Doa adalah memerlukan kehadiran hati, bukan suara. Tanpa hati, kata-kata takkan berarti. (Mohandas K. Gandhi)
Dalam doa ada sebuah relasi dan kedekatan yang mendalam antara manusia dengan Sang Pencipta dalam sebuah komunikasi personal penuh kepasrahan pada Sang Ilahi.Â
Kata-kata terangkai dalam tutur doa yang dilambungkan pada-Nya sebagai sebuah jalinan batin yang tak mungkin dilepas sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun.Â
Raga dan jiwa terjulur dalam ketulusan pada-Nya yang menjadi awal dan akhir dari kehidupan di dunia penuh berkah dan anugerah yang tak terkira.
Manusia terkadang jauh dari-Nya, bahkan tak jarang menjauh dari-Nya tatkala ketergantungan tak ada lagi di benak manusia karena merasa mampu menjalani hidup tanpa-Nya.Â
Ada kesombongan dan keangkuhan yang merasuk dalam jiwa yang menggerakkan raga untuk menikmati euforia dunia dengan segala keglamoran dan fantasi duniawi.Â
Manusia merasa begitu hebat dan tidak memerlukan kuasa Sang Ilahi karena kenikmatan duniawi dirasakan begitu dahsyat dan tak lagi memerlukan bantuan siapapun. Manusia jatuh dalam kedosaan karena kesombongan dan manjadikan dirinya berkuasa atas segalanya.
keputusasaan hidup merasuki sendi-sendi kehidupan dan melumpuhkan seluruh pikiran, perasaan, nurani, dan tindakan sehingga manusia jatuh pada keterpurukan hidup yang memprihatinkan.Â
Manusia terkadang jauh dari-Nya, tatkalaAda gejelok batin yang menembus kepercayaan diri pada Sang Ilahi, yang akhirnya melahirkan apatis dan mosi tidak percaya pada kuasa Sang Ilahi.Â
Dalam kekacauan hidup, manusia semakin terjerumus dalam jejaring kegelapan kehidupan yang membodohkan nalar, membusukkan rasa, dan membutakan langkah yang tak jelas arah dan tujuan kehidupan.