Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (16): Menyalakan Api Konsistensi dan Ketekunan dalam Merangkai Karya

29 Juni 2021   05:05 Diperbarui: 29 Juni 2021   05:07 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.bola.com

Suatu karya yang besar tidak hanya diwujudkan dengan kekuatan, melainkan dengan ketekunan dan daya tahan. (Samuel Johnson)

Bangun pagi adalah sebuah pertanda anugerah terbesar yang diberikan semesta dan Sang Pencipta kepada manusia dan sudah seharusnya manusia bersyukur setiap hari atas anugerah tersebut. Malam boleh dilalui dalam terkulainya jiwa dan raga manusia tanpa lagi kuasa atas pikiran dan perasaan di dalamnya. Malam telah berlalu dan manusia ada dalam perlindungan-Nya setiap detik jarum jam yang terus berjalan mengurai waktu memberikan pagi pada manusia. Dalam ketidakberdayaan manusia itu, sungguh ajaib dan dahsyat kuasa Sang Pencipta yang tetap terjaga dalam kasih dan perlindungan-Nya tanpa pilih kasih, sekalipun manusia begitu berdosa dan terkadang menjauhi-Nya.

Bangun pagi adalah permulaan hati dan budi mulai merangkai dalam sebuah ide dan rencana untuk menata hari dan mewarnainya dengan segala corak dan kuasan dinamika kehidupan. Mata mulai menatap mentari yang menembus dinginnya embun dan gelapnya malam, mata mulai membangunkan kesadaran akan kenyataan bahwa manusia masih hidup dan boleh menambah satu hari lagi dalam kehidupannya. Hembusan nafas mengalir dan terus mengalir memberikan kesegaran jiwa dan raga untuk mulai bergerak, menapak, melangkah, dan merangkai kisah kehidupan dalam makna pada kehidupan yang nyata.

Tak jarang, pagi menjadi alasan untuk tetap terbaring dalam selimut kemalasan dan meringkuk dalam keengganan raga dan jiwa. Pagi menjadi sebuah ancaman atas kemapanan malam dan menjadi alasan untuk tetap tak bergerak dari keegoisan diri yang terus mengikat semua tulang dan sendi kehidupan. Rasa syukur atas hidup hilang lenyap tertelan kabut tebal kemalasan dan menganggap bahwa hidup ini biasa-biasa saja, tanpa kesadaran betapa hebatnya Sang Ilahi yang merancang semua ini dengan apik dan penuh kekaguman.

Ilustrasi. iphincow.com
Ilustrasi. iphincow.com
Dalam hidup manusia sesungguhnya tidak akan lepas dari karya dan mahakarya kehidupan yang menjadi impian dan harapan pada kehidupan yang lebih baik. Semuanya dicapai butuh perjuangan dan kegigihan yang harus diperjuangkan setiap saat. Karya dan mahakarya manusia bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit dan begitu saja bisa dimiliki manusia dengan senyum mudah dan tanpa keringat mengucur setetes pun dalam peluh. Kekuatan, kecerdasan, dan kemampuan terkadang belumlah cukup untuk mewujudnyatakan karya dan mahakarya itu dalam fakta dan realita. Semuanya bisa terhenti pada garis batas kehidupan yang menjadikan manusia lelah lunglai dan merasa gagal atas hidupnya.

Memulai pagi hari dengan semangat, melangkah dan melangkah menelusuri kehidupan dengan tekun, menghadapi segala kemungkinan hidup dengan tahan banting, merupakan sebuah formulasi perjuangan hidup bagi manusia untuk menggapai impian hidupnya. Konsistensi dan perseverance (ketekunan) adalah kunci menjalani hidup yang berkesinambungan dan selaras dengan segala nilai-nilai kehidupan yang begitu kaya dalam setiap pengalaman hidup, yang terkadang terabaikan dan terlupakan oleh manusia.

Api kehidupan harus tetap berkobar dalam setiap langkah yang menapak, setiap budi yang tercurah, dan setiap nurani yang peduli pada hidup yang hakiki. Konsistensi dan ketekunan menjadi kolaborasi kehidupan yang mendorong manusia pada tercapainya karya dan mahakarya kehidupan. Pagi akan kembali ke pagi kembali, rasa syukur senantiasa selalu terucap atas penyelenggaraan ilahi itu, konsistensi dan ketekuanan terus menyala dalam jiwa dan raga, dan pada akhirnya biarlah Sang Pencipta yang memberikan perlindungan dan rahmat-Nya.

Ilustrasi Menulis Makna. mahfouzadedimeji.com
Ilustrasi Menulis Makna. mahfouzadedimeji.com
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun