Apa gunanya mencari ketenangan jiwa di segala penjuru dunia, kalau Dia sudah tidak bersemayam lagi di dalam hatiku? Mengandalkan-Nya adalah sebuah keutamaan dalam hidup.
Kebahagiaan, kegembiraan, kenyamanan hati, kejernihan budi, dan ketenangan hidup menjadi supremasi kehidupan yang senantiasa diharapkan setiap pribadi menjadi bagian dalam diri dan hidupnya. Banyak cara dilakukan untuk mendapatkannya dalam berbagai aktivitas kehidupan menyelusuri lika-liku kehidupan dalam setiap langkah kehidupan. Pasang surut kehidupan menjadi gambaran dalam peziarahan hidup manusia.
Kebahagiaan, kegembiraan, kenyamanan hati, kejernihan budi, dan ketenangan hidup senantiasa selalu diusahakan oleh manusia. Perjuangan, kegigihan, dan kesabaran menjadi irama kehidupan yang juga datang dan pergi dari pribadi manusia.
Seorang tetangga melihat Nasruddin berjongkok sambil mencari sesuatu. "Apa yang sedang Anda cari, Mullah?"
"Kunciku yang hilang," jawabnya. Lalu dua-duanya terus berjongkok mencari kunci yang hilang itu. Sebentar kemudian tetangga itu bertanya: "Di mana kuncimu yang hilang?"
"Di rumah," jawab Nasruddin.
"Astaga! Lantas mengapa Anda mencarinya di sini?"
"Karena di sini lebih terang."
Kunci kehidupan yang menenteramkan hati dan budi sesungguhnya ada di diri masing-masing setiap manusia dalam kerelaan dan ketulusan untuk kembali dan berserah pada Sang Ilahi karena Dia adalah sumber segala rahmat yang begitu agung itu. Hidup yang begitu sibuk dan pribadi yang sangat menyibukkan diri dalam dinamika kehidupan dunia bukanlah apa-apa tanpa penyerahan diri pada-Nya demi kebermaknaan semuanya itu. Hidup harus diperjuangkan, hidup pula harus dimaknai, dan pada akhirnya hidup harus dipersembahkan dalam penyelenggaraan ilahi. Â
pikiran dan hati manusia, menjadi begitu dekat dan melekat dalam pribadi manusia karena peran tangan-Nya yang begitu mengagumkan. Menjadi nyata bahwa kunci kehidupan ini ada di dalam kuasa-Nya dan kemauan manusia untuk kembali serta berserah pada-Nya.
Yang mustahil menjadi mungkin dan nyata, itu karena kebaikan dan kemurahan-Nya. Yang tidak terjangkauSaatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing dalam mengusahakan kunci kehidupan kita. Dari pagi hingga malam dan kembali pagi lagi dan seterusnya dalam perjalanan hidup manusia, sudahkah melibatkan dan meletakkan Sang Pencipta sebagai sumber kekuatan dan inspirasi kehidupan kita. Jika belum, saatnya menemukan kunci kehidupan kita, Sang Ilahi.
Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
@