Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

"The Magnificent Schwantz"

25 Mei 2019   10:42 Diperbarui: 29 Mei 2019   13:14 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kevin Schwantz | Foto. kevinschwantz.com

Prestasi Rainey meningkat setahun kemudian dengan menduduki posisi ke-2 dan berlanjut di tahun 1990 saat dia berhasil mengeklaim gelar juara dunia. Gelar itu dipertahankannya selama 3 tahun berturut-turut hingga 1992 sebagaimana bos tim, Kenny Roberts yang mampu menguasai GP500 dari 1978 hingga 1980.

Dalam kurun waktu 3 tahun itu (1990-1992), Kevin Schwantz berlalu lalang di posisi ke-2, 3 dan 4 klasemen akhir. Hingga akhirnya dapat merebut gelar dari tangan Rainey pada 1993.

Meski saling berupaya mengalahkan satu sama lain, Schwantz dan Rainey tak terlalu terpengaruh suhu panas kompetisi. 

Rainey & Schwantz | Foto motorsport.id
Rainey & Schwantz | Foto motorsport.id
Suzuki RGV 500
Meski diciptakan untuk menandingi Honda NSR 500 dan Yamaha YZR 500, Suzuki RGV 500 tak benar-benar unggul dari 2 kompetitornya itu, tepatnya pada kemampuannya saat menempuh trek lurus. Sehingga para pebalap Suzuki harus menggali potensi mereka untuk melampaui laju para pebalap Honda dan Yamaha.

Termasuk Schwantz yang selalu memaksa RGV 500 sampai pada batasnya yang justru membuatnya kerap jatuh. Untuk menetralisir kekurangan motornya, Schwantz menggunakan teknik balap yang di sebutnya dengan istilah "See God, then brake". Kemampuan pebalap di sektor tikungan menjadi kunci untuk dapat mencuri posisi dengan mengandalkan kemampuan pengereman/late braking.

Tak semua pebalap Suzuki dapat beradaptasi dengan gaya balap seperti itu. Salah satu yang berhasil adalah pebalap Australia, Darryl Beattie yang menjadi rekan setim Kevin Schwantz pada 1995 di Lucky Strike Suzuki. Di tahun itu pulalah dia menjadi runner up sementara Michael Doohan mengunci gelar juara dunianya.

Darryl Beattie & Michael Doohan | Foto pinterest.com
Darryl Beattie & Michael Doohan | Foto pinterest.com
Akhir Karir the Texan Lion
Banyaknya cidera yang dialami memaksa Schwantz mengakhiri karirnya di GP 500. Musim 1995 menjadi musim terakhirnya membalap di kejuaraan motor prototype

Ada hal lain yang mempengaruhi keputusannya itu selain alasan medis. Mundurnya Wayne Rainey akibat kecelakaan di 3 seri sebelum berakhirnya musim 1993 membuatnya merasa kehilangan motivasi. Ya, seri Misano 1993 adalah seri yang merenggut kemampuan Wayne Rainey untuk kembali membalap karena kecelakaan itu membuat kakinya lumpuh.

"Wayne Rainey mengalami kecelakaan di tahun 1993 dan saya memenangkan Kejuaraan Dunia di tahun itu, perasaan yang muncul sangat kuat untuk menjalani sisa musim,”ungkapnya melalui sebuah video yang diunggah oleh situs resmi MotoGP, motogp.com.

"Tetapi saya mencoba untuk memotivasi diri saya di tahun 1994, karena setiap pekan performa saya berdasarkan dimana dia berada,"imbuhnya.

Kevin Schwantz bahkan tak menyelesaikan keseluruhan seri di musim 1995. Dia hanya mengikuti 3 seri yakni seri Autralia, Malaysia dan Jepang yang membuatnya jatuh ke posisi 15 klasemen akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun