Mohon tunggu...
Irfan Irawan
Irfan Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat wacana sosial budaya

Bekerja di kantor konsultan IT-Audit; minat pada wacana komunikasi termasuk internet; media (sosial) baru; gemar mengamati fenomena sosial dan budaya populer; dan berusaha untuk tetap beriman.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Ojeg Oleng

5 Maret 2021   09:54 Diperbarui: 5 Maret 2021   09:59 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Kisah ini terjadi jauh sebelum era ojek onlen, saat para opang (ojek pangkalan) masih berjaya. Di masa ketika saya masih muda dan bertenaga . Pagi di Pondok Labu, siang di Mangga Dua, sorenya di Tanjung Priuk. Besoknya, pagi di Ciputat, siang di Pluit, sore di Kramat Jati, kadang malamnya masih di Kalibaru, Senen. Mantul kayak bola bekel (dulu mantul artinya ya mantul, tektok, bukan mantap betul).

Uniknya, di masa itu saya belum berkendaraan sendiri, jadi mengandalkan angkutan umum sepenuhnya. Kadang bis, taksi, ojeg, pernah juga carter angkot.. Itu lah masa ketika saya menggeluti usaha percetakan dengan gaya tradisional.. hehe..

Balik lagi ke ojeg yang mau saya ceritakan tadi. TKP-nya di daerah Tanah Abang. Tiba di sebuah pertigaan, saya ingin lanjutkan perjalanan dengan lebih cepat. Ada pangkalan ojeg.

Saya mendekat. Spontan (ga pake uhuy) seorang pria paruh baya dengan langkah gontai menghampiri motornya. Saya pun mengikutinya. Biasanya kalau pangkalan ojeg yang tertib mereka sudah bisa mengelola potensi rejeki yang bakal menghampiri dengan sistem antri.

Saya naiki sadel motornya sambil menyebutkan tujuan yang saya inginkan. Seiring mesin motor mulai dinyalakan, kaki kanan saya sudah naik ke pijakan kaki, sementara yang kiri masih menjejak tanah. Tercium bau khas yang saya belum sadar apa itu. 

Gas dinaikkan, saya berharap motor juga bergerak maju. Gasnya semakin gede, tapi ga masuk gigi juga. Ujung kaki kiri saya masih menyentuh tanah, deg-degan... ada yang ga beres ini!! Dan ternyata pemirsa, pak ojegnya langsung menaikkan kedua kakinya di pijakan kaki. Dan... olenglah motor ini ke tanah dengan 2 orang lelaki di atasnya... Saya reflek loncat dari motor yang rebah ke tanah.

Riuh suara pengojek lain menghampiri kami, utamanya membantu motor dan pengemudinya berdiri kembali di tengah asap knalpot yang memutih.

Seorang pengemudi lainnya dengan tangkas bersiap di motornya sambil berseru, "Ayo pak, dengan saya aja...!"

"Emang kenapa tuh orang, mabok ya?", sungut saya gusar.
"Ya maklumin pak, tukang mabok dia!"
"Kok dibiarin narik ojeg, kan bahaya..!"
"Ga lah pak, paling kayak tadi aja. Bapak kan langsung loncat.."
"Kalo masuk gigi gimana, bisa nabrak.. bahaya!"
"Iya maap pak, ayo pak, silakan naik!"
"Ogah, kapok saya naik ojeg oleng, mending jalan kaki!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun