Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer Pilihan dan Pilihan Menulis

16 Februari 2019   10:39 Diperbarui: 16 Februari 2019   12:51 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : motivasinews.com

Saya kaget ketika membuka kembali laman Kompasiana.com, ternyata nama saya ada di situ. Terpampang jelas, nama saya didaulat masuk Kompasianer pilihan. Tidak hanya saya, tetapi beberapa orang di sana juga masuk.

Mereka, tentu saja orang-orang hebat yang lebih dahulu menjadi penulis dibandingkan saya. Jika dilihat dari point, saya masih kategori Taruna, itu saja. Jika dilihat dari kuantitas menulis, tidak setiap hari mengirim tulisan di Kompasiana. Secara kualitas, tulisan saya tidak berbobot sama sekali.

Saya menulis dengan ide-ide sederhana saja. Sama sekali bukan bukan tulisan yang ndarik-ndarik (dalam Bahasa Jawa). "Sing penting nulis wae. Opo sik kok pikirke gek tulisen kono....", itulah filosofi menulis saya sebagai orang Jawa.

Saya menulis kemudian mengirim tulisan di Kompasiana, karena ingin terus belajar mengasah pikiran. Kata Yudi Latif (Kompas, 2019), pikiran kita saat ini bisa saja menjadi sesat jika tidak diasah. Menulis di Kompasiana juga saya lakukan sebagai latihan untuk menuangkan ide-ide, hasil sintesis dari bacaan.

Kebutuhan yang mendesak juga, saya harus menulis artikel di ilmiah sebagai bagian dari tugas Tridharma perguruan tinggi. Kompasiana inilah tempat yang mengasah otak, menggerakan jari, dan menuangkkan dalam gagasan tulisan. Manfaatnya luar biasa, dulu saya sangat sulit untuk menulis jurnal, dengan latihan di Kompasiana ini, saya menjadi mudah.

Menulis di Kompasiana ataupun di jurnal (makalah ilmiah), sejatinya hampir sama. Pokoknya sama-sama didahului membaca kemudian membuat tulisan. Bedanya, mungkin hanya masalah di metodologi saja. Kalau jurnal ilmiah memang harus menggunakan metode ilmiah yang ketat. Penggunaan referensi sampai landasan teori, juga harus mapan, itulah makalah ilmiah.

Pilihan menulis bukan terletak untuk mendapatkan uang. Menulis adalah hobbi yang mendatangkan ilmu pengetahuan yang tidak dapat diukur dengan uang. Kita paham sejarah, ilmu yang kita dapat hari ini adalah hasil tulisan orang-orang terdahulu.

Apa jadinya sebuah peradaban sebuah bangsa jika tidak ada tulisan sejarah. Mungkinkah sebuah bangsa akan tetap berperadaban maju, jika budaya literasinya tidak ada. Sangat sulit kita menemukan jejak sejarah bangsa kuno tanpa ada sebuah catatan atau tulisan.

Apapun medianya, menulis adalah pilihan terbaik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Budaya menulis merupakan aktivitas membangun dan memajukan peradaban sebuah bangsa. Menjadi Kompasiner pilihan hanyalah motivasi dan bukan sebagai tujuan. Tujuan menulis, agar orang lain membaca, kemudian orang itupun mau ikut menulis.

Saya ucapkan terima kasih kepada Kompasiana, telah memilih saya sebagai Kompasianer pilihan. Semoga kita mencintai menulis untuk membangun peradaban bangsa ini. Meninggalkan sejarah tertulis yang kelak akan dibaca oleh anak dan cucu bangsa. Agar Indonesia menjadi bangsa yang ber-adap dengan budaya membaca dan menulis.

Salam Literasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun