Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Melawan" Covid dengan Budi Daya Hidroponik

4 Mei 2020   12:49 Diperbarui: 5 Mei 2020   08:17 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Hamzah Usmindra (kaos putih) bersama temannya di green house hidroponiknya (Doc. FMT)

Bagi masyarakat di seputaran kota Takengon, Aceh Tengah, sosok laki-lkai peramah dan murah senyum bernama Hamzah Usmindra inti tentu sudah tidak asing lagi. 

Selain dikenal sebagai seorang paramedis dan tukang khitan anak, dia juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan berbagai organisasi.

Sebagai seorang tenaga medis, sebenarnya tidak pernah terpikirkan oleh Hamzah Usmindra untuk menekuni usaha pertanian barbasis hidroponik. 

Kesibukannya sebagai salah seorang paramedis yang bertugas di Puskesmas yang tergolong jauh dari kota, membuat ia nyaris tidak punya waktu luang. 

Apalagi saat ini dia juga terlibat dalam gugus tugas penanganan covid di kecamatan dmana dia bertugas, nyaris tidak ada waktu istirahat baginya.

Namun sebagai sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial ini, Hamzah juga punya kepedulian terhadap lingkungannya, terutama para generasi muda yang nyaris tidak punya kreativitas dan hanya menunggu untuk mendapatkan pekerjaan. 

Padahal menurutnya, begitu banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para pemuda tersebut untuk memperoleh penghasilan sendiri. 

Untuk itulah dia kemudian berupaya memberikan contoh usaha produktif yang tidak banyak menyita waktu dan tenaga, tapi mampu mendatangkan penghasilan yang lumayan. 

Dia punya prinsip, kalau hanya mengajak atau menganjurkan, tidak akan membawa hasil, makanya dia langsung memberi contoh nyata.

Pilihan usaha sampingan untuk menarik minat para pemuda di lingkungannya adalah pengembangan sayuran hidroponik dan budidaya ikan lele bioflok, karena kedua jenis usaha tersebut bisa disatukan dan tidak membutuhkan lahan yang luas. 

Memanfaatkan waktu senggangnya di sore hari, Hamzah kemudian 'menyulap' halaman belakang rumahnya yang tidak begitu luas menjadi lahan budidaya sayuran dengan sestem hidroponik. 

Belajar dari berbagai literasi, ia pun kemudian membuat sebuah green house sebagai tempat budidaya sayuran hidroponik tersebut.

Gambar 2, Penampakan green house hidropinik milik Hamzah (Doc. FMT)
Gambar 2, Penampakan green house hidropinik milik Hamzah (Doc. FMT)
Di dalam green house-nya, Hamzah kemudian menyiapkan dua bak plastik untuk budidaya ikan lele bioflok, sementara di atas kolam bifloknya dia menyiapkan rahit hidroponik dengan puluhan kotak media tanam. 

Di samping itu dia juga menyiapakan puluhan kotak media pembibitan sayur yang bisa ditanam setiap hari di rakit hidroponiknya untuk menggantikan sayuran yang sudah dipanen. 

Tidak ingin main-main dengan eksperimennya, Hamzah pun rela merogoh kocek lebih dari 20 juta Rupiah untuk membangun green house dan perlengkapannya. 

Sebagai tenaga medis yang baham arti keamanan pangan, Hamzah juga memilih pola organik tanpa menggunakan material kimia sedikitpun dalam budidaya hidroponiknya, dia ingin memastikan bahwa sayuran yang diproduksinya aman untuk dikonsumsi.

Awalnya memang hanya sekadar menyalurkan hobi sekaligus memberi motivasi bagi lingkungannya, Hamzah sempat terkejut, ternyata hasil dari green house hidroponik yang dirintisnya sejak awal tahun 2020 itu diluar dugaannya. 

Akhirnya dia pun mulai berfikir untuk memasarkan hasil pertaniannya tersebut, karena kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan dapurnya masih banyak berlebih.

Tidak ingin menjual sayuran secara konvensional, Hamzah memilih memasarkan hasil kebun hidroponiknya secara semi online, dia menawarkan sayuran organiknya melalui media sosial, sekaligus mencantumkan nomor ponsel yang bisa dihubungi untuk memesan sayuran dengan sistem antar bayar tersebut.

Meski begitu, banyak juga pembeli yang langsung mendatangi kebun hidroponiknya untuk meembeli sekaligus melihat karya Hamzah yang di daerah ini masih tergolong baru. 

Dengan label 'Gudang Sayur Organik Rahmawati Online' yang dikelola oleh isterinya Erna Zohara, A.Md.Keb, yang juga tenaga medis honorer di Rumah Sakit Umum setempat. 

Di masa social distancing dan phyisical distancing seperti saat ini, pilihan Hamzah menjual produ pertanian organiknya secara online, sangatlah tepat.

Gambar 3, Hamzah menjual sayuran organiknya secara online untuk menjaga physical distancing (Doc. FMT)
Gambar 3, Hamzah menjual sayuran organiknya secara online untuk menjaga physical distancing (Doc. FMT)
Yang kemudian membuat Hamzah semakin antusias, ternyata sayuran organik berupa kangkung, bayam merah, sawi caysin, sawi pokcai dan selada, sangat diminati oleh masyarakat di seputaran kota Takengon di mana dia tinggal. 

Setiap hari ada saja pesanan dari berbagai sudut kota berhawa dingin ini, apalagi saat memasuki bulan puasa dimana orang lebih memilih berdiam di rumah. Dan memang tidak mengherankan karena relasi dan jaringan pertemanan Hamzah yang aktif di berbagai organisasi ini memang cukup luas. 

Untungnya dia sudah mengatur pola tanam di green house-nya, sehingga bisa dipanen setiap hari, sehingga dia dapat memenuhi pesanan para pelanggannya.

Usahanya pun tidak sia-sia, dari green house di atas lahan seluas 8 x 11 meter itu, Hamzah bisa meraup penghasilan 4 sampai 5 jutaan per minggu, atau sekitar 12 sampai 15 juta rupiah per bulan, tentu sebuah penghasilan yang lumayan untuk seorang pegawai negeri golongan 3 tersebut, padahal harga yang ditawarkan juga harga 'bersahabat', tidak seperti harga sayuran organik di super market. 

Itu tidak termasuk dengan sayuran yang dia bagikan kepada para tetangga yang kurang mampu dan yang diberikan secara cuma-cuma kepada kawan dan kenalannya yang kebetulan mampir ke green housenya. 

Hasil yang dia raup itu juga belum termasuk hasil dari budidaya lele bioflok yang kemungkinan baru bisa dipanen menjelang hari raya nanti.

Tak melulu mengejar untuk, aktifis sosial yang dikenal dengan program sunatan gratis ini ingin agar usaha yang dirintisnya bisa menjadi contoh bagi yang lainnya. 

Selain punya prospek ekonomi menjanjikan, kegiatan seperti ini juga bisa menjadi alternatif mengisi waktu pada saat harus tetap di rumah ditengah pandemi yang belum tau kapan akan berakhir ini, menurutnya, melawan covid harus dengan usaha produktif.

"Meskipun ini baru keberhasilan awal, saya berharap kedepannya apa yang sudah saya lakukan ini akan diikuti akan banyak orang-orang terutama para generasi muda agar lebih kreatif menciptakan lapangan kerja minimal bagi diri sendiri. Banyak pemuda yang hanya berharap memperoleh pekerjaan tetap yang ruang lingkupnya makin sempit, sementara peluang ada di depan mata, bukan mau mengajari atau menggurui, saya sudah merasakan sendiri, usaha seperti ini memiliki prospek ekonomi yang sangat menjanjikan, apalagi saat ini kita dianjurkan berdiam di rumah, tentunya harus ada upaya-upaya produktif supaya kita bisa bisa bertahan di tengah pandemi ini, terutama dari segi ekonomi dan kesehatan" ujarnya.

Dia juga mengatakan, untuk budidaya sayuran organik, tidak mesti membangun green house seperti yang dia lakukan, bisa dengan cara yang lebih sederhana dan tentu saja lebih hemat biaya. 

Sementara dia membuat green house tujuannya agar lebih tahan lama dan tidak perlu melakukan pengendalian hama penyakit, dan ini bisa menekan biaya produksi. 

Hamzah juga mengatakan bahwa pasar sayuran organik sangat terbuka lebar, apalagi kecenderungan untuk back to nature sekarang sudah menjadi tren.

"Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha, saya sendiri tidak pernah membayangkan bisa punya usaha sampingan seperti ini, dan ternyata ini bisa jadi media edukasi bagi teman-teman, sekaligus meningkatkan perekonomian keluarga saya" ungkap Hamzah.

Selain itu, melalui kegiatan sampingan ini dia juga ingin mengajak  masyarakat agar membiasakan  mengkonsumsi pangan organik khususnya jenis sayur segar. 

Karena menurut pengalamannya sebagai tenaga medis, mengkonsumsi pangan bebas pestisida kimia juga dapat mencegah stunting bagi anak anak dari mulai dalam kandungan sampai usia 1000 hari sejak kelahiranya. Ini tentu saja sejalan dengan program pemerintah dalam memberantas stunting yang saat ini menjadi prioritas.

Gambar 4, Sosok Hamzah Usmindra, paramedis yang punya kepedulian sosial dan jiwa agropreneur (Doc. FMT)
Gambar 4, Sosok Hamzah Usmindra, paramedis yang punya kepedulian sosial dan jiwa agropreneur (Doc. FMT)
Itulah sosok Hamzah Usmindra, S Kep, paramedis yang bertugas di Puskesmas Rusip Antara, Aceh Tengah yang telah membuktikan bisa mengisi waktu senggang untuk kegiatan produktif yang bermanfaat. 

Dari pekarangan yang tidak begitu luas di desa Asir-Asir kecamatan Lut Tawar, hanya sekitar 1 kilometer dari pusat kota Takengon, Hamzah sudah menunjukan dirinya sebagai sorang inpirator dan motivator sejati. 

Bukan itu saja, apa yang dia lakukan juga merupakan langkah awal untuk menjadi petani milenial dan agropreneur. Dia juga sudah mengajarkan bagaimana mengisi waktu pada saat stay at home dan membuktikan bagaimana caranya melawan covid dengan budidaya hidroponik, tetap di rumah tapi tetap sehat dan pendapatan lancar.

Kalau semua orang bisa meniru Hamzah dengan bidang pekerjaan dan cara yang bisa saja berbeda berbeda, tentu lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar bukan masalah, karena perekonomian masyarakat akan tetap stabil, stok pangan tersedia dan mata rantai penyebaran covid bisa segera diputus.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun