Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rasa (Part 19) Tragedi

15 Januari 2021   13:13 Diperbarui: 19 Januari 2021   10:35 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Bergelut dengan pendidikan sudah menjadi kebiasaan Aisyah. Tidak heran jika waktunya  dihabiskan untuk mengajar di kampus dan membuka bimbel di lokasi yang ia sewa tidak jauh dari rumahnya.
Terkadang muncul rasa iri saat melihat teman yang seumuran sudah banyak memiliki momongan dan keluarga kecil. Namun rasa kecewa dan sakit hati yang ia rasakan saat di tinggal menikah oleh Umam tidak bisa hilang dari ingatannya. Hal ini yang membuatnya trauma menjalin menjalin hubungan dengan pria mana pun.

"Pos..." ucap seorang laki-laki berbaju orange persis di depan rumah Aisyah. Gadis itu keluar untuk memastikan paket yang di bawa pak pos.
Setengah berlari Aisyah menghampiri petugas yang tersenyum ramah kepadanya. Setelah membubuhkan paraf sebagai bukti terima, lelaki itu pergi memacu motornya meninggalkan Aisyah yang tampak bengong dengan surat yang diterima. Diamatinya amplop tersebut. Sebuah surat tanpa nama pengirim, hanya tertera identitas dan alamat penerima yang tertulis jelas Aisyah Larasati. Sembari duduk di dipan kayu berlahan ia membuka dan mulai membaca.

Dear Aisyah.
Mungkin aku orang yang dianggap konyol berkirim surat pada zaman serba IT sekarang ini, Namun bagiku inilah satu cara yang bisa kulakukan untuk mengungkapkan siapa diriku sebenarnya.
Lidahku kelu tak mampu berkata apa-apa, mataku tak kuasa menatapmu.
 
Pada saat pertama kali bertemu, aku tidak merasakan apa-apa kepadamu. Justru kata-kata penghinaan yang kerap keluar dari mulutku. Tapi semua itu selalu kamu balas dengan senyuman.

Aku tidak melihat keindahan yang terpendam dalam dirimu. Bagiku kamu tidak lebih dari gadis miskin yang menjijikan yang berangan-angan jadi orang hebat dan malaikat penolong bagi adikku.

Meski pada akhirnya harus kuakui bahwa kau memang penyelamat keluargaku. Kau mampu merubah air mata ibuku menjadi senyum. Kau mampu merubah dinginnya prilaku adikku menjadi prilaku yang menyejukkan. Kau mampu mengganti kasarnya mulutku menjadi bahasa yang bermakna. Aku harap aku tidak terlambat untuk jatuh cinta padamu.

Aku jatuh cinta padamu setelah apa yang kamu lakukan padaku. Aku jatuh cinta pada kepribadianmu. Aku jatuh cinta pada kesederhanaanmu. Aku jatuh cinta pada semangat dan perjuanganmu. Aku jatuh cinta pada semua hal tentangmu.

Terima kasih untuk kebaikanmu mengembalikan masa depanku yang nyaris hilang. Terima kasih telah mengembalikan laptopku yang tertinggal karena kecerobohanku sendiri. Terima kasih telah menyelamatkan skripsiku saat itu, waktu dimana aku hampir putus asa mencari dan menemukannya.

Hatimu betul-betul putih, bersih. Makian demi makian selalu aku lontarkan kepadamu, bahkan saat engkau mengembalikan laptopku.
Namun kau menamparku dengan ucapanmu. Ucapan yang tak kan pernah kulupa sampai saat ini. Ucapan yang membuatku tersadar dengan keangkuhanku selama ini. Kalimatmulah yang menyadarkan aku arti pentingnya tata Krama dan sopan santun. Sehingga bisa memaknai hidup lebih berarti.

Kalimatmulah yang membuatku berbalik 360 derajat dari diriku sebelumnya. Kalimatmulah yang membuatku harus pergi jauh dari keluargaku untuk bisa menjadi orang yang lebih beradab.

Aku bersyukur sempat bertemu dan mengenalmu. Aku banyak belajar darimu tentang kehidupan, tentang kesabaran, keikhlasan dan kerja keras.
Biarlah waktu yang akan berbicara dan menjawab rasa cinta yang kumiliki untukmu.

Namun tak kusangka kamu adalah orang yang sulit kulupakan dalam hidupku. Begitu kuat kesanmu diingatanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun