Mohon tunggu...
marzani anwar
marzani anwar Mohon Tunggu... -

Peneliti Utama at Balai Litbang Agama Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MUI Diminta Anulir Fatwa Sesat Eden

28 Februari 2016   09:51 Diperbarui: 28 Februari 2016   11:18 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eden yang merasa diri sebagai agama damai, menuduh-nuduh Islam yang kacau, dan berpecah-pecah dalam berbagai kelompok. Lihatlah ke dalam dirimu, apa yang kau jaminkan untuk menjaga kekompakanmu. Selama 19 tahun sejak kemunculanmu yang bernama Salamullah, semula berpengikut 80 an orang dan kini tinggal di bawah 30 an orang. Kau boleh bilang “ini hasil seleksi tuhan” atau apa, tapi itu sudah mengindikasikan bahwa, tidak ada jaminan terciptanya kesatuan dalam keberimanan cara Eden. Dengan jumlah yang sedikit, dan otoritas dipegang pada satu orang, memang sebenarnya paling gampang menjaga kekompakan. Tapi apa yang terjadi, adalah pemerosotan anggotanya sendiri. Apalagi kalau anda memandang jauh ke depan, dalam beberapa tahun mendatang, bicaralah bagaimana kalau Lia Eden sudah tidak ada.

Bicara tentang kepengikutan seorang Nabi, tidak bisa dilepaskan adanya kelompok pengikutnya, (yang minoritas) yang punya paham sendiri atau sendiri-sendiri. Diantaranya adalah orang-orang yang mengaku sebagai nabi, yang sekecil apapun pasti punya pengikut. Kemudian mereka membentuk komunitas, dan dengan kekuatan komunitasnya itulah, pada gilirannya akan terjadi pemaksaan kehendak, kepada penguasa atau kepada siapapun yang dianggap tidak taat pada aturannya. Eden juga yang punya pra-konsep tentang surga Eden. Bahwa rumah Jl. Mahoni 30 Jakarta itu adalah surga, dan dalam arti yang sebenarnya. Kemudian karena konsepnya itulah, maka isinya, termasuk orang-orang yang di dalamnya direkayasa biar seakan-akan benar adanya, seperti yang ditulis di Qur’an S. Maryam ayat 61-63.

Terlepas dari itu, kata anda “surga dan neraka adalah pilihan, dan Tuhan menyelamatkan mereka yang memilih bersuci di Surga, mengangkatnya ke bumi yang baru dan langit yang baru”. Artinya, orang yang tidak mau masuk eden, berarti memilih neraka atau tidak ingin masuk surga.
Baiklah kalau memang anda sekarang berpaham begitu, bahwa surga Eden adalah seluas planet yang sudah tersedia untuk pendaratan UFO. Telah tersedian kendaraan untuk mengantarkan kaum Eden ke sana. Meski surga itu seluas langit dan bumi, tapi berhubung yang Anda yakini masuk surga adalah orang-orang yang percaya saja sama Eden. Tuhanmu juga yang menyediakan surga hanya untuk orang-orang:

yang disucikan di situ di rumah Jl. Mahoni 30
Yang lebih memilih urusan di eden daripada harus berbakti kepada Orang tua.
Yang memandang bahwa kepentingan negara itu tidak penting,
Yang sibuk membina egoisme kelompok,
Yang hanya berurusan dengan esensi iman tanpa beribadah
yang mengabaikan kepedulian social dan kemanusiaan.

Bagi saya, surga itu tersedia untuk siapa saja, manusia yang beriman, yang beramal saleh, percaya hari akhir, sebagaimana yang Allah janjikan.

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata: “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu”. ( QS. al Baqarah/2; 25).

Dan orang-orang yang beriman dan mngerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Merekaa kekal di dalamnya. ( QS. al Baqarah/2: 82).

Ayat Al Qur’an itulah yang seharusnya menyatupadukan kita. Sebagai sama-sama orang beriman. Perbedaan diantara kita, sebenarnya hanya soal bagaimana cara beramal saleh dan cara mendekatkan diri kepada-Nya. Bahwa Tuhan menjanjikan surga itu adalah kepada siapa saja, hambanya yang mau berbuat kebajikan. Bukan hamba yang diberi persyaratan berliku-liku, yang memberatkan dirinya dan apalagi yang memberatkan keluarganya.

Dalam konteks seperti itulah, maka ada keprihatinan mendalam kami terhadap tindak kekerasan bahkan pembunuhan massal dengan mengatasnamakan agama. Seakan yang demikian itu menjadi jalan ke surga. Padahal itu adalah penyimpangan berat dalam pengamalan ajaran agama, yang hanif dan rahmatan lila’lamin. Bagaimanapun tidak ada tempat bagi saya, sebagai pengamat sekalipun, untuk diambil kesempatan memojokkan agama, dan pembenaran penghapusan agama agama. Karena jumlah yang terbanyak dari penganut agama (Islam) di dunia ini, adalah mereka yang berperilaku baik, minimal tidak setuju jalan kekerasan.

Anda boleh saja tidak percaya, bahwa komunitas Eden adalah juga sekte agama, seperti dibilang pak Syafii, yang seindah apapun filosofi dan cita-citanya, pada saatnya berpotensi menimbulkan kekerasan. Ketika memiliki jumlah penganut besar. Katakanlah dalam hitungan ribu apalagi juta. Pastilah akan ada friksi-friksi yang ingin menonjolkan diri atau ingin berkuasa, dan sebagainya. yang pada akhirnya akan menganulir keberadaan orang-orang yang berbeda kepentingannya, kemudian menempuh berbagai cara untuk memenuhi ambisinya.

Wallahua’lam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun