Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tatkala Muridku Menulis (Seri 2): Muridku Menulis Kehidupan

27 November 2015   06:27 Diperbarui: 27 November 2015   07:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muridku hari ini menulis tentang kisah kehidupan sebuah patung. Rupanya patung memberi pelajaran hidup yang begitu ampuh, yang kadangkala manusia tak mampu melaksanakannnya. Anasthasya Amanda Broto mencoba menguraikannya.

Halo! Aku terbuat dari gabungan teman-temanku semua. Tanah liat, pasir, bebatuan dan cat adalah sahabatku yang baik karena mau mengorbankan dirinya untuk membentuk aku. Aku lupa sudah berapa lama aku terbentuk. Tapi yang jelas, umurku sudah tua, tidak muda lagi. Aku sudah pernah merasakan panasnya matahari, dinginnya malam hari dan bahkan hebatnya hujan badai. Mungkin karena itulah badanku sekarang sudah rusak.

Aku sering sekali berpikir, apa sih gunanya aku? Aku sering berpikir “percuma aku diciptakan”. Aku hanya diam berdiri memegang buku dengan tangan kanan menyentuh dada. Aku sering kepanasan dan kehujanan. Apalagi banyak anak-anak yang sering memegang-megangku bahkan merusakku membuatku menjadi jelek. Para karyawan juga kurang memeperhatikanku. Kadang aku iri dengan bunga-bunga di sana yang disiram setiap hari karena memberikan keindahan. Sedangkan aku? Dicat ulangpun mungkin tidak pernah.

Aku ingin sekali menjadi buku-buku di perpustakaan. Hangat, nyaman, dipelihara dan tidak merasakan panas matahari serta dinginnya udara malam. Aku juga ingin menjadi bola sepak yang hampir setiap hari dimainkan, dirawat dengan baik dan bergerak bebas kesana kemari. Tidak seperti aku yang tidak bisa berbuat apa-apa bahkan bergerak sekalipun.

Namun pepatah mengatakan “Semua rencana Tuhan pasti Indah melebihi rencana kita sendiri”, maka aku menyadari bahwa ada suka ada duka. Aku sadar aku tidak pernah dicat ulang karena aku dipertahankan keasliannya. Aku tidak kesepian disini. Banyak KBKL yang sering bercanda tawa didekatku, ikan-ikan yang ada didalam kolam sering mengitari aku sehingga aku selalu merasa terhibur. Semut-semut juga sering menggelitikiku seperti mengajakku bermain.

Dan hal yang paling membuatku bangga adalah aku merupakan lambang dari SMA Kolose Loyola! Banyak KKL yang sering berfoto bersamaku bahkan aku dijadikan background foto orator yang disegani para caga-caga. Betapa bangga dan senangnya! Aku juga jadi unsur utama yang menempati Plaza Ignatius. Bayangkan bila tidak ada aku, Plaza Ignatius pasti akan terasa sepi dan kosong bukan?

Kini aku sadar, manusia ciptaan Tuhan pasti ada baik dan buruknya. Begitupun aku. Walaupun tubuhku jelek begini, aku menjadi sahabat bagi KBKL semua juga menjadi simbol SMA Loyola. Tuhan telah memberikan pribadi yang seperti ini, kuat, kokoh dan tahan lama. Walaupun aku jelek begini, tetapi aku tetap dihormati. Terima kasih Tuhan, ciptaanMu ini baik adanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun