Mohon tunggu...
Gayuk Zulaika
Gayuk Zulaika Mohon Tunggu... Praktisi Psikolog, Pemerhati dan Pengamat Pendidikan, Organisasi, Klinis, dan juga sebagai Mahasiswa Doktoral

Belajar Terus Pantang Mundur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menolak Lupa Menolak Pecah!

26 Juni 2025   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2025   12:48 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, hari ini umat Islam justru terancam mengulangi sejarah kelamnya sendiri. Kita pernah berjaya di Cordoba, Granada, Baghdad. Tapi semua hancur bukan hanya karena serangan musuh, melainkan karena perpecahan internal yang tak terjembatani.

Baghdad Runtuh (1258)

Pusat keilmuan Islam dihancurkan oleh Mongol. Ribuan ilmuwan dibunuh. Buku-buku dibakar. Tapi penyebab utama kejatuhan adalah perebutan kekuasaan dan pengkhianatan di antara pemimpin Muslim sendiri.

Andalusia Hilang (1492)

Granada, simbol kejayaan Islam Eropa, jatuh karena kerajaan-kerajaan Muslim saling curiga dan berkhianat. Tak ada persatuan, tak ada solidaritas. Islam pun tersingkir dari tanah Eropa hingga hari ini.

Realita Hari Ini: Umat Terluka, Dunia Bungkam

Kita menyaksikan penderitaan saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia---tapi umat Islam global masih terlalu sibuk bertengkar soal furu'iyah (hal cabang), bendera ormas, dan tafsir sempit.

  • Gaza: 46.000 jiwa terbunuh sejak Oktober 2023, termasuk 18.000 anak-anak (sumber: Al Jazeera, 2025). Tapi sebagian umat Islam justru lebih sibuk meributkan beda metode hisab dan rukyat.

  • Darfur, Sudan: 150.000 Muslim Masalit dibantai, 12 juta orang mengungsi (The Guardian, Juni 2025).

  • Uyghur di Tiongkok dan Rohingya di Myanmar masih menghadapi pelanggaran HAM berat, diskriminasi sistemik, dan pembersihan etnis.

Apa yang dilakukan dunia Islam? Mayoritas hanya bersuara---tanpa kekuatan kolektif untuk bertindak. Karena kekuatan itu lahir dari persatuan, bukan dari debat tak berujung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun