Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lelaki Penjual Donat dan Mimpi Tentang "Pendidikan Indonesia"

28 September 2018   18:31 Diperbarui: 28 September 2018   19:05 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bangdito.com

Saya Selalu Ingin Menulis

Tulisan inipun sudah saya pernah terbitkan di blog pribadi saya. Dengan revisi dan tambahan seadanya, saya terbitkan di sini. Menulis merupakan cara tersendiri menterjemahkan kisah hidup yang saya temui di setiap jalan.

Saya sendiri lupa kapan mulai menyukai menulis. Seingat saya dulu wakut menggembela kambing di kampung, saya menulis pada diary keci. Tetapi hilang sudah diary tersebut. Tulisan itu berkisah tentang perasaan saya pada gadis cantik dari kota.

Kebetulan, waktu itu ada tetangga yang datang dari Jakarta. Wajah gadis itu menurut saya sangat cantik. Kulit putih dengang hiasan hidung mancung. Maka munculah tulisan di sebuah diary kecil.sejak saat itu saya mencintai menulis. Meskipun dengan bentuk yang sederhana.

Menulis adalah cara terbaik merangkai beragam puzzle hikmah di setiap jalan. Menulis adalah cara terbaik bagi saya untuk menyesap rindu yang belum menemukan bentuk. Menulis adalah cara terbaik untuk menjadi lebih dewasa dalam berpikir.

Kisah lain yang selalu ingin saya tuliskan adalah tentang masa kecil yang menyedihkan. Di antara kemiskinan yang menggila, saya harus belajar bertahan hidup. Kemiskinan justru menjadikan saya hidup dengan keberanian. Di saat teman-teman lain tidur siang, saya harus menggembala kambing hingga magrib. Selain itu harus mencari kayu bakar untuk perapian. Sampai di rumah jangan berharap ada makanan. Terpaksalah harus menahan perut yang lapar. 

Kisah ini Tercatat Pada 24 Januari 2017

Lagi, ini cerita tentang mahasiswa yang kere (miskin). Saya pun masuk dalam golongan itu, mahasiswa kere bin melarat tidak ketulungan. Kuliah hanya dengan niat dan niat saja. Tanpa modal uang yang lebih. Setiap akhir bulan mencari pinjaman ke sana-kemari untuk membayar uang kost yang nunggak.

Kemarin sore datanglah seorang adik kelas menemui saya. Dia kuliah di Universitas Negeri Jakarta mengambil studi Sastra Arab. Setelah itu pindah di UIN Jakarta dengan mengambil prodi yang sama.

Di UNJ dia sebenarnya sudah masuk semester dua. Karena pindah ke UIN maka dia harus mengulang dari semester awal. Beberapa kali saya ketemu sosoknya di masjid UIN. Bercerita panjang lebar tentang kuliahnya, juga tentang cita-cita yang ingin dicapainya.

"Mas, saya mungkin akan cuti lagi...".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun