Mohon tunggu...
marzani anwar
marzani anwar Mohon Tunggu... -

Peneliti Utama at Balai Litbang Agama Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nubuatan Eden Sebagai Pembohongan Publik (Bag.4)

4 September 2015   15:20 Diperbarui: 24 September 2015   12:20 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marzani Anwar

Nubuatan adalah ramalan yang sampaikan oleh seorng rasul. Termasuk informasi akan terjadinya suatu kejadian sebelum terjadinya. Orang yang mengetahui sesuatu sebelum ada kejadian iu, dalam istilah sipiritual kehidupan orang Jawa disebut ”ngerti sadurunge winarah” (mengetahui sebelum kejadian).

Istilah yang dekat dengan ”nubuatan” adalah ramalan atau jangka. Kalau di masyarakat Jawa dikenal dengan idiom ”ramalan/ jangka Jayabaya”, maksudnya adalah segala perkataan atau ungkapan sang pujangga Jayabaya mengenai berbagai hal yang akan terjadi di kemudian hari di wilayah tanah Jawa. Demikian juga yang dikenal dengan Ramalan Ki Ranggawarsito atau ramalan-ramalan lainnya dari para pujangga.

 

Lia Aminuddin, yang di komunitasnya biasa dipanggil Paduka Yang Mulia Ruhul Kudus, dipercayai memiliki kelebihan berupa pengetahuan mengenaai segala sesuatu sebelum kejadian. Informasi atau ramalan itu, kemudian mempengaruhi pola tindakan dan kebijakan komunitas Eden, dalam hidup kekiniannya. Ramalan-ramalan itu menyentuh berbagai aspek kehidupan, seperti persoalan yang bersifat teologis, kehidupan politik, perkembangan ilmu pengetahuan dan lainnya.

Politik bangsa ternyata menjadi perhatian penting dalam nubuwatan Eden, menyangkut nasib kehidupan berbangsa dan bernegara. Eden membuat ramalan-ramalan itu sebagai penguat ajaran kerasulannya, agar dengan melihat bukti-bukti dari apa yang telah diramalkan tersebut akan memperkuat bukti kerasulan Lia Eden . Dalam konteks penyucian, apa yang diramalkan itu adalah pemberitahuan mengenai sesuatu yang akan terjadi sebagai “pelajaran” bagi manusia yang menentang missi kerasulan.

Ranah nubuwah ditujukan kepada kepemimpinan bangsa, kelompok manusia. Dalam hal ini, adalah para peimpin yang “tidak mengindahkan” ajakan Eden, atau kelompok masyarakat yang tidak peduli pada seruan-seruan Eden. Termasuk seruan untuk menyucikan diri seperti ditempuh Eden.
Berita akan datangnya UFO di Monas untuk menjemput para pengikut Eden beberapa waktu yang lalu (akhir Mei 2015), yang ternyata tidak terjadi apa-apa, hanyalah salah satu pemberitaan yang dikeluarkan eden terakhir. Jauh dari itu, eden telah banyak mengumbar nubuah murahannya, melalui milis yang dimilikinya.

 

 

Nubuatan tentang Banjir di Jakarta.
Kejadiannya adalah tahun 1998. Eden mengabarkan akan ada banjir besar melanda Jakarta. Sungai di tengah kota akan meluap, karena hujan turun tiada berhenti. Rumah-rumah akan tenggelam. Akan banyak korban, karena tidak bisa menyelamatkan diri. Jalan-jalan dan prasrana lain banyak mengalami kerusakan.

Musibah yang akan terjadi pada bulan Agustus 1998 itu digambarkan sedemikian rupa oleh Lia Aminuddin, dan semua murid-muridnya mempercayai sepenuhnya. Untuk mengantasipasi kejadian itu, para anggota jamaahnya mengungsi ke sebuah vila di Cisarua. Barang-barang berharga diangkut bersama orang-orangnya. Namun berita itu tinggal berita, karena pada saat yang diramalkan itu tidak terjadi apa-apa.

Terbunuhnyan sang Presiden.
Sebagai akibat dari ketidakpedulian pemimpin bangsa memenuhi ajakan Eden untuk percaya pada missi kerasulannya, muncul nubuatan yang menggambarkan buruknya nasib pemerintahan. Nubuatan itu menyebutkan waktu terjadinya, yakni antara tahun 2003-2004. ”Suatu hari nanti”, katanya, ”pejabat pemerintah yang tak suka disumpah di hadapan Tuhan dan Ruhul Kudus terpaksa harus menghadapi cobaan-cobaan yang meruntuhkan dia dari jabatannya. Sementara, yang telah rela mengikuti persyaratan Tuhan akan sejahtera dan bermaslahat, dicintai masyarakat, menjadi pendamai dan pembawa rahmat Tuhan, bertulah dan bertuah”.

Saat itu presiden R.I. masih dijabat oleh Megawati (tahun 2003), Lia eden melanjutkan ramalannya mengenai kondisi politik yang akan terjadi. Kerusuhan merajalela dan akan mengantarkannya pada pergantian kekuasaan, dan sang presiden yang sedang berkuasa disebut-sebut akan binasa. Megawati dinubuahkan akan menemui ajalnya. Dalam kesempatan yang lain dinyatakan bahwa, Pemilu yang diadakan pada tahun 2004 akan gagal. Dalam nubuwatan itu, Lia Eden sampai menegaskan kembali, ”kamu harus percaya bahwa Pemilu akan gagal’. Masih dalam tahun yang sama, yakni disebutkan pada bulan keempat tahun 2004, Lia Eden menggambarkan akan terjadi banjir darah di Jakarta. Sebagai dampak kegagalan Pemilu, sehingga terjadi kekacauan di mana-mana. Kerusuhan antar kelompok dan antar Parpol merajalela. Dan atas dasar ramalannya, itu maka orang-orang Eden akan menjadi tumpuan masyarakat, atau menjadi pelindung masyarakat.

Peristiwa-peristiwa politik yang sedemikian dasyat sebagaimana dinubuahkan tersebut, ternyata tidak menjadi kenyataan. Presiden Megawati tetap memimpin pemerintahan sampai berakhir masa tugasnya. Pemilu yang digelar, berjalan dengan aman, tidak terjadi gangguan yang berarti. Sepanjang tahun 2004, tidak terjadi huru-hara yang berarti, di masyarakat.

Janji-janji ”akan memperoleh keselamatan”, apabila bangsa ini mengikuti petunjuk eden”, diulang-ulang dalam berbagai kesempatan. Artinya, bahwa eden mengajak berspekulasi, dengan menempatkan dirinya sebagai ”juru selamat”. Sementara Eden sendiri dalam pengalamannya, selama lebih dari sepuluh tahun menyampaikan risalah-risalahnya, tidak pernah bisa membuktikan terjadinya apa yang diramalkan terhadap kelangsungan bangsa ini.

Jakarta Menjadi Pusat Spiritual Dunia
DKI Jakarta, tidak hanya dikenal sebagai Ibukota Negara R.I., tetapi akan menjadi tempat kunjungan semacam wisata rohani. Begitulah nubuwatan Lia Eden. Pernyataan itu antara lain menyebutkan sbb.:
Adapun kota besar Jakarta ini belum dikenali oleh para pencatat nubuah ini. Belum terlihat negeri Indonesia yang makmur sentosa yang mempunyai ibukota yang megah. Di sinilah nanti pusat spiritual dunia yang dipimpin oleh kami (Lia Eden-pen.), sebagaimana Bunda Suci sudah dinobatkan Tuhan sebagai Ratu Adil di Kerajaan-Nya. Penunjukan yang syah langsung dari Tuhan. Dan dinobatkan dengan nama Syah Ratu Syamsuriati Lia Eden.

Sejak ”hari penobatan” Lia sebagai ratu adil tersebut, di Jakarta tidak ada tanda-tanda akan menjadi pusat spiritual dunia. Apalagi pusat spiritual yang hendak dipimpin Lia Eden. Terhadap Lia justru telah terjadi penistaan oleh massa yang tidak suka. Tuntutan dari mereka yang tidak suka, dengan tuduhan penodaan agama, telah mengantarkannya ke pesakitan, menjadi narapidana. Fakta itu hanya untuk menunjukkan, betapa Lia eden, tidak mendapatkan sambutan positif, yang hendak mengusung jenjang ke kepemimpinan spiritual dunia.

PBB akan ”turun tangan” membela Eden.
Ada persambungannya dengan nubuwatan mengenai kota Jakarta yang akan menjadi pusat spiritual dunia. Ada sikap percaya diri pada komunitas Eden, juga ditunjukkan dengan pernyataannya bahwa, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) akan menyampaikan keprihatinannya, karena pemerintah RI menolak keberadaan ’Istana Kerajaan Tuhan” di Indonesia. Eden merasa bahwa keberadaan kerajaan Tuhan itu adalah ketetapan Tuhan, dan akan memperoleh perlindungan dari Tuhan.

Berkenaan dengan protes-protes penolakan fatwa-fatwanya, Eden mempersiapkan segala hal yang dimungkinkan terjadi atas eden, karena pernyataannya itu, menurut perkiraan Eden sendiri, tak mungkin tak menuai prahara besar. Sementara, Lia eden mengaku tak mungkin mengurungkan semua fatwa-fatwanya, seberapa pun besarnya protes dan penolakan atasnya. Dan Eden memastikan bahwa fatwa-fatwanya akan memperbaiki keadaan dunia: ”institusi keagamaan dunia dan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) akan menyesalkan Pemerintah Indonesia, yang canggung dan sejak lama mendiamkan saja Maklumat Fatwa-Ku itu. Padahal fatwa tersebut sudah Kusampaikan pada persidangan Lia Eden di depan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada 23 Juni 2006, yang diketuai oleh Hakim Lief Sofijullah.

Begitu besarnya keyakinan akan kebesarannya, sehingga PBB pun dinubuwahkan untuk turun tangan membela Eden. Pernyataan itu, dibuat pada bulan november 2008. Dan sampai tahun 2010 akhir, tidak ada tanda-tanda PBB menyampaikan rasa penyesalan atas ketidakpedulian pemerintah RI untuk menerima fatwa-fatwa Eden. Tidak juga memberikan perhatian pada komunitas Eden di Indonesia.

Rumah tinggal Jl. Mahoni 30 menjadi Kiblat semua agama
Dalam deklarasi eden di media sosial, dijelaskan bahwa pusat peribadatan Eden, yang awalnya adalah rumah pribadi Lia Aminuddin, beralamat di Jl. Mahoni 30 Jakarta Pusat, adalah merupakan Kerajaan Tuhan. Lia sebagai Ratu di kerajaan ini, menubuatkan sbb.:” Takkan pernah urung kita mendirikan Kerajaan Surga di Negeri Indonesia ini. Kerajaan Surga tak berbekal tanah dan kerajaan. Hanya di sebuah tempat tinggal yang dipilih Tuhan. Menjadilah kewajibanku menegakkan Kerajaan Surga di Indonesia. Seperti Vatikan di negara Italia. Hanya saja surga Eden itu terfungsikan sebagai kiblat semua agama-agama dan menjadi pusat penyucian ruh. Letaknya sudah pasti di sini, di jalan Mahoni 30 Jakarta. Kami memulai segalanya dari sini.

Demikianlah Lia Eden atas nama Jibril ruhul kudus, memberitahu kepada dunia, bahwa rumah tinggalnya, yang ditetapkan sebagai Kerajaan Tuhan, pada waktunya akan menjadi kiblat semua agama-agama. Para pemuka agama, di seluruh dunia akan menghormati Lia, sebagai tokoh spiritual yang patut dihormati. Umat para penganut agama-agama juga akan hormat padanya, sebagai ”Ratu Kerajaan Tuhan”. Pesan-pesannya akan dijadikan pedoman untuk tindakan mendamaikan semua agama. Demikian nubuah eden

Namun apa yang terjadi, sampai tujuh tahun dari pernyataan nubuatan tersebut, tidak ada tanda-tanda ke arah adanya penghormatan para pemuka agama-agama terhadap Lia khususnya. Tidak juga ada tanda-tanda bahwa rumah di Jl. Mahoni 30, menjadi pusat kiblatnya agama-agama.

Para artis akan terserang penyakit kudisan, dan tidak akan tersembuhkan
Nubuah Lia Eden merambah pada kalangan artis ibukota, yang dalam pandangannya, mereka adalah orang-orang yang terjauhkan dari surga Eden. Karena pebuatannya yang banyak kemaksiatan, mereka akan mendapatkan balasan langsung dari Tuhan. ” Waspadalah”, katanya, ”akan datang penyakit kulit buduk ganas yang akan menghapus kecantikan seketika. Wanita-wanita yang suka membuka auratnya, dan dengan sengaja merangsang pria sehingga kemaksiatan itu merajalela, terancam buruk rupa karena penyakit kulit ganas itu. Penyakit-penyakit kista, tumor dan kanker payudara dan rahim adalah hukuman terhadap perempuan-perempuan yang bergaul bebas.

Terlepas pro-kontra terhadap kemaksiatan yang dialamatkan kepada para artis, apa yang dinubuatkan Lia mengenai keadaan buruk tersebut, ternyata tidak terbukti. Sampai dengan tahun 2010, sejak ramalan itu ditulis (2003), tidak terjadi apa-apa di kalangan para artis. Kalaupun ada satu dua artis yang jatuh sakit, tidak lebih dari fenomena sosial yang biasa. Manusia ada yang sakit ada yang sehat. Sedangkan hal yang dinubuahkan sewajarnya berlaku untuk semua, kalau benar sebagai bukti penghakiman-Nya.

Kebutaan akan melanda bangsa Indonesia.
Eden dengan mengatasnamakan ruhul kudus, menjadikan mukjizat Allah kepada Bangsa Indonesia, yang dikabarkan akan mendapat nasib buruk berupa kebutaan. Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2002, yang disebut-sebut sebagai “nasib buruk” umat manusia. Kebutaan mata dalam arti yang sebenarnya, sebagai akibat tidak mau melihat kebenaran, yang dibawakan Eden. Menurutnya, apa yang dibawakan Eden adalah kebenaran dari Tuhan. Begini penegasannya: “ Hari ini tanggal 24 Januari 2002, kukabarkan kepada umat manusia bahwa jikalau kamu memperjuangkan perdamaian amanat Tuhan, kujadikan minyak tanah yang dipertemukan dengan minyak zaitun akan menjadi obat mata yang termanjur. Obat mata yang dapat membuat terang matamu dan akan menjadikan mata buta dapat melihat. Akulah pendamai yang membawa terang. Terang matamu, terang hatimu, terang pikiranmu. Aku-lah Tuhan yang cinta damai, maka Aku menghargai doa para pemuka agama-agama sedunia yang diprakarsai oleh Kepausan Vatikan di Assisi, Italia. Maka kaudapati minyak sebagai mukjizat terang itu sebagai jawaban-Ku”. Dikatakan selanjutnya: ”Jadikanlah mukjizat-Ku ini sebagai pertolongan-Ku bagi umat manusia pecinta damai. Katakanlah, jangan menyimpan mukjizat-Ku ini menjadi hampa. Telah Kuberikan berkah mukjizat minyak terang ini sebagai perimbangan atas murka-Ku. Seluruh umat di dunia dapat memperolehnya bilamana kamu menyalakan pelita demi perdamaian. Sungguh akan ada wabah berbagai penyakit di antaranya wabah penyakit radang mata yang berat. Olesi minyak mukjizat-Ku itu kepada matamu. Itulah obat yang termujarab.

Begitu yakinnya atas ramalan itu, kaum eden di Jl. Mahoni 30 itu telah benar membuat cairan yang dibuat dari minyak tanah dicampur dengan minyak zaetun. Dituang dalam 5 (lima) bejana masing-masing berukuran 40 x 30 cm. Cairan itu dipersiapkan untuk melayani banyak orang, yang konon akan datang berduyun-duyun ke eden untuk mengobati matanya. Eden mengantisipasi datangnya bencana dari Tuhan, sebagaimana dinubuwahkan tersebut.

Keadaan buta mata itu ternyata tidak hanya diartikan secara artivisial, tetapi juga dalam arti fisik. Orang-orang yang mengalami kebutaan itu hanya bisa disembuhkan manakala mau datang ke Eden, dan di sana akan diusap dengan cairan tersebut, dan atas kehendak Tuhan, maka mata buta akan kembali melihat seperti sediakala.

Kaum di samping menyiapkan cairan yang terbuat dari campuran minyak tanah dengan minyak zaetun itu, adalah juga siap memberikan jasa penyembuhan. Mereka percaya betul akan nubuah itu, dan merajalelanya penyakit-penyakit berat akan menimpa umat manusia.

Penyembuhan cara Eden, dengan memanfaatkan cairan tersebut, adalah bagian ketaatan atas perintah snag ruhul kudus. Ketersemuhan para pasien adalah akan menjadi bukti kebenaran kedatangan ruhul kudus. Demikian keyakinan mereka.
Namun sampai sekarang (tahun 2015) bencana kebutaan itu, tidak pernah terjadi. Cairan yang dianggap mujarab itu tidak terpakai sama sekali. Tidak ada pasien berduyun-duyun mendatangi Eden, untuk minta kesembuhannya.

Sungguhpun begitu, tidak ada anggota komunitas Eden, yang bereaksi, dengan meragukan kebenaran kedatangan ruhul kudus. Pembenaran atas ketidakbenaran nubuah itu, selalu saja ada, berupa penjelasan yang juga diatasnamakan malaikat Jibril.Entah yang namanya, ujian ketaatan, ujian kerasulan lah, menempa diri agar terbiasa dipermalukan, dsn sebagainya.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun