Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rasa 18 (Pertemuan Tak Terduga)

11 Januari 2021   08:01 Diperbarui: 11 Januari 2021   08:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aisyah mengedarkan pandangannya sembari menatap sekilas seluruh orang yang ada di restoran itu, mungkin ada diantara pengunjung yang Aisyah kenal dan memberikannya pesan saat kajian tadi. Tapi sudah cukup lama Aisyah berdiri di pintu masuk tidak ada satu pun wajah yang dikenali, hingga seorang pramusaji menghampirinya dan memberikan kode dengan menunjuk sebuah meja yang berada di pojok. Sudah ada seorang laki-laki duduk di sana membelakangi pintu, sehingga dari tadi Aisyah memang tidak bisa melihat wajahnya.

Laki-laki itu menggunakan baju teptop warna merah marun dengan kopiah bulat warna merah yang lebih terang.
Ingatan Aisyah langsung kepada ustad yang memberikan kajian beberapa menit yang lalu di IC.
"Bukankah itu ustad Fadly yang tadi memberi kajian di Islamic Center. Apa mungkin panitia tadi salah memberikan pesan kepadaku?" Batin Aisyah sambil berjalan menghampiri lelaki yang sedang duduk di pojok sembari memainkan ponselnya.

Perasaan Aisyah tidak menentu antara khawatir, takut dan malu kalau seandainya dugaannya benar, panitia salah orang.

"Ataukah dia Fadli Alamsyah yang dulu. Laki-laki sombong, angkuh dan tidak punya perasaan." Gumam Aisyah lagi.
Berbagai macam kebimbangan yang muncul dibenak Aisyah. Dia menarik napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan agar tidak terlihat tegang, namun tetap berusaha tenang. Kondisi ini yang membuatnya berdiri mematung dibelakang lelaki itu.

"Assalamualaikum, Aisyah. Suara laki-laki tadi menyapa duluan, mungkin dia tahu Aisyah sudah berdiri dibelakangnya.
"Waalaikum salam," suara Aisyah terdengar gelagapan, karena tidak menyangka pria didepannya tahu nama panggilannya dan dia tahu Aisyah sudah berdiri di belakangnya.
'Silahkan duduk, lelaki itu berdiri dan membalikkan badan sambil sedikit membungkukkan, seolah dia ingin memberi penghormatan kepada wanita di depannya.

Aisyah meletakkan tas yang berisi mukena dan dompet yang dibawanya ke kajian dikursi kosong disampingnya dan dia duduk di kursi yang persis berada di depan lelaki tersebut.
"Aisyah, mau pesan apa?" Tanya pria tadi membuka percakapan.
"Apa saja, jawab Aisyah. Dia masih terlihat bingung dengan lelaki yang ada di depannya.
Lelaki dengan wajah putih bersih, dengan rambut pendek terlihat rapi. Diwajahnya ditumbuhi jenggot yang tidak terlalu panjang dan menggunakan kaca mata, membuat Aisyah salah tingkah saat tidak sengaja mata mereka beradu pandang. Aisyah langsung menunduk sambil memainkan ujung jari jemarinya. Tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Walaupun setiap hari dia menghadapi puluhan mahasiswa. Dia tidak pernah merasa sebego seperti sekarang ini.
Sesaat mereka masih membisu sampai pramusaji datang membawa makanan dan minuman yang tadi sempat dipesan. Mereka berdua menikmati makanan yang sudah ada di depan masing-masing.

"Masih ingat denganku," pertanyaan itu membuat air minum yang baru saja di teguk terasa nyangkut dikerongkongan Aisyah.
"Maaf, bukankah Anda tadi Ustad Fadly yang mengisi kajian di Islamic Center? Akhirnya Aisyah berani membuka mulut menjawab pertanyaan laki-laki yang duduk di depannya.
"Betul, tapi apakah anda mengenalku selain sebagai ustad Fadly?"
"Entahlah, saya juga sangsi. Dulu saya pernah mengenal seorang laki-laki, kakak dari salah seorang siswa saya yang mengikuti les privat.
Tapi.....Aisyah tidak berani melanjutkan ucapakan, khawatir lelaki didepannya mengganggapnya suka menjelekkan orang lain.
"Orangnya sombong, angkuh,  tidak punya hati nurani, suka menghina. Pokonya sifat yang sangat jelek, maksudmu? Tukas lelaki tersebut.
Aisyah ternganga dengan tebakan Ustad Fadly, yang sangat sesuai dengan kalimat yang ingin diucapkan. Dia langsung menghentikan makanan yang sedang dikunyahnya. Membuatnya semakin tidak enak hati.

"Aisyah, aku minta maaf, Fadly Alamsyah yang anda kenal beberapa tahun lalu itu adalah saya sendiri. Saya lah orang yang sombong, angkuh tidak punya hati nurani itu. Saya yang dulu sering melakukan hal itu kepadamu. Untuk itu saya minta maaf dari hati yang paling dalam atas kelakuan saya dulu yang sering menyakitimu.

Fadly diam sesaat, begitu pun Aisyah, tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya. Aisyah tidak tahu apa yang harus diucapkan, dia tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya.

"Saya yang menulis pesan tadi dan saya titip lewat panitia karena tidak sengaja saya melihatmu duduk paling depan dan saya tidak mungkin salah lihat. Saya memberanikan diri untuk mengundangmu kemari. Saya menyesali perbuatan saya dulu dan saya juga ingin berterima kasih, berkat kamu saya bisa berubah." Ucapan Ustad Fadly  membuat Aisyah tidak percaya dengan pendengarannya. Dicubit pahanya untuk memastikan bahwa dirinya tidak sedang menghayal atau bermimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun