Kebiasaan istri saaat saya di rumah adalah menontong film lewat youtube. Selain itu istri lebih suka melihat pertemanan melalui akun instagram. Saya saat di rumah lebih senang chating dengan kawan-kawan di Watsup. Kami sepasang suami ini menjadi miskin komunakasi sebab masing-masing dari kami lebih suka berada di ruang maya yang disebut ruang simulasi.Â
Meskipun acara lebaran juga pulang kampung, masyarakat dan termasuk saya justru kehilangan makna. Lebaran digital tentu telah menjadi budaya hidup kami. Aktivitas luring (luar jariangan) justru bergeser ke arah daring (dalam jaringan). Sakralitas agama pun akhirnya menjadi sangat bias dan tentu agama kehilangan maknanya. Mediatiasi agama dalam hal konteks ini justru menghilangkan nilai-nilai teologis agama. Pada dasarnya dalam lebaran digital, nilai teologis digaantikan oleh simbol dan tanda-tanda dalam ruang media sosial.Â
Apakah lebaran kita tahun ini lebih bermakna dengan hadirnya media digital dan media sosial? Â