Tahukah Anda, ada satu hal yang rasanya hampir tidak mungkin kita lepaskan dari kehidupan kita saat ini. Apa itu? Media sosial. Semua orang dari segala lapisan, tua-muda, pria-wanita, nyaris seluruhnya berinteraksi di media sosial, apalagi media sosial saat ini ada dalam genggaman bersamaan dengan hadirnya handphone berinternet. Pentingkah media sosial? Apakah ada ajaran Kitab Suci tentang media sosial? Kita akan membahasnya kali ini. Saya ... dan saya ...., inilah Katekese Awam KKS KAM pekan kedua Juli 2025.
Pentingnya Media Sosial
Gereja Katolik menyambut baik kemajuan teknologi dan informasi, termasuk media sosial. Dalam dokumen Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial, Inter Mirifica, dikatakan, "Di antara penemuan-penemuan teknologi yang mengagumkan, yang terutama pada zaman sekarang, berkat perkenan Allah, telah digali oleh kecerdasan manusia dari alam tercipta, yang oleh Bunda Gereja disambut dan diikuti dengan perhatian istimewa ... untuk menyalurkan segala macam berita dan gagasan" (art. 1).
Kitab Suci melukiskan, Allah adalah Allah yang komunikatif. Ia menyampaikan gagasan keselamatan-Nya melalui para nabi. Dalam Yer 1:9, misalnya dikatakan, "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu" untuk diteruskan kepada umat. Puncaknya, "setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya" (Ibr 1:1-2).
Media sosial mengacu kepada sarana dan bentuk komunikasi massa di mana pengguna secara aktif berpartisipasi dalam memproduksi dan menyebarkan pesan. Berbeda dengan media arus utama yang berada di bawah kendali para pewarta dengan filter ketat, media sosial memberi ruang seluas-luasnya kepada siapa saja untuk menyiarkan apa saja tanpa harus melalui saringan ruang redaksi. Hadirnya media sosial akhirnya menjadikan semua orang dapat menjadi pewarta. Dalam bahasa rohani, setiap orang kini bisa menjadi nabi.
Berkat media sosial, banyak paroki, komunitas, dan individu kristiani lebih leluasa melakukan pewartaan Injil, pendalaman iman, dan pengajaran moral. Ternyata di tengah dunia yang semakin sekular, media sosial justru membuka jalan untuk menghadirkan terang Kristus lebih luas dan lebih cepat, bahkan di tempat-tempat yang sebelumnya sulit dijangkau. Perintah Tuhan Yesus kepada para murid, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk 16:15), kini menjadi lebih mudah diwujudkan.
Media sosial juga meningkatkan kreativitas manusia, seperti Tuhan kehendaki sejak penciptaan. Melalui media sosial, kita dapat berkarya mengembangkan bakat. Banyak seniman, penulis, dan pelaku usaha lahir dan berkembang melalui platform digital. Media sosial memantik tumbuh dan berkembangnya talenta yang Tuhan berikan dan harapkan sebagaimana disampaikan dalam 'perumpamaan tentang talenta' (Mat 25:14-30). Karunia yang Tuhan berikan bukan untuk disembunyikan, tetapi untuk dikembangkan dan dibagikan.
Lebih hebat lagi banyak komunitas rohani atau perkumpulan doa secara oline di media sosial, seperti Tiktok, Youtube, Facebook, dan Instagram. Orang-orang dengan minat yang sama berkumpul bersama secara daring lalu mengisinya dengan doa, sharing rohani, dan pengajaran iman. Tuhan hadir dalam dunia maya, "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:20). "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan" (Kis 2:42).
Waspada Media Sosial
Media sosial, sebagai buah kemajuan teknologi, memang dimaksudkan untuk menghubungkan manusia. Namun kini, ketika digunakan secara tidak tepat, media sosial justru menjauhkan manusia dari dirinya sendiri, sesama, dan Allah. Studi membuktikan, intensitas penggunaan media sosial berkorelasi dengan meningkatnya gejala kecemasan, depresi, dan perasaan tak berharga. Ketika media sosial bukan lagi sekadar alat, tetapi menjadi pusat hidup, maka yang terjadi adalah kerusakan mendalam pada pribadi manusia.
Manusia fokus pada hal-hal duniawi. Terkait hal ini, Kitab Suci mengingatkan. "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1 Yoh 2:15-17).