehingga kita dapat menikmatinya saat ini, sehingga kehidupan yang kita rasakan menjadi begitu nyaman, praktis dan mulai serba automatic. Mudah-mudahan semangat dasar untuk selalu berkembang ke arah yang lebih baik masih bisa kita warisi, sehingga kita dapat berkarya sesuai dengan bidang kita masing-masing untuk menjadi lebih baik. Salah satu pilar kemajuan itu menurut saya adalah terus menerus belajar dari berbagai kegagalan dan kesuksesan yang telah kita raih selama perjalanan hidup ini. Dan yang tidak kalah penting lagi adalah menularkan semangat ini kepada generasi penerus kita, adik, anak, bahkan cucu nantinya.

Tantangan terberat kita adalah memberikan pemahaman bahwa belajar adalah sesuatu yang penting dalam perjalanan hidup kepada adik, anak atau cucu nantinya. Belajar secara formal di sekolah tentu baik dan penting, namun belajar dalam kehidupan sehari-hari juga sangat penting untuk mendapatkan kedewasaan pola pemikiran, sikap, dan tanggungjawab sosial. Ayoo pemuda dan pemudi Indonesia bangkitlah, belajar sesuai bidang yang engkau minati, baik secara formal maupun non formal, raihlah masa depan yang telah menanti uluran tanganmu untuk selalu berkarya....


Selamat menyelesaikan Ujian Nasional bagi siswa-siswi di SMP, raihlah prestasimu semaksimal mungkin, jangan mudah menyerah dan melarikan diri untuk bersembunyi dalam menghadapi kesulitan, semoga kesuksesan senantiasa bersama orang-orang yang  jujur dan selalu berusaha keras

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun