Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tragedi Covid

31 Januari 2021   06:45 Diperbarui: 1 Februari 2021   06:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Untuk kedua kalinya aku merasakan dunia terasa runtuh. Namun kali ini lebih perih,  memilukan dan membuatku terasa seperti tidak ada di dunia, melayang. Butiran bening ini tidak pernah berhenti keluar, mataku sembab dan tampak bengkak. Napasku terengah-engah, dada terasa sesak.

 Menyaksikan wanita yang sudah melahirkan ku terbujur kaku di ranjang rumah sakit, setelah sepekan berusaha mempertahankan hidupnya dari penyakit yang engkau derita.Virus Corona yang merenggut semuanya. prosesi pemakaman yang jauh dari selayaknya, kebersamaan dengan seluruh keluarga jadi telerai karenanya. Namun saya nyakin Allah punya rencana yang paling indah untuk semua ini.

Pekatnya malam ditambah derasnya hujan seolah ikut mewakili kesedihanku saat ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan segala ketentuan-Mu.

Engkau yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kami semua

Satu hal yang membuat saya tegar adalah saya tidak ingin berbagi penyakit kepada orang lain. Karena saya menyadari bahwa saya merupakan satu-satunya orang yang melakukan kontak erat dengan ibu selama satu pekan ini. Saya khawatir di dalam diri saya virus itu ada.

Biarlah saya mengorbankan perasaan pilu, sedih, kecewa karena tidak bisa melihat untuk terakhir kalinya dan menghadiri pemakamannya. Rintihan hati ini yang dibalut dengan doa berkepanjangan menghantarkanmu ibu ke peristiratanmu yang terakhir. Semoga diampuni dosamu, diterima amal ibadahmu dijauhkan dari siksa kubur dan dijadikan kuburku menjadi salah satu taman-taman syurga. Aamiin.

Selamat jalan ibu.
Engkaulah wanita dan ibu terbaik bagiku
Lantunan ayat suci yang selalu engkau dendangkan setiap hari akan menjadi memori indah di benakku dan akan jadi keteladan terbaik bagiku dan bagi anak-anakku.

Tidak ada lagi senyum tawa yang akan menyambutku saat pulang kampung.
Tidak ada lagi suaramu terdengar untuk menyuruhku membelikanmu susu dan insulin.
Tidak ada lagi suara yang mengajakku ke pantai untuk merendam kakinya di pasir.
Tidak ada lagi tempatku meminta doa saat aku membutuhkan pertolongan lewat kekuatan doamu.

Sebanyak apapun air mataku tumpah, tak akan mampu membuat beliau hidup lagi. Rintihan dan rajamanku hanya akan memperberat langkahnya untuk menemui Sang Pencipta, pemilik hidup semua mahluk.

Keikhlasan dan keridhoan menerima semua ketentuan dari-Nya yang bisa membuat suasana hati ini menjadi tenang. Kenyakinan dalam diri bahwa apapun itu semua terjadi atas izin dan kehendak-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan dan kehendak-Nya.

Selamat jalan ibu...

Cinta kasihmu tak akan lekang oleh waktu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun