Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Terlampau Serius!

17 April 2024   08:07 Diperbarui: 17 April 2024   08:19 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canda tawa memberikan produktivitas dalam hidup. Sumber: https://dobetter.esade.edu/en

Pemain komedi Victor Borge mengatakan, "Tertawa adalah jarak yang paling dekat di antara dua orang." Kita perlu memiliki rasa humor ketika berelasi dengan orang lain atau juga bekerja dalam sebuah tim. Seringkali kita terlalu serius dengan diri kita sendiri dan dengan apa yang sedang kita kerjakan, seolah-olah tidak ada yang lebih penting dari diri kita sendiri.

Seringkali kita menjumpai banyak orang begitu serius, entah dalam keluarga, tetangga, kantor, atau komunitas tertentu. Kita sering menemukan betapa seriusnya hidup mereka sehingga tidak ada waktu sejenak untuk sekadar berbicara ringan, bercanda tawa, atau menghabiskan waktu sejenak dalam ketidakseriusan. Humor atau canda tawa seringkali dijadikan sebagai gangguan yang serius untuk diri dan hidup mereka.

Maxwell menegaskan dengan sangat inspiratif dalam bukunya Failing Forward, bahwa kita jangan terlalu serius, karena tertawa akan menghasilkan kegembiraan. Senyum, tawa, dan bercanda ria senantiasa menjadi warna indah dan positif dalam sebuah relasi antar pribadi. Keseriusan yang terlalu dalam senantiasa akan melahirkan rasa khawatir, cemas, dan konflik yang menghancurkan suasana dan relasi antar pribadi.

Hidup ini memang penting namun tidak seluruh dinamika kehidupan dilaksanakan dalam keseriusan. Ada kalanya serius, ada kalanya juga untuk bersantai dalam berbagai obrolan dan dinamika yang meriah dan sukacita. Suatu ketika hari-hari saya begitu bersemangat dalam kerja di kantor. Berangkat pagi lebih awal dari jam kantor dan pulang telat melebihi jam pulang kantor. Tanpa ada uang lembur, saya tetap saja bersemangat dan serius dalam pekerjaan, sampai-sampai tidak punya waktu untuk sekedar ngobrol santai bersama rekan-rekan di ruang rehat atau bercanda gurau di tempat khusus merokok di kantor.

Canda tawa dan humor mendukung kesatuan tim. Sumber: https://www.linkedin.com/pulse
Canda tawa dan humor mendukung kesatuan tim. Sumber: https://www.linkedin.com/pulse
Hari demi hari, perlahan lahan namun pasti, saya menjadi pribadi yang sangat serius dan lebih dari itu menjadi pribadi yang sangat kaku dan tidak fleksibel dengan situasi kerja. Bahkan selepas jam kerja, diajak rekan-rekan kantor untuk sekadar refreshing di luar, saya tidak mampu untuk mengiyakan. Dunia menjadi begitu sempit, kantor dan rumah, begitu seterusnya. Secara pekerjaan berhasil, namun secara relasi dan komunikasi masih harus diperbaiki.

Hingga pada akhirnya, kejenuhan dalam bekerja, kepenatan dalam tuntutan kerja, dan gundah gulana dalam semangat bekerja mulai muncul. Pelan-pelan dan pasti, mulai meluangkan waktu untuk bersantai, ngobrol-ngobrol, bergurau, dan bercanda tawa dalam pekerjaan. Ternyata semua itu tidak mengurangi kualitas kerja, justru memberi semangat dan spirit yang lebih dalam kerja dalam bingkai kebersamaan dan kesatuan dengan rekan kerja. Inilah sebuah keseimbangan dalam kerja dan juga keseimbangan dalam hidup.

Pada akhirnya, rasa humor dan situasi santai menjadi bahan bakar dalam keseriusan hidup. Mari berbahagia bersama orang lain. Jangan lupa berbahagia, jangan lupa bercanda tawa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun