Mohon tunggu...
Martony Calvein Kakomole Kuada
Martony Calvein Kakomole Kuada Mohon Tunggu... Perawat - Motivissioner

Martony Calvein Kakomole Kuada Founder: Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat" Owner Copita Coffeeshop Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melek Tekhnologi Perawat Indonesia

8 April 2015   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan dunia yang tiada batas hari inimenuntut setiap orang untuk tidak lagi membatasi dirinya untuk diam pada satu titik dalam waktu tertentu. Kita harus mampu berada di seluruh dunia walaupun kita sedang duduk di sebuh kursi empuk di depan Komputer ataupun sambil memegang Gedged. Bukan berarti fisik kita sedang berada di titik tertentu maka pikiran dan komunikasi kita harus berada pada titik yang sama. Kita harus mampu menempatkan diri kita dimana saja dalam waktu bersamaan. Kita harus mampu melakukan interaksi dengan seluruh orang yang ada di seluruh dunia untuk saling berbagi informasi dan pengalaman. Bisa dengan kita membaca apa yang dituliskan oleh orang lain pada laman pribadinya, ataupun berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu yang sama.

Pengoptimalan fungsi tekhnologi ini wajib bagi perawat jika ingin memicu kemampuan dan wawasannya dalam waktu singkat. Memanfaatkan media yang ada untuk belajar dari jurnal jurnal ilmiah, berdiskusi dengan para tokoh atau sekedar membaca tulisan lepas yang dituliskan oleh siapa saja merupakan cara menambah wawasan tersebut. Kebiasaan membaca artikel ilmiah melalui media internet seolah masih milik para akademisi atau orang orang yang sedang menjalani pendidikan akademiknya. Kita tak sadari bahwa hal itu adalah kebutuhan kita semua, seluruh Perawat Indonesia. Dengan semakin seringnya kita membaca karya tulis ilmiah, maka akan memicu kita untuk lebih berfikir secara Rasional dan Ilmiah dengan landasan keilmuan yang jelas. Sehingga bagi para praktisi Keperawatan yang berada di lapangan pelayanan ini mamapu menjadi dasar kuat melakukan inovasi dan modifikasi pelayanan. Jangan lah lagi kita mengkotak kotakkan seolah olah Jurnal Ilmiah hanya monopoli para Akademisi, para Praktisi juga harus banyak mencari referensi dari sana, bahkan bila memungkinkan, para praktisi ikut pula terlibat aktif dalam penulisan tulisan ilmiah tersebut melalui karya yang bersumber dari pengalamn empirisnya.

Terus perhatikan dan pantau semua yang Perawat lakukan dalam pelayanan, sehingga akan kita temukan sebuah titik lemah dan kelebihan dari apa yang kita lakukan. Dari sanalah titik awal kita menentukan Hipotesa awal apakah teori yang ada sudah sesuai dengan praktik yang kita laksanakan. Jika ada sebuah titik kulminasi yang kontras diantar keduanya maka layaklah kita menjadikan ini sebagai landasan ilmiah kita untuk melakukan sebuah penelitian. Dengan penelitian yang tepat, maka kita baru bisa berbicara dan menyimpulkan secara benar apakah yang kita lakukan sudah benar atau belum.

Dengan membiasakan hal yang demikian, saya yakin lambat laun ilmu “kanuragan” yang selama ini melekat pada diri Perawat bisa kita hilangkan. Saya masih banyak temukan dilapangan perawat yang menyatakan apa yang dikerjakannnya hanya berdasarkan kebiasaan saja. Karena seniornya biasa melakukan hal demikian ataupun hal ini biasa dilakukannya sejak jaman dahulu kala, ini sudah dijadikan dasar pembenaran bahwa tindakan yang dilkakukannya adalah benar dan tak boleh dibantah oleh teori ilmiah dan Rasional apapun. Seolah ada keengganan menerima perubahan terhadap sesuatu yang baru dan anaeh bagi mereka. Kondisi ini lah yang mungkin oada tulisan saya sebelumnya menganggap kita melakukan sesuatu terkesan Irrasional apadahal kita telah mendalami keilmuannya terlebih dahulu sebelum melakukannya.

Pemanfaatan dunia tanpa batas ini yang lainnya adalah dengan emngoptimalkan fungsi media social sebagai ajang untuk salaing berbagi dan berdsikusi tentang erbagai hal. Janganlah Perawat memanfaatkan media social hanya sebagai media berkeluh kesah. Keluh kesah tentang keletihan dalam bekerja, keluh kesah tentang rendah nya jasa yang didapat, atau keluh kesah tentang asmara dan masalah dalam rumah tangga. Kita tanamkan nilai nilai nilai positif dalam benak kita, sehingga apapun yang kita tuliskan di media social diharapkan bermanfaat bagi orang lain yang membacanya, bukan malah mengajak orang lain untuk galau dak putus asa dengan masa depannya. Perbanyak berdiskusi dengan tokokh tokoh yang kita anggap berkompeten untukmenjawab permasalahan kita.

Jangan takut untuk berteman dengan para pioneer dan pemimpin di Keperawatan. Bila perlu jadikan semua anggota eksekutif dan legialatif sebagai teman kita di media social. Sehingga apapun masalah yang kita hadapi akan mampu tersampaikan dengan baik langsung kepada mereka. Kita tak lagi hanya berbicara ngawur ngidul tanpa ada yang mendengarkan, tapi semua yang kita sampaikan telah tetap sasaran. Walau mereka tak memberikan tanggapan, terus saja sampaikan dengan cara cara terbaik kita dengan tetap mengedepankan etika komunikasi yang profrsional. Tak mereka pedulikan hari ini, yakinlah ketika mereka membaca apa yang kita tuliskan aka nada sedikit yang melekat dalam benak dan pemikiran mereka. Kalau kita sampaikan it uterus menerus dan beulang kali, lama kelamaan maka mereka akan semakin memperhatikan tulisan kita walau tetap tanpa tanggapan. Tapi minimal pemikiran kita dan ide kita telah sampai kepada mereka. Serahkan saja kepada mereka untuk memikirkan bagaimana mengeksekusinya menjadi sesuatu yang nyata sebagai jawaban terhadap janji politik mereka terhadap masyarakat.

Kadang diskusi di Media social terkesan tanpa makna. Tapi yakinlah, perubahan karakter secara tak sadar akan kita alami ketika kita banyak berdiskusi dengan banyak orang. Penambahan pengetahuan dan wawsan akan kita dapatkan dengan sendiri nya membuat kita menjadi perawat yang lebih dan bukan lagi peawat yang biasa biasa saja.

Kalaupun kita tak punya hobi untuk hal hal seperti yang saya sampaikan diatas, minimal rajin rajinlah diwaktu waktu sela membuka internet hanya sekedar membaca tulisan orang lain baik yang tertuang di media social maupun di website. Sangat banyak ilmu dan oengetahuan yang akan kita dapatkan disana.

Memang kondisi yang saya sampaikan ini terkesan muluk muluk jika dibandingkan dengan kinerja perawat yang seolah tanpa batasan waktu. Menumpuknya pekerjaan perawat dengan beban kerja yang tinggi bahkan harus mengarjakan sesuatu yang diluar tupoksi seorang perawat akan sangat banyak menguras waktu dan fikiran. Sehingga bukan saja keletihan fisik namun juga kejenuhan psikologis akan sangat terasa. Kalau sudah begini kapan lagi kita akan berinteraksi dengan dunia tanpa batas ini?

Kitalah masing masing yang akan menjawabnya. Karena kita yang tahu kapasitas dir kita. Kita yang mengetahui batas kemampuan kita masing masing. Kita yang tahu bagaimana mengatur waktu kita sehingga semuany seiring sejalan antara pemberian pelayanan terbaik dengan penguatan ilmun dan pengetahuan kita. Saya yakin Perawat Indonesia mampu melakukan hal itu disela sela waktu luang yang dimilikinya. Dengan semangat dan , niat dan keinginan mengubah diri kea rah yang labih baik, pasti kita akan melakukan berbagai cara untuk mencapainya. Tak ada yang mampu menghalangi Perawat Indonesia untuk maju tan terus meningkatkan Kualitas layanannya serta kapasitas keilmuannya.

Wassalam

Martony Calvein Kakomole Kuada

PERAWAT PEDULI

https://www.facebook.com/pages/PERAWAT-PEDULI/1586620574902524


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun